8. More Appropriate

314 18 0
                                    

"Jeno ya~~~ maafkan aku." Ucap Renjun yang saat ini tengah membujuk Jeno yang sedang merajuk.

Ya bagaimana tidak kesal, kalau awal-nya mereka sudah membuat janji untuk merayakan kemenangan Jeno, kalau tim basket Jeno menang. Bukan hanya merayakan kemenangan saya. Mereka berdua juga berniat untuk merayakan hari terakhir Jeno bermain basket. Tidak perduli apakah Jeno akan menang atau kalah.

Ya walaupun Renjun sudah mengirim Jeno pesan lewat ponsel milik Renjun? Tetap saja Jeno kesal!

Masih mending ya kan kalau misalkan Renjun pergi-nya sebentar. Nah ini apa? Dari pulang sekolah, sampai jam 9 malam, Renjun baru pulang!

Jeno juga harus berbicara omong kosong kepada Jaemin dan Eomma-nya, hanya karena diri-nya yang ingin menunggu Renjun, tanpa harus di curigai Jaemin dan Eomma-nya.

Yup, Jeno sudah mengetahui kalau Renjun dan Jaemin saudara tiri. Itu juga secara tidak sengaja Jeno bertemu dengan Renjun, di dalam kediaman rumah Na.

Yup, ketika Renjun keluar kamar-nya, sedangkan Jeno yang ingin pergi menghampiri Jaemin yang sedang berada di dalam kamar-nya.

Dengan terpaksa Renjun mengakui semuanya kepada Jeno! Dan kalian tau inti dari itu semua? Jeno dan Renjun menjadi lebih dekat satu sama lain, dan Jeno sering bermain di kediaman keluarga Na, hanya untuk bertemu dengan Renjun.

"Jeno sayang~~~ udah ya marah-nya." Pinta Renjun, di iringi rengekan karena Jeno yang masih diam.

Jeno itu kalau marah bukan-nya meluapkan emosi-nya? Dia malah diam. Iya! Mendiamkan Renjun, sampai marah-nya hilang.

Kata Jeno, Jeno tidak mau keterlepasan kepada Renjun, hanya karena emosi sesaat. Jadi, daripada menyakiti Renjun karena emosi sesaat-nya? Jeno lebih baik diam, tak bersuara atau membalas ucapan Renjun seadanya.

Berbeda dengan Renjun yang tidak suka di diamkan. Renjun lebih suka Jeno berbicara terus terang, daripada harus di diamkan Jeno.

Ya walaupun Jeno tidak pernah marah yang lama. Dia paling marah cuma 5 sampai 10 menitan, habis itu kembali menjadi lelaki yang sangat cerewet.

Tapi tetap saja! Renjun tidak terlalu suka dengan cara Jeno! Cara Jeno yang seperti itu, sukses membuat Renjun merasa sangat bersalah.

Kalian pasti tau sendiri bukan, bagaimana perasaan kalian, ketika kalian berbuat salah, tapi kekasih kalian malah diam, masih bersikap baik, dan tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut-nya, kecuali untuk membalas pertanyaan dari diri-mu.

Nah, Renjun jadi merasa berasalah banget karena itu. Ia merasa kalau dirinya sangat bersalah karena sudah melakukan hal itu kepada Jeno. Membuat Jeno yang cerewet ketika bersama dengan dirinya, berubah menjadi Jeno si pendiam, yang sangat di kenal di sekolah-nya.

"Samoyed-ku sayang, sudah ya marah-nya? Aku janji akan menuruti semua permintaan yang kamu inginkan." Ujar Renjun, yang masih berusaha membujuk Jeno.

Ya kan tidak enak kalau dia sudah lama berada di dalam satu ruangan sama Jeno, tapi mereka tetap diam-diaman sedari tadi!

"Benar? Apapun?" Tanya Jeno yang mulai tertarik dengan tawaran Renjun.

Renjun menghela nafasnya kasar. "Apapun. Janji." Ucap Renjun, yang mulai menunjukkan jari kelingking-nya, untuk di tautkan kepada Jeno.

Jeno langsung menunjukkan senyuman menawan-nya, dan langsung menautkan jari kelingking-nya dengan Renjun.

"Kau sudah berjanji loh ya!" Peringat Jeno.

