⚠ Terdapat adegan self-injury ⚠
Untung saja peristiwa tenggelam tadi tak menimbulkan luka fisik apapun pada tubuh Naruto sehingga Kakashi tak perlu menimbulkan kekhawatiran dosen dan istrinya itu.
Kakashi menghela napas menggenggam dadanya. Entah mengapa ia takut, takut akan rasa hangat yang kembali muncul di hatinya.
Bocah itu tanpa usaha mampu membuat Kakashi peduli padanya, ia juga mampu memberikan ucapan dan tindakan menenangkan yang Kakashi butuhkan tanpa diminta.
Ia senang, tapi ia takut. Takut jika kebahagiaannya akan hilang. Ia takut jika kehangatan yang mendesir dalam dadanya sekarang, akan kembali berganti dengan tusukan menyakitkan dari realita.
Sama seperti ketika ia harus kehilangan sahabat-sahabatnya yang berharga.
Dadanya kembali sesak, tangannya gemetar, jantungnya berdegup kencang, dan tubuhnya seperti melayang.
Gejala Anxiety Disorder. Semenjak kepergian Obito, Kakashi mulai sering khawatir hingga berakibat pada fisiknya.
Begitu menakutkan sampai ia merasa lebih baik mengakhiri hidupnya setiap malam.
Semua pikiran negatif itu tanpa Kakashi minta terus berbicara. Seakan-akan sedikit saja ia merasa bahagia, musibah akan mengikuti setelahnya.
Ia takut. Takut sekali.
Diambilnya cutter yang selalu ia gunakan untuk menyayat lengan kirinya yang memiliki bekas sayatan cukup banyak.
Hanya ini satu-satunya cara yang bisa Kakashi pikirkan.
Aliran darah yang mengalir dan rasa sakit yang seperti ikut keluar mengalir dengan tetesan darah, membuat Kakashi tenang sementara.
Sebelum gerakan tangan kanannya mampu mengenai kulit putih itu, suara ketukan pintu pun terdengar.
Spontan, Kakashi melempar cutter itu ke sembarang tempat yang mana masuk ke bawah nakas di ujung ruangan. Ia menutup kembali lengannya dengan kaus panjang yang selalu ia gunakan.
"Masuk" Teriak pria bersurai perak itu dari dalam kamar.
Naruto muncul dengan menampilkan kepalanya terlebih dahulu. Menampilkan senyum dengan gigi putihnya yang terlihat. Kakashi tersenyum mempersilahkan Naru untuk masuk.
"Kak, kak! Malam ini, Naru boleh tidur bareng kakak 'kan? Boleh ya kak, boleh ya kaak" rengeknya dengan menggoyangkan lengan kanan Kakashi manja.
Kakashi cukup ragu sebelumnya. Ia ingin terlebih dahulu melakukan ritual penenangan sebelum tidur. Jika tidak biasanya ia akan mimpi buruk dan menangis kemudian terbangun dengan badan yang banjir keringat.
Namun, melihat Naru yang begitu menggemaskan, ia tak mampu untuk menolak permintaan bocah itu. "Baiklah, tetapi jangan mendengkur ya, hehe."
Candaan Kakashi dibalas dengan bibir cemberut dan pipi bulat. Wajahnya yang sudah menggemaskan kini bertambah gemas dengan pipi yang seperti enak untuk digigit.
"Naru sudah besar, tahu! Naru gak akan mendengkur." ujarnya.
Kakashi mengangguk kemudian ingin beranjak untuk mengambil kasur hampar untuk Naru. Tetapi langkahnya tertahan dengan sentuhan lengan Naru. "Kakak mau kemana?"
"Mengambil kasur untukmu."
Naruto kembali memanyunkan bibirnya. "Ah untuk apa. Lebih baik kita tidur di kasur yang sama. Lagipula kasur kakak juga tak begitu sempit. Lihat, badan Naru sangat mungil loh. Tidur di laci juga cukup!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Healing [KakaNaru]
Romance[Selesai] Terkadang, hewan buas justru ada di aliran air paling tenang. Sama halnya seperti depresi yang kakashi rasakan. Kematian sahabatnya membuat dunianya seakan menggelap. Sampai ia bertemu bocah itu.. Bocah yang menyelamatkan dirinya.