***
Jangan lupa tinggalin jejak,
__________________________Happy reading...
Setelah makan, sekarang waktunya mereka pulang ke rumah, selama perjalanan di dalam mobil sunyi tidak ada yang berbicara satu kata pun, menempuh waktu sekitar duapuluh menit akhirnya mereka bertiga sampai di depan rumah, ah bukan rumah, bisa disebut mansion.
Gerbang terbuka dengan sendirinya, mobil tersebut memasuki karangan mansion. Mereka bertiga turun dari mobil dan melangkah ke pintu mansion, Vano yang terlebih dulu membukannya.
CEKLEK
Suasana mansion terasa sepi, ketiga orang tersebut masuk dan melangkah menuju kamar masing-masing tak terkecuali Ava. Oh ya ngomong-ngomong orangtua Ava ada keperluan mendesak di negeri orang, ia sudah memberi tahu kepada sang kakak untuk menjaga sang adiknya. Ava memasuki kamar yang bernuasa hitam elegen, pikir Ava. Dia melangkah menuju kamar mandi menyelesaikan ritual mandinya, selesai menjalankan ritualnya Ava bejalan keluar rumah memakai pakaian santai dan berkeliling di mansion yang megah ini.
Satu hari setelah kepulangan Ava dari rumah sakit.
Di tempat lain terdapat sesosok orang terbaring lemah dengan keadaan alat yang terpasang ditubuhnya, sudah satu tahun lamanya koma, dan di dalam ruangan tersebut terdapat seorang gadis yang sedari dulu menemani sang kekasih yang sudah lama tertidur, dengan keadaan gadis berantakan. Setelah pulang sekolah gadis tersebut bergegas menjenguk sang kekasih memantau keadaan walaupun tidak ada perkembangan,
"Edgar ku mohon bangunlah...," lirih gadis tersebut. "Kamu udah satu tahun tidur, apakah kamu tidak merindukanku? Aku sangat merindukanmu...Kumohon bangunlah," lanjutnya memegang tangan yang tidak terpasang infus dengan terisak pedih.
Krett
Sebuah pintu terdengar di telinga gadis tersebut dan menoleh siapa yang membuka pintu ruangan tersebut, gadis tersebut melotot syok melihat paru baya yang berjalan ke arah gadis itu, gadis tersebut menghapus air matanya yang sudah mengalir tadi dan ternyata itu orangtua si cowok yang masih terbaring.
"Keluar!" tegas seorang paruh baya yang memandang gadis itu dengan tatapan sengit. Sang gadis pun menggeleng dengan mata berkaca-kaca ingin menumpahkan air mata lagi. "Gak mau om! Ad masih mau disini nemenin Edgar!!" tolak sang gadis yang tak lain adalah Adline, masih inget kan?
"Saya sudah berkali- kali bilang kepada kamu kan? Jauhi anak saya! Apa perkataan saya taklah menyampai di telinga kamu?" geram sang paruh baya mendekati Adline dan menariknya keluar dengan paksa.
Adline yang di perlakukan begitu menangis dan mencoba berontak, tapi apalah daya kekuatan nya tak sebanding dengannya.
"Ad gak mau ninggalin Ed--,
"SAYA SUDAH BILANG! JAUHI ANAK SAYA ADLINE! !" murka sang paruh baya, memotong perkataan Adline dengan wajah merah padam,
Adline yang mendapat bentakan tersebut menunduk takut, ia tak bisa apa-apa kecuali Edgar sendiri yang turun tangan, tapi apalah? Orangnya masih tertidur nyenyak, ia lanjut menarik gadis terebut keluar ruangan yang sudah terdapat bodyguard, Adline yang ditarik paksa hanya bisa menangis dan berdoa bisa ketemu dengan kekasih walaupun sembunyi-sembunyi, ia sudah berulang kali ketauan menjenguk kekasihnya itu.
Sampai depan ruangan gadis tersebut di dorong sampai gadis itu tersungkur dengan keadaan yang tidak baik-baik aja, suasana rumah sakit sekarang sepi karna sekarang sudah gelap pastinya malam.
"Akhh...," lirih Adline merasakan lututnya yang perih tergores antara keramik, Adline terisak di tempat.
"Pergi dari ruangan anak saya! Dan jangan ketemu lagi! Kalau kau menemui anak saya lagi, kau tau akibatnya!!" ancam paruh baya jongkok mencengangkan dagu gadis tersebut agar melihatnya.
"PAHAM?!!"
Adline terisak di tempat, dia bingung dan bimbang atas ancaman tersebut, kalau dia jauh dari kekasihnya, apakah kekasihnya terima? Pikir Adline.
"JAWAB BODOH!" serunya menghempaskan dagu yang tadi dicengkram.
Adline menggelengkan kepala, tanda tidak mau, apapun resikonya, dia tetap akan menemui atau menemani kekasihnya itu.
"Baiklah itu keputusan yang kau buat, kau yang dapat konsekuensinya," kata paruh baya datar. Membalikkan badan melangkah memasuki ruangan.
Adline berdiri dengan tertatih, melangkah keluar rumah sakit, berjalan dengan pandangan kosong. Sahabat nya pada kemana? Kenapa tidak menemani nya? Bahkan sahabatnya tidak tau kalau kekasihnya itu koma, karna Adline tidak mau membuat sahabatnya itu khawatir.
***
Hari-hari pun sudah berganti, sekarang Ava sedang bersiap-siap untuk melaksanakan rutinitas biasa, yaitu sekolah.
Yang selalu di lakukan Ava dalam ingatan Bella, sering memakai baju atau pakaian tidak terlalu ketat, bahkan Ava asli jarang ke sekolah pakai make up, tapi sekarang tubuh ini udah di miliki sepenuhnya oleh Bella, Ava asli taklah marah, iya bersyukur masih bisa di kasih hidup kedua kalinya.
Ava menatap cermin dengan pandangan takjub, kok bisa? Ya karna sekarang Ava memakai baju tidak serapi waktu dulu, sekarang penampilan nya lebih ke urak-urakaan, baju di keluarkan, pakai sepatu berwarna putih, rambut di cat warna ungu muda di bagian bawah lalu di curly, memakai softlens berwarna hitam pekat, awal warna mata si Ava biru muda, dasi cuma di kalungkan, kesannya cantik lah.
Akhirnya setelah bercermin agak lama, Ava turun ke bawah dengan sedikit tergesa-gesa, karna gerbang 5 menit lagi ditutup, dia berjalan keluar rumah menaiki motor sport keluaran terbaru.
Ngomong-omong rumah sepi, abang-abangnya sudah pada ya berangkat.
***
Ava sampai di depan sekolah, suasana sepi, gerbang pun sudah tertutup, Ava menghela napas baru aja berangkat udah kena sial aja.
"Ck," decak sang gadis itu.
Ava melihat sekelilingnya untuk memasuki selain lewat gerbang depan, ah Ava ingat kebanyakan anak kalau bolos lewat belakang sekolah, sayangnya Ava nggak tau tempatnya dimana, ingatan Ava asli tidaklah ngasih tau.
Ava berjalan tak tertentu arah, meninggalkan motor nya di samping sekolah tersebut, hingga gadis itu melihat sebuah warung yang terlihat kecil bisa di bilang besar, di warung tersebut banyak anak nongkrong dengan asap yang menggembul, Ava yang bingung pun mendekati segerombolan cowok yang ada di luar.
"KIW CEWEK."
"WIH ADA CEWEK NIH BOS, DI SINI."
"EH NENG SINI, DUDUK DI SEBELAH ABANG."
"SIKAT NGGAK TUH."
Suara teriakan demi teriakan terdengar sampai telinga gadis itu, Ava yang bingung pun hanya bisa mematung melihat banyaknya orang, sampai terdengar sepatah kata membuyarkan lamunan gadis tersebut.
Tbc
.
.
.11-01-22
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Ava (Sedang Pergi)
Fantasi[SEBELUM BACA, FOLLOW DULU YA] _____________________________________ Kejadian yang menimpa dua orang tersebut. Tak di sangka malah jiwanya berpindah ke salah satu tokoh novel yang pernah Bella baca, apakah Bella dan seseorang bisa melewati nya? Wala...