"Iya sayang. Jadi, apa yang kamu inginkan heum?" Tanya Renjun.

"Cuddle sama kamu sampai pagi." Seru Jeno, yang saat ini sudah mendusel manja di perut rata Renjun.

"Oke, cuddle-nya nanti saja ya. Sekarang aku lapar, dan ingin makan makanan yang telah kita beli." Ujar Renjun, menggeser kepala serta tubuh Jeno yang ada di atas perutnya.

"Loh, memang-nya kamu belum makan?" Tanya Jeno, yang terkejut dengan penuturan Renjun.

Renjun yang tengah membuka bungkus makanan pun mengangguk. "Aku sengaja tidak makan, hanya untuk merayakan kemenangan-mu tau! Ah tidak! Aku makan sih, tapi cuma sedikit, cuma untuk menghargai masakan Eomma-nya Guanlin." Jawab Renjun.

Ya, mereka memang sudah membuat janji untuk makan-makan di rumah yang Jeno sewa perbulan-nya, sebagai perayaan atas kemanangan dan hari terakhir pertandingan Jeno sebagai kapten basket.

"Kenapa tidak bilang dari tadi sih?! Kau itu tidak boleh telat makan tau! Dan kenapa tidak langsung makan saja sih?!" Oceh Jeno yang sangat kesal dengan tingkah Renjun.

"Bagaimana aku ingin bilang dan bicara kepada diri-mu, sedangkan kamu saja merajuk kepada diri-ku!" Balas Renjun, seraya memasukkan makanan ke dalam mulut-nya.

"Kau bisa langsung makan saja bukan?" Balas Jeno, yang masih kesal.

"Makan tanpa diri-mu? Oh Tuhan! Bagaimana bisa aku makan, sedangkan kau tidak makan, dan malah melihat diri-ku makan? Aku tidak bisa Jeno Lee." Ujar Renjun.

"Tapikan--" Ucapan Jeno terputus karena Renjun yang sudah lebih dulu memasukkan makanan ke dalam mulut Renjun.

"Daripada kau mengoceh? Lebih baik kau temani aku makan! Cepat makan makanan-mu!" Titah Renjun.

"Suapin." Pinta Jeno, yang sudah membuka mulut-nya, untuk menerima suapan dari Renjun.

Renjun menghela nafas-nya kasar, dan memutarkan kedua bola mata-nya jengah, namun tetap saja memasukkan makanan yang telah ia sendok, ke dalam mulut Jeno.

"Tadi bicara apa saja dengan Jaemin dan Eomma-nya?" Tanya Renjun penasaran.

Pasal-nya, Jeno itu tipikal lelaki yang tidak suka berbicara banyak hal, kepada orang yang tidak ia sukai.

"Biasa, aku bicara omong kosong." Ucap Jeno, yang tengah mengunyah makan-nya.

"Masih tidak ingin memberi tau siapa diri-mu yang sebenarnya?" Tanya Renjun, yang langsung di balas gelengan kepala oleh Jeno.

"Tidak akan! Nanti Eomma tiri-mu malah berniat untuk menjodohkan aku dengan Jaemin lagi! Kau tau sendiri bukan, kalau aku ke sana itu cuma ingin melihat diri-mu." Ucap Jeno, memperingati Renjun.

"Kenapa kau berfikiran seperti itu sih?" Tanya Renjun yang sangat penasaran dengan pemikiran Jeno, bahwa Rosee akan menjodohkan Jaemin dengan Jeno, kalau tau ternyata Jeno bukan anak orang miskin, seperti yang Rosee kira.

"Terlihat sekali dari nada bicara-nya yang sangat ketus kepada diri-ku, berbeda ketika dia bicara dengan Jaemin. Ah tidak! Awal-nya dia berbicara lembut kepada diri-ku, tetapi ketika tau kalau aku anak orang miskin? Nada bicara-nya berubah, dan sepertinya sangat tidak menyukai diri-ku." Jelas Jeno.

"Memang-nya Jaemin tidak pernah berkunjung ke rumah-mu?" Tanya Renjun, yang masih tidak percaya dengan Jeno.

"Untuk apa aku membawa dia ke rumah-ku? Dia bukan kekasih-ku Renjun sayang. Yang pantas aku bawa ke rumah-ku itu kamu."

BACKSTREET - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang