4

3.4K 392 55
                                    

"Ini Hinata Hyuuga. Pacarku." ujar bocah berambut pirang itu.

Jantung Kakashi seperti berhenti berdetak ketika Naruto mengatakannya. Berbeda dengan Kakashi, gadis manis yang berada di sebelahnya justru terlihat salah tingkah dengan muka merah.

Naruto tersenyum lebar melihat ekspresi Hinata. "Ahahaha, kau memang seru sekali untuk digoda ya, Hinata!"

Bocah itu tertawa sampai matanya berair. Memegang perutnya yang menjadi sakit akibat tertawa terbahak-bahak.

"Aku bercanda, kak. Dia ini hanya temanku. Tapi entah kenapa dia ini lucu sekali kalau kugoda. Jadi aku sering bercanda dengannya."

Kaki Kakashi melemas, ia sampai bertekuk lutut setelah mendengar penjelasan Naruto.

Naruto dan Hinata yang melihat hal itu segera berlari menuju samping Kakashi. "Hey, kak! Ada apa? Apa kau sakit?"

Naruto terlihat panik sekali melihat wajah Kakashi yang memucat. "Kak? Lihat aku. Kau masih bisa mendengar suaraku kan?" tanya Naruto khawatir.

Tanpa mengeluarkan suara, pria berambut perak itu memeluk erat bocah laki-laki di hadapannya. "Kau jangan bercanda seperti itu lagi, Naru."

Naruto kaget atas perlakuan Kakashi, tapi ia tidak marah. Ia membalas pelukan Kakashi dan menepuk punggung pria itu pelan. "Maafkan Naru ya, kak. Naru janji gak akan mengulanginya."

Kakashi mencoba mengatur kembali pernapasannya yang terasa mencekat sebelumnya. Dihirupnya aroma citrus menyegarkan pada ceruk leher Naruto. Aroma yang selalu membantunya untuk tidur lebih cepat beberapa malam terakhir.

Setelah sedikit tenang, Kakashi melepaskan pelukan dan menangkup wajah bulat dan gempil Naruto, mencubitnya hingga melar.

"Aw, aw, kak! Sakit ih!" ujar Naruto sambil berusaha melepaskan cubitan Kakashi.

"Hukuman untuk anak nakal! Kau tidak boleh bercanda seperti itu pada seorang perempuan." Tentu nasihat itu memang Kakashi maksudkan untuk Hinata. Tetapi jauh di lubuk hatinya, ia juga tak ingin orang lain mencuri Naruto darinya.

"Iyaa, iyaa. Naru minta maaf, kak! Hinata, aku juga minta maaf karena sering menggodamu, ya!" Naruto berkata dengan pipi yang masih dicubit Kakashi.

Setelah memberikan permintaan maaf, Kakashi pun melepas cubitan itu. Sedikit merasa bersalah melihat bekas merah pada pipinya.

"Ah, kakak tega banget. Pasti berbekas nih!" ujar Naruto cemberut.

Aneh. Padahal barusan Kakashi merasa dunianya runtuh seketika. Tapi sekarang ia justru dapat bergurai seperti biasa dengan Naruto. Anak itu memang seperti pengatur cuaca di hatinya.

Tangannya yang besar mengelus pipi kemerahan itu. Ia pun mengecup keduanya pelan. "Sakit, sakit, pergilah!" ujar Kakashi yang mengikuti intonasi Naruto.

Mulut bocah yang sebelumnya cemberut itu pun berganti dengan senyum lebar dan tawa yang mengikuti setelahnya.

"Ahahaha, jadi lucu kalau kakak yang ngomong. Oh ya Hinata, apa kau ingin mampir ke rumahku? Kebun bunga punya ibu sedang bermekaran hari ini. Aku tahu kau senang mengeringkan bunga 'kan?" Naruto mengalihkan atensinya pada gadis yang sedari tadi diam memperhatikan interaksi dua pria di depannya.

"Eh? Iya, apakah boleh?" tanyanya malu-malu.

Sejujurnya Hinata memang menyimpan rasa pada Naruto. Tetapi meskipun sudah banyak yang mengatakan pada Naruto, ia selalu menganggap perkataan itu gurauan belaka. Akhirnya ia memutuskan untuk menyimpan rasa itu sendiri. Tak apa, toh dia masih bisa berteman dekat dengan Naruto.

Healing [KakaNaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang