CHAPTER 9

427 69 1
                                    

***
Jangan lupa tinggalin jejak,
__________________________

Happy reading...

Setelah kejadian beberapa jam yang lalu, kini Adline masih tidak bergeming dari duduknya, angin berhembus kencang, membuat rambut Adline yang tergerai, terbang kemana-mana, kini ia masih berada di rooftop apartemen,

papa sama mama selama ini kemana? Kenapa jarang tengok Adline, Adline rindu kalian berdua, udah hampir 12 tahun, Adline nggak ketemu kalian, apa kalian baik-baik aja? Apa kalain rindu anakmu ini?

Adline masih bergulat dengan pikiran sendiri, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh, gadis yang berperan antagonis ini masih tidak ada pergerakan, langit yang semakin gelap, menandakan ini akan turun hujan.

Jedar

Suara petir yang menggema di penjuru kota, Adline yang malas beranjak hanya melihat awan yang sudah menghitam. Hingga rintik hujan membasahi baju yang Adline kenakan. Ia beranjak dari duduknya dan melangkah memasuki apartemen.

***

Lagi asik nya tidur, gadis manis yang masih bergelanyut pada selimut memekik tidak suka, kalau tidurnya di ganggu, suara gedoran pintu terdengar sangat merusak telinga, dengan malas Ava turun dari ranjang dan membuka pintu, tampaklah abangnya yang udah siap dengan seragamnya, Ava hanya melirik sekilas.

"Kenapa sih?" kesal Ava mengucek mata untuk melihat abangnya.

"Udah jam berapa ini? Kenapa belum siap-siap?" tanya Vano melihat adiknya yang sudah seperti gembel, rambut acak-acakan, baju compang camping dan muka bantalnya.

Ava yang mendengar penuturan itu, menoleh ke arah jam yang berada di nakas, Ava melotot karna sebentar lagi gerbang akan di tutup.

"Kok Abang nggak bilang sih?" pekik Ava.

Vano hanya geleng-geleng kepala, melihat Ava melangkah menuju kamar mandi untuk bersiap, kalau kalian pikir dia bakal mandi? Tidak dong, bahkan Ava cuma cuci muka dan gosok gigi, habis itu keluar dan Memakai seragam habis itu keluar menuruni tangga dengan tergesa-gesa, tidak memperdulikan raut wajah abangnya yang bingung.

Akhirnya kalo ini Ava tidak telat lagi, ia bersyukur berkat abangnya kalo gak di banguin ya pasti telat. Ava berjalan di koridor dengan santai, banyak cemohan yang terdengar sampai telinga gadiis itu.

"Eh!? Tau nggak si? Itu si katanya, orang tuanya Adline yang bunuh nenek dari kekasihnya Edgar."

"Lo percaya dengan gosip itu?"

"Iyalah."

"Lo nggak percaya?"

"Gatau gue."

Dll

Ava memutar bola malas, emangnya gosip itu bersumber dari mana, belum tentu itu benar, paling juga kayak di novel-novel itu, eh iya kan Ava masih di dunia novel.

Ava berjalan dengan langkah cepat, melihat orang yang berada di dekat Mading, Ava yang penasaran apa yang buat mereka penasaran sampai berkumpul begitu,

Para siswa yang berada di depan Mading seketika menggeser memberikan jalan kepada Ava yang tak lain sahabat antagonis nya.

Ava melotot kan mata melihat banyak foto sahabat nya yang berduaan sama seorang paruh baya yang sedang membunuh seorng nenek-nenek, banyak siswa yang langsung mempercayai akan hal itu. Dia teringat akan alur, alur nya baru aja di mulai, dan nanti akan ada anak baru yang akan menghancurkan hubungan mereka berdua, itu adalah tokoh utama perempuan. Dan soal foto itu sebernya editan orang yang membenci Adline, siapa lagi

Antagonis Ava (Sedang Pergi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang