CHAPTER 3

707 115 52
                                    

***
Jangan lupa tinggalin jejak,
__________________________

Happy reading...

Bella membuka mata, yang pertama di lihat adalah air terjun yang sangat indah dan asri, ia bingung kenapa sekarang di sini, perasaan tadi sebuah ruangan deh, Bella duduk di pinggiran sungai yang mengalir di bawah sana. Apakah ini yang di namakan surga? Apakah gue dah meninggal? Tapi..

Sebuah tangan menepuk bahu Bella, dan Bella berbalik melihat siapa yang menepuk tadi, yang di lihat adalah seorang gadis dengan gaun putih yang sangat indah dan cantik sedang tersenyum ke arah Bella, Bella yang nggak tau apa-apa, Cuma bisa menggaruk pipinya tidak terasa gatal itu. Bella mengingat wajah tersebut begitu familiar.

"Lo..." ucapannya mengantung menutup mulut sendiri.

"Iya ini gue Ava asli, yang jiwa lo masuk ke tubuh gue," ujar Ava, tau apa yang di pikirkan. Sembari duduk berdampingan dengan Bella. Bella memandangi tubuhnya sendiri dan yap benar Bella ada pada raganya sendiri.

"Kok? Kok bisa weh?" Masih bingung, otak harus bekerja. "Udah takdirnya gitu," jawabnya enteng dan terkekeh.

"Kenapa?" Bukannya menjawab malah balik nanya.

"Kok kenapa sih," sahut Ava dengan nada bingung,

"Iya, kenapa lo juga bisa ada di sini?"

"Ya...itu kesempatan gue buat bertemu sama lo dan jelasin kenapa lo bisa ada di tubuh gue, kan gue juga udah meninggal, gimana lagi coba, kita nggak bisa ngelak juga kan," jawabnya memandang air yang terus mengalir.

"Terus? Harusnya kan gue juga ke akhirat,"

"Karna belum saatnya lo harus mati Bell, lo di dunia itu tersiksa kan? Lo di benci kan sama keluarga lo? gara-gara salah paham, gue juga udah cape di dunia ini, lo belum pernah kan di kasih sayang sama keluarga lo sendiri? Gue tau pasti hati lo sakit dan tertekan, gue juga tau lo hampir di bunuh kan sama bokap lo sendiri? Sebelum ke dunia ini. Gue pengen lo rasain ke bahagiaan seorang keluarga dengan penuh kasih sayang, dan santai aja kelurga gue harmonis kok," kata Ava Panjang lebar.

Bella mengangguk aja, soalnya yang di katakan Ava asli bener semua, dia juga pengen rasain kasih sayang, di dunia itu Bella selalu terasa tersiksa dan tertekan, walaupun sering balas perkataan keluarganya, malah keluarganya semakin melunjak ngata-ngatain yang enggak-enggak.

"Berarti gue bakal selamanya di tubuh lo?" tanya Bella menengok ke arah Ava. Ava pun mengangguk, "Iya Bell." Bella berfikir berarti di sana tubuhnya udah di kubur, terus keluarganya gimana ya? Nangis-nangis engga? Pastinya engga lah, haha.

"Gue bakal kasih sedikit ingatan gue ke lo, biar lo tau. Dan jalan cerita novel yang lo baca akan bisa berubah, kalau lo nggak ngikutin alurnya," ujarnya.

"Hah? Gue di dunia novel? Dan apa lo nggak marah sama gue? Karna ambil raga lo itu?" tanyanya sekali lagi. Tapi beruntun,

Ava pun tertawa, "Iya lo ada di dunia novel, lo bertransmigrasi. Dan untuk soal mara gue enggak lah, ada-ada aja lo, gue malah seneng kok, di sana lo bakal di kasih sayang sama orang tua gue, karna orang tua gue sayang sama anaknya dan juga gue punya adik cowok masih umur dua tahun, oh ya lo hidup di novel 'Are you kidding' inget kata gue Bell."

Bella cuma bisa mengangguk dan detik kemudian melotot ke arah Ava, "Lah?! Di novel itu si Ava kan anggota antagonis, berarti gue antagonis dong." Bella menoleh ke arah Ava.

Ava mengangguk buat jawaban, Bella mengerjap mata beberapa kali. Menghela nafas. Ava yang paham situasi menepuk punda Bella.

"Gak pa-pa, Lo bisa rubah semuanya, asal jangan ikut alurnya." Bella mengangguk dan tersenyum ke arah Ava, "Makasih yah," ucap Bella memandang Ava.

