3. Ex Boyfriend

405 46 1
                                    

Sehun sudah mengira sebuah penthouse. Pintu lift terbuka,dan dia melangkah keluar ke tingkat atas dari bangunan tinggi. Chanyeol tepat berada disisinya.

"Tidak ada yang bisa kesini tanpa melewati pengawal-pengawalku." Chanyeol memberitahu Sehun saat jari-jarinya melingkar disikunya.

Saat itu, Sehun pasti senang mendengar tentang keamanan itu. Mereka memasuki penthouse. Tatapan Sehun menyapu seluruh tempat tinggalnya. Semuanya tampak mahal. Semuanya berbau mahal. Dan pemandangan itu mengagumkan.
Jika saja Sehun tidak sedang mengahadapi ketakutannya, secara harfiah mengguncang ketenangannya, dia pasti akan menghargai pemandangan lebih dari ini. Pintu tertutup dibelakang mereka. Sehun mendengar suara alarm yang menyenangkan. Lalu...tangan Chanyeol menuruni kedua lengannya.

Lengannya telanjang karena yang dia kenakan keluar dari rumah sakit itu adalah pakaian olahraganya. "Kau aman, Sehun." Kata-kata Chanyeol berbisik ditelinganya.
Dan ketakutannya semakin memburuk. Karena ingatannya akan sosok laki-laki dalam gelap. Mulutnya ditelinganya. Bisikannya.

Aku akan menjadi satu-satunya.

Sehun menjauh dari Chanyeol dan menuju ke arah yang lebih luas,lantai ke balkon yang memandang keluar atas Seoul. Chanyeol tak mengikutinya. Suaranya yang melakukannya. Chanyeol memberitahunya, "aku mempunyai garis-paling-atas-untuk sistem keamanan yang sudah terpasang di studiomu. Dan tukang listrik akan masuk memeriksa lampumu."

Sehun mengusap lengannya. Tidak peduli apa yang ia lakukan, ia tampaknya tidak bisa mengusir rasa dingin dari tubuhnya. Pandangannya menatap kota. Ia sepertinya bisa melihat berjam-jam dari sudut pandang ini.

"Kau tidak harus mengorbankan hidupmu untukku," Sehun membuat dirinya sendiri berbicara ketika ia hanya ingin berdiri dalam keheningan. "Aku yakin dengan adanya diriku disini...dirumahmu...itu akan mengganggu rutinitasmu."

Sehun sudah membaca koran, ia sudah tahu banyak tentang Chanyeol, banyak eksploitasi. Chanyeol pasti bukan orang yang hidup dimasa lalu.
Chanyeol terlalu sibuk merayu saat ini.
Itulah sebabnya mengapa Sehun tidak memberitahu Jongin tentang Chanyeol. Ketika detektif telah meminta daftar pacar-pacar didaerah ini, siapa saja yang mungkin terpaku padanya, Chanyeol telah menjadi orang terakhir yang datang dalam pikirannya.
Chanyeol tidak terpaku pada dirinya,

"Kau tidak mengganggu rutinitasku."
Sehun bisa melihat bayangannya dikaca. Ia tampak tersesat. Dengan hati-hati, ia menahan roman wajahnya sebelum ia berbalik untuk menghadapi Chanyeol.

"Tidakkah seleramu dengan gadis-perminggu-benar begitu? Atau keberatan?" Sehun pernah melihat Chanyeol dengan beberapa gadis berambut pirang minggu lalu diberbagai halaman—

"Persetan dengan orang yang berpikir seperti itu." Chanyeol berdiri menatap Sehun. Dibelakangnya, api berkobar. Kapan ia menyalakan api itu? "Ini bukan tentang siapapun kecuali kau dan aku."
Chanyeol bertindak seolah-olah sepuluh tahun terakhir tidak pernah terjadi. Tapi tidak sekalipun Chanyeol mencoba menghubungi Sehun.

Aku merindukanmu.

Sehun tidak akan mengatakan itu pada Chanyeol,bagaimanapun juga. Ia sudah merusak harga dirinya untuk Chanyeol berkali-kali.
Chanyeol mulai berjalan ke arah Sehun. Langkahnya pelan, tentunya. Sehun ingin berbalik, tapi disana tidak ada tempat untuk pergi baginya. Menghirup nafas dalam-dalam, Sehun mengangkat kepalanya dan menatap ke mata Chanyeol.

"Minseok menelponku ketika ia bergegas memasuki studio itu. Dia melihat lampunya gelap, dan ia khawatir. Hanya lima menit saja, aku siap datang menemuimu, dan aku tidak bisa sampai disana cukup cepat."

Ini bukan pertama kalinya Sehun berada dalam kesulitan. Kembali ke Jepang, Sehun berpikir pasti ia menghadapi kematian. Memori hujan yang dingin, nyeri yang konstan, melintas dibenaknya.

Mine To Take {CHANHUN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang