Ringisan yang keluar dari mulut Renjun, begitu mendengar suara telepin yang terus berdering di atas nakas milik-nya.
Telepon Jeno berdering. Langsung saja Renjun membangunkan Jeno.
"Jeno-ya, ponsel-mu berdering." Ucap Renjun.
"Dari siapa yang?" Tanya Jeno yang masih menutup mata-nya.
Setelah mendengar pertanyaan Jeno yang memperbolehkan dia untuk melihat dial name orang yang menelepon Jeno? Renjun langsung mengambil ponsel Jeno yang berada di atas nakas, dan langsung melihat dial name yang tertera di layar ponsel Jeno.
"Eomma-mu menelepon Jeno. Cepat-lah angkat." Titah Renjun, dengan satu tangan-nya yang menepuk-nepuk tubuh Renjun, sedangkan tangan satu-nya lagi ia gunakan untuk memegang ponsel Jeno.
Jeno langsung membuka mata-nya, dan mengambil ponsel milik-nya yang ada di tangan Renjun. Segera ia beranjak dari ranjang tempat tidur mereka, guna mengangkat telepon dari sang Eomma.
Renjun hanya diam melihat kepergian Jeno, yang tengah mengangkat telepon-nya dengan keadaan telanjang bulat, tanpa sehelai benang pakaian apapun yang melekat di tubuh Jeno.
Renjun mengedihkan bahu-nya acuh. Segera memakai pakaian-nya yang berserakan di mana-mana, lalu mulai merapihkan ranjang-nya yang sangat berantakan karena aktivitas mereka semalam.
Tepat setelah Renjun selesai mengganti seprai, sarung bantal, selimut, serta merapihkan ranjang dan kamar-nya, Jeno pun datang dengan keadaan yang sama seperti tadi. Telanjang bulat, tanpa mengenakan pakaian apapun.
Renjun langsung saja mengalihkan pandangan-nya dari tubuh Jeno yang sangat atletis.
Alihan pandangan Renjun, sukses membuat Jeno mengerucutkan mulutnya sebal. "Kenapa harus mengalihkan pandangan sih? Padahal kita sering melihat satu sama lain." Ujar Jeno.
Ucapan Jeno sukses membuat Renjun mendecak kesal. "Ck! Cepat pakai baju-mu ish! Walaupun sudah sering melihat, tetap saja aku malu! Memang-nya kamu tidak malu apa?!" Tanya Renjun yang masih mengalihkan pandangan-nya.
Jeno langsung saja memakai pakaian-nya yang ada di atas sofa. Daripada Renjun merajuk dan berakhir ia tidak di kasih jatah? Lebih baik menuruti semua perkataan Renjun.
"Untuk apa aku malu memandang tubuh indah-mu? Alih-alih malu, aku malah suka memandangi tubuh indah-mu tanpa sehelai benang yang melekat di tubuh indah-mu." Ucap Jeno yang sangat frontal.
"Ck! Sudahi obrolan ini. Apa yang Eomma-mu katakan?" Tanya Renjun, mengalihkan pembicaraan mereka.
Walaupun mereka sering melakukan itu, tetap saja Renjun masih malu melihat tubuh Jeno secara terang-terangan.
Apalagi membahas obrolan seperti ini! Ia sangat malu. Sangat! Ia tidak tau juga apa yang membuat-nya malu.
Ah, mengenai kegiatan itu? Renjun dan Jeno sudah sering kali melakukan kegiatan malam yang sangat erotis itu.
Awalnya Jeno berjanji tidak akan merusak Renjun sebelum menikah.
Namun, suatu kejadian yang sangat fatal, membuat Jeno harus melanggar janji-nya.
Kejadian fatal yang saat itu merupakan kesalahan Jeno, yang mengharuskan Jeno berbuat seperti itu kepada Renjun.
Kejadian fatal apa emang? Ketika perut Renjun tiba-tiba sakit karena keseringan mengkonsumsi makanan pedas, mengharuskan Jeno untuk membeli sebuah obat.
Bodoh-nya, sebelum ia membeli obat, Jeno tidak menanya terlebih dahulu obat apa yang Renjun inginkan.
Ia malah langsung jalan, tanpa menanyakan obat itu kepada Renjun.
Dan kalian tau? Sampai di dalam apotik pun Jeno masih salah ucap, karena kecemasan-nya akan Renjun yang sedang kesakitan di rumah mereka.
Bukan-nya bilang ia membutuhkan obat untuk sakit perut. Jeno malah bilang kalau dia membutuhkan obat untuk kesakitan yang luar biasa.
Sang perawat yang salah tanggap akan ucapan Jeno? Ia langsung memberikan obat yang bernama viagra.
Jeno yang sudah panik, ia langsung membayar tanpa melihat obat apa itu, ia langsung pergi dari apotik dan kembali ke rumah-nya, dan segera memberikan-nya kepada Renjun.
Renjun yang sudah sangat sakit pun langsung meminum obat itu. Alih-alih redah, Renjun malah merasakan panas yang tiada tara, yang terjadi di dalam tubuh-nya.
Tubuh Renjun bergerak tak tentu arah. Ac yang ada di ruangan ini seketika tidak ada guna-nya, yang mengharuskan Renjun membuka seluruh pakaian-nya.
Jeno yang panik, nan cemas pun semakin cemas melihat Renjun yang mulai membuka pakaian-nya.
"Jeno, mohon bantu aku. Tubuh-ku panas. Please, fuck me." Ucapan terkahir Renjun, sebelum mereka melakukan hal itu.
"Injuniee." Panggil Jeno kepada Renjun yang terdiam.
"Heum, kenapa?" Tanya Renjun kikuk.
"Mikirin apa sih? Hm?" Tanya Jeno yang saat ini sudah menaruh dagu-nya di atas pundak Renjun. Bahkan Renjun tidak sadar kalau Jeno sudah ada di samping-nya.
"Tidak ada. Jadi, apa yang Eomma-mu katakan?" Tanya Renjun yang sangat penasaran dengan perkataan orang tua Jeno di telepon.
"Jangan bohong, aku gak suka." Peringat Jeno.
"Tadi Eomma menelepon-ku. Dia menyuruh-ku untuk pulang sebelum jam 7 malam. Kata-nya sebelum jam 7 malam aku harus ada di sana. Ada acara yang harus aku datangi, bersama dengan keluarga-ku." Jelas Jeno.
"Tadi, aku hanya sedang melamun mengenai pertama kali kita melakukan hal ini. Kau dan aku, di kala kau salah membeli obat." Ucap Renjun, yang berterus-terang kepada Jeno.
"Dan acara penting apa itu?" Tanya Renjun penasaran.
"Ah mengenai itu ya? Dulu aku munafik banget ya. Tadinya aku ingin itu menjadi kegiatan terakhir kita. Namun nyata-nya aku salah. Tubuh-mu terlalu candu untuk-ku." Ucap Jeno yang masih setia dengan posisi-nya.
"Aku juga tidak tau acara apa itu. Ketika aku bertanya, Eomma malah menyuruh-ku untuk tiba di rumah tepat waktu saja. Kata-nya, nanti juga aku tau acara apa itu, ketika tiba di acara-nya." Sambung Jeno.
"Jadi, nanti malam kita tidak bertemu?" Tanya Renjun, yang sudah mengerucutkan bibir-nya sebal.
"Tentu saja bertemu. Setelah selesai menghadiri acara itu, aku akan mengabari-mu, dan menjemput-mu di tempat biasa." Ujar Jeno.
Bagaimana bisa Jeno tidak bertemu dengan Renjun? Ketinggalan Renjun barang sedetik saja dia tidak bisa. Rasa rindu langsung menghampiri diri-nya.
Katakan-lah Jeno berlebihan. Tapi memang benar itu adanya. Renjun benar-benar seperti narkoba yang membuat-nya candu.
*drt drt* deringan dari ponsel Renjun, sukses membuat lamunan mereka buyar.
Renjun langsung saja mengambil ponsel-nya, dan segera melihat notifikasi yang masuk ke dalam ponsel-nya.
"Appa?" Gumam Renjun, begitu melihat dial name Appa yang terpampang di layar ponsel-nya.
Renjun langsung saja membuka pesan dari sang Appa.
From : Appa.
Sebelum sore? Cepat-lah pulang! Ada hal penting yang ingin apa bicarakan dengan-mu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET - NOREN
FanfictionCERITA INI KHUSUS NOREN (JENO X RENJUN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK SUKA DENGAN SHIPPER YANG BERSANGKUTAN? DIMOHON UNTUK TIDAK BERKOMENTAR NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR! ATAUPUN DI KEHIDUPAN PRIBADI LEE JENO DAN HUANG RENJUN!