Ava pun membalas senyum itu. "Iya, Udah-udah, waktunya gue pergi, nggak bisa lama-lama, semoga bahagia Sabrina Bella Mahardika," Setelah mengucapkan itu, tiba-tiba sosoknya hilang begitu aja.

**"

Sekian lamanya tertidur, akhirnya Bella membuka matanya perlahan menyesuaikan ruangan dengan pandangan bingung, Bella menoleh ke penjuru ruangan terdapat dua anak remaja seusianya masih memakai seragam, jam sudah menunjukkan pukul 05.00 padahal tadi bangun masih siang, udah berganti pagi aja. Bella beranjak dari tidurnya dan menghampiri dua remaja tersebut yang masih tertidur pulas, dari ingatan Ava itu, dua orang abang kembar, bisa disebut begitu.

"Abang-abang, bangun ih." Ava mengoyangkan kedua lengan abangnya.

"Apaan?" kata Bara mengucek mata melihat adiknya, masih mengantuk. Dan yang Vano kembaran menguap.

"Kapan bangun?" tanya Vano dengan melihat jam yang terdapat pada pergelanagan tangannya,

"Barusan kok bang, oh ya kapan kita pulangnya sih?"

"Nanti ini masih pagi, abang mau keluar dulu," ucapnya beranjak dari sofa sembari merentakan tanganya, karna terasa pegal. Vano melangkah menuju pintu, sebelum membuka knopnya, terdengar adiknya meminta sesuatu, Vano berhenti,

"Bang, jan lupa es krim satu ya," kata Ava kepada Vano sekaligus abangnya. Membalikkan badan menghadap adiknya.

"Nggak, ini masih pagi, nggak baik." Vano bersedekap dada, memandangnya raut datar.

"Boleh lah abang, sana ah beliin."

"Abang bilang nggak ya nggak," ujar Vano membalikkan badan dan melangkah, baru beberapa Langkah sebuah bantal mengenai punggung tegap. Ava melempar bantal tersebut dengan wajah cemberut dan bersedekap dada, "Pokoknya nggak mau tau harus bellin," kata Ava tak mau di bantah.

Abang Vano terus saja melangkah tanpa memperulikan perkataan adiknya, keluar dari ruang inap. Vano berjalan di Lorong sendirian, udara di pagi hari sangatlah sejuk apalagi pemandangannya beh, sesampai kantin rumah sakit Vano membeli beberapa cemilan dan makanan untuk dia dan saudara kembaranya juga.

Usai membeli Vano berjalan dengan santainya, langit pun sudah menujukkan bahwa matahari sebentar lagi akan mucul, sesampai depan pintu Vano memasuki ruangan yang dihuni dua orang itu. Vano meletakkan bungkusan tadi diatas meja yang tersedia,

"Makan, nggak usah minta disuapin," kata Vano duduk sambil memainkan ponselnya. Ava memandang abangnya dengan wajah curiga.

"Dih, siapa juga yang mau disuapin." Ava berdecih dan membuka kantong makanan tersebut, bang Bara pun tak kalah sama, mengambil nasi yang sudah di bungkus dengan wadah yang amat cantik.

"Lo nggak makan bang?" tanya Bara pada sang kakak. Dan di jawab dengan gelengan, dulu waktu Ava yang asli selalu manja kepada kedua abangnya itu, mungkin Vano mikir begitu, makanya ngasih tau. Apa tadi kata adiknya? Berdecih? Wah gila aja tuh, sebelumnya sebelum kena sepak bola, adiknya malah berubah drastic tanpa diketahui sama Ava. Vano pun begitu bingung apa yang terjadi sama adiknya itu,

"Wuihh nasgor, kesukaan gue nih." Mata Ava berbinar mengambil makanan terebut dan membuknya, oh ya jan lupa Bella kalau makan Sukanya pakai tangan, karna kalau pakai sendok kek gimana gitu, kecuali kalau makanan itu menggunkan sayuran berupa sop.

Kedua abangnya terkejut melihat tingkah sang adik, kedua abang tersebut dibuat melonggo melihat kelakuan adiknya, kaki kiri diangkat, dulu adiknya bahkan jijik kalau makan pakai tangan, dan sekarang malah pakai tangan? Aneh bukan, pikir mereka berdua.

(Note : nama Bella ganti jadi ava)

Tbc
.
.
.

3-01-21

Antagonis Ava (Sedang Pergi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang