CHAPTER 7

473 88 14
                                    

***
Jangan lupa tinggalin jejak,
__________________________

Happy reading...

Ava berjalan di koridor, suasana koridor sekolah sekarang sepi, jam sudah menunjukkan pukul 17.00, sebentar lagi sekolah akan tutup, sedari tadi Ava hanyalah merenung di rooftop sekolahnya, ia melangkah mencari keberadaan motornya itu, tadi pagi ia keburu jadi lupa di taroh kemana. Ava celingak-celingukan mencari keberadaan motor kesayangannya itu.

Tepukan dibahu membuat Ava menoleh ke samping kanan, melihat segerombolan cogan tepat di belakangnya.

"Motor?" ujar orang tepat di sebelahnya.

"Motor? Motor apaan anjir, gue nggak punya uang buat beliin Lo motor," balas Ava.

"Siapa bilang?"

"Lah tadi, Lo bilang motor kan, yodah gue jawab gitu," terang Ava.

"Maksud bos kita tuh, Lo cari motor Lo?" tukas salah satu di antara mereka.

Ava mengangguk, sebagai respon "Ya habisnya, bicaranya satu kata doang, gue mana paham atuh akang."

"Eh tapi kok Lo tau motor gue? Jangan-jangan kalian ya, yang umpetin motor gue?" curiga. Ava memincingkan matanya menatap mereka semua.

Mereka yang dituduh seperti itu menghela napas, sabar ya.

"Bukan, tapi nyimpen," balas Berry. Memutar bola mata.

"Tuhkan! Sama aja," sewot Ava.

"Beda."

"Sama!"

"Beda Ava!!"

"Sam-"

"Beda cantik." Mereka yang mendengar bosnya berbicara seperti itu, tercengang syok, Siapa coba yang nggak syok baru pertama kalinya mendengar bos nya muji orang lain, Deket sama cewek aja nggak pernah. Lah ini?

"Nih kuping gue nggak salah denger nih," ungkap Conner masih tercengang.

"Iya nih, kuping gue nggak salah denger? Bos kita bisa muji orang ternyata," Sahut Berry.

"Duh duh, mamak Abang jadi meleleh dengarnya," celetuk Abigail.

Ava yang mendengarnya hanya diam membisu, ada rasa bahagianya. Ava menatap mereka semua.

"Yaudah, sekarang dimana motor gue? Gue mau balik nih," kata Ava tak sabaran.

"Tuh." Berry menunjukkan keberadaan motor sport milik Ava keluaran terbaru. Franklin melihat perubahan Ava yang dulu dan sekarang, lebih baik sekarang sih, pikir Franklin.

'Menarik' batin Franklin.

"Sama-sama Berry," ujar Berry sendiri.

Ava menoleh ke arah mereka semua, mengangguk cengengesan. "Makasih za, udah amanin motor gue, mahal tuh harganya!" Ava membanggakan diri sendiri bertepuk dada.

"Butut, gitu di bilang mahal!" Franklin berjalan melewati Ava yang melongo, apa-apaan katanya? Butut, heh ngaco.

Mereka berempat menyusul bos yang udah jalan duluan. "Ah ya, maafin perkataan bos kita yeh? Udah biasa dia begitu," pita Abigail tidak enak.

Ava mengangguk dan berjalan mendahului mereka, Ava menaiki motor kesayangan dan memakai helm full face. Hari sudah mulai gelap, Ava memasuki halaman mansion yang terlihat sepi, Ava membuka pintu dan di sambut oleh pelayan mereka.

"Non tumben baru pulang?" tanya maid mengambil tas dan membawanya ke kamar.

"Iya bi, ada urusan tadi," ucap Ava tersenyum tipis. Ava melangkah menuju dapur untuk mengambil air minum. Ava meminum dengan sekali tegukan. Bi Asih melihat non nya di dapur langsung menghampirinya.

"Bi, mama sama papa kapan pulang?"

Bi Asih menggelengkan kepalanya tidak tau, "Bibi nggak tau non." Ava mengangguk sebagai jawaban. "Abang belum pulang juga?" lanjutnya.

"Belum non, non sekarang mandi udah bibi siapakan," ujar Bi Asih menyiapkan makanan.

"Oh ya? Makasih Bi."

Ava berjalan meninggalkan dapur, naik ke atas menuju kamarnya untuk ritual mandinya. Setelah setengah jam Ava selesai dengan ritualnya, Ava keluar kamar mandi melihat jam sudah menunjukkan pukul 19.00 waktunya makan malam. Ava menuju lemari untuk mengambil baju, sesudah itu Ava keluar untuk makan malam.

Ava menurni tangga, melihat meja makan yang sudah terisi berbagai makanan, dan di sana terdapat kedua abangnya. Ava duduk disamping Vano yang sedang menatapnya, Ava menaikan alis.

"Kenapa?" tanya Ava bingung.

Vano menggeleng, mengusap surai yang panjang, "Mama sama Papa pulangnya bulan depan," kata Vano datar.

"Yah...Lama dong," keluh Ava.

Vano dan Bara melirik satu sama lain, memperhatikan wajah sedih adiknya itu.

"Tumben sedih? Biasanya Lo seneng," ujar Bara menyuapkan nasi ke mulut.

"Iya, bener kata bara," lanjut Vano.

Ava yang mendengar celoteh dari kedua abangnya mendengus tak suka. "Ih Ava juga mau berubah kali, nggak selamanya begitu," ucap Ava melirik abangnya sinis.

"Ya, tapi kita kan nggak tau kalau semisal Lo, cuma ngedrama aja!!" Ava yang mendengar balasan dari Bara melotot ke arahnya.

"Bar, nggak boleh gitu," sela Vano menikmati makanan tersebut.

"Tapi bisa aja kali bang," ucapnya tak mau kalah.

Ava menoleh ke arah Vano, dengan senyum yang selalu menghiasi sejak kecelakaan itu. Vano menaikkan alis tidak mengerti maksud adiknya itu.

Ava langsung menghampiri Abangnya itu dan bergelanyut manja di lengan nya. Vano yang mendapat serangan tiba-tiba oleh adiknya hanya mematung. Baru kali ini Vano melihat adiknya manja ke arahnya, dulu aja nggak pernah, bahkan nggak mau.

Bara yang melihat keduanya hanya mendengus berdiri dari bangku dan pergi dari meja makan.

"Aaaa, makacii Abang, utututu jadi sayang sama Abang deh," Manja Ava. Vano hanya mengangguk dan mengacak rambut adiknya.

"Abang, Ava mau nanya deh? Dulu kelakuan Ava kayak gimana sih?" tanya Ava penasaran.

"Kamu jarang akur sama papa sama mama, dan Abang, kamu sering berbicara sama mereka dengan nada ketus, kadang kamu sering ngelawan sama orangtua tidak mau nurut, waktu mama liat kamu siuman, mama cerita ke Abang, kalau kamu Ava yang dulu udah berubah, mama seneng banget, akhirnya kamu nggak kayak dulu lagi, mama sering sembunyiin rasa sakit hati, makanya mama dari luar kelihatan baik-baik aja padahal aslinya engga." Vano berbicara dengan sekali nafas.

Bella merutuki Ava yang keterlaluan, 'Ava kok Lo bisa-bisa nya gitu sama orangtua Lo sendiri, astaga sedih bet gue' batin Bella

"Mama sering cerita ke Abang, atau lebih gampangnya mama lebih terbuka sama Abang."

Ava mengangguk mengerti, "Bang hari Ahad liburan yok, Ava nggak pernah jalan sama Abang."

Vano tersenyum tipis dan mengangguk sebagai jawaban, "Hm." Vano beranjak, berdiri mencium rambut adiknya yang berbau strawberry itu.

"Good night dek."

"Night too bang." Ava yang mendapat perlakuan itu dengan senang hati tersenyum, dulu waktu jadi Bella abangnya udah pergi duluan ninggalin Bella waktu Bella umur 1 tahun, waktu satu tahun itu terdapat musibah yang terjadi pada keluarga Bella, orang tua serta abangnya yang sedang liburan di pantai, waktu perjalanan pulang terjadi kecelakaan dan yang selamat cuma Bella, terus Bella diasuh sama sahabat nya orangtua mereka.

Tbc
.
.
.

18-01-22

Antagonis Ava (Sedang Pergi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang