5. I Think

332 19 0
                                    

*kring* suara bel istirahat, sukses membuat terbit-nya senyum para siswa dan siswi.

Tanpa tunggu lama, siswa dan siswi langsung keluar, begitu bel berbunyi. Termasuk Lee Haechan saat ini, yang tengah bersusah payah menarik Huang Renjun yang tengah malas bersemangat.

"Njun, ayo ish cepat!" Pinta Haechan, di sertai rengekkan, serta tarikan tangan yang menarik Renjun, agar cepat dalam berjalan.

Renjun yang di tarik-tarik pun hanya bisa mengikuti ke mana Haechan membawa-nya.

Kantin yang menjadi tujuan utama mereka. Tapi mereka ke kantin bukan untuk makan di sana! Mereka ke kantin hanya ingin membeli makanan, beberapa snack, dan juga minuman.

Setelah membeli, Haechan langsung menarik Renjun lagi, menuju lapangan.

"Renjun, buruan! Nanti kita gak kedapetan tribun paling depan!" Oceh Haechan, kepada Renjun.

"Iya-iya ish! Bawel sekali teman-ku ini!" Oceh balik Renjun, yang langsung jalan dengan cepat. Bahkan saat ini Renjun sudah berlari.

"Yak! Huang Renjun! Tunggu aku!" Teriak Haechan, kepada Renjun.

Renjun tidak mengubris teriakan Haechan, dan lebih memilih untuk melanjutkan larinya.

Kesal Renjun tuh! Tadi di suruh cepat. Tapi ketika dia sudah cepat, malah di suruh lama dan menunggu.

Renjun terus berlari, seraya melihat Haechan yang ada di belakang-nya, yang sedang bersusah payah untuk menyusul diri-nya.

"Renjun, aw--"

*bruk* Renjun terjatuh tepat di pinggir lapangan basket, karena tubuh-nya menabrak seseorang.

"Aw." Ringis Renjun, begitu bokong-nya mencium lantai lapangan basket.

"Mau di bawa ke Uks?" Ujar pria itu, seraya menolong Renjun.

"Tidak usah! Aku-- Alin?!" Seru Renjun, begitu melihat Guanlin, sahabat lama-nya sewaktu ia tinggal di China.

"Renjun?!" Seru Guanlin yang sangat senang melihat Renjun.

Sangking senang-nya, Guanlin langsung memeluk tubuh mungil Renjun, yang sangat pas di pelukkan-nya.

"Yak! Yak! Yak! Aku sesak nafas bodoh!" Peringat Renjun akan pelukkan Guanlin yang erat.

Guanlin yang mendengar itu pun langsung melepaskan pelukkan-nya, seraya terkekeh. "Hehehe Renjun, aku rindu tau! Makanya aku refleks meluk kamu." Ujar Guanlin.

"Aku juga rindu! Bagaimana bisa kau bersekolah di sini?! Kenapa tidak bilang kepada-ku kalau kau sudah tinggal di sini?!" Oceh Renjun yang sangat kesal akan tingkah Guanlin.

"Aku kan tidak punya nomor-mu, bagaimana mau mengabari-mu?!" Ujar Guanlin.

Asal kalian tau, Renjun sering gunta ganti nomornya dulu. Dulu, ia belum mengerti cara mengisi paket internet. Jadinya, ia membeli kartu perdana baru, yang sudah sekalian sama paket internetnya.

"Ck! Kan ada sosial media! Bagaimana sih kamu! Alasan saja! Bilang saja tidak mau mengabari-ku! Sudah ah! Kita unfriend!" Rajuk Renjun yang masih kesal.

Baru saja Guanlin ingin membalas ucapan Renjun, panggilan coach mengintrupsi diri-nya, dan membuat Guanlin terpaksa meninggalkan Renjun yang terus jalan menuju tribun.

"Njun, tadi siapa?" Tanya Haechan, yang saat ini sudah berada di samping Renjun.

Mereka kedapatan tribun paling depan, sesuai keinginan Haechan, dan tentu juga Renjun. Namun Renjun tidak ingin menunjukkan rasa senang-nya ke Haechan.

"Guanlin, teman-ku sewaktu aku tinggal di China." Jawab Renjun, sesekali netra-nya melihat Jeno yang tengah pemanasan, sebelum pertandingan di mulai.

'Tuhan, Jeno tampan sekali!' Batin Renjun, menatap sang kekasih. Namun tetap saja tidak lama! Ia takut ketahuan.

"Yakin teman-mu?" Tanya Haechan curiga, dan tidak puas dengan jawaban Renjun.

"Yakin! Emang-nya kenapa sih? Memangnya kau kira, Guanlin itu siapa?" Tanya balik Renjun, yang sudah mengeluarkan nada ketus-nya.

"Biasa aja kali ah! Aku kira Guanlin itu kekasih-mu." Ujar Haechan, di iringi dengusan kasar, ketika mendengar kalimat ketus Renjun.

"Kekasih darimana?! Tinggi jangkung seperti itu! Aku tidak suka lelaki yang ketinggian! Nanti di kira-nya raksasa sama kurcaci sedang jalan bersama." Balas Renjun.

"Ya kan kali aja. Soal-nya aku tidak pernah melihat kau dekat dengan pria. Atau jangan-jangan kau les--"

*plak* tamparan mendarat di lengan Haechan, yang membuat sang empuh meringis.

"Sekali lagi kau berbicara seperti itu? Habis kau di tangan-ku! Mana ada lesbi sih?! Orang aku saja masih menyukai Lee Taeyong!" Peringat Renjun, yang sudah mengerucutkan bibir-nya sebal.

"Ya kan--- Mark Oppa!" Ucapan Haechan terganti menjadi teriakan, ketika melihat Mark yang sudah masuk ke dalam area pertandingan.

Teriakan Haechan juga sukses membuat netra Renjun berpaling, yang semula menatap Haechan, menjadi menatap ke area lapangan. Lebih tepat-nya Jeno yang juga masuk ke dalam lapangan.

Tentu saja menatap-nya tidak secara terang-terangan. Mengambil kesempatan untuk menatap Jeno.

"Ya Tuhan, Mark Oppa tampan sekali!" Ujar Haechan, yang masih mengangumi ketampanan Mark.

"Apalagi setelah selesai pertandingan, atau istirahat pertandingan. Tubuh Mark Oppa yang di penuhi keringat, tangan-nya yang menyapu rambut-nya sendiri ke belakang, yang mulai panjang, seraya memegang bola basket di tangan kanan-nya, dan tak lupa seringaian yang keluar dari mulut-nya. Aduh Njun! Ini semua tidak bagus untuk kesehatan mental gue yang terlalu Yupi!" Racau Haechan, yang sudah sangat heboh.

Renjun mendengarkan Haechan? Boro-boro! Ia sama sekali tidak mendengarkan Haechan! Tatapan-nya saat ini tengah bersitububruk dengan Jeno yang saat ini tengah menatap-nya juga.

"Semangat!" Ucapan tanpa suara yang keluar dari Renjun, sebelum memutus kontak mata-nya dengan Jeno, karena panggilan Haechan.

Jeno yang di berikan semangat oleh Renjun pun tersenyum manis. Sampai-sampai teman-temannya bingung, kenapa Jeno tersenyum? Serta banyak penonton yang terkesima dan histeris, begitu melihat senyuman Jeno.

"Kau dengar ucapan-ku tidak sih?!" Racau Haechan.

"Dengar Lee Haechan. Lagi kau juga sih yang berlebihan! Apa-apa meleyot hanya karena melihat Mark Oppa!" Ujar Renjun.

"Ck! Jomblo seperti-mu mana paham rasanya jatuh cinta!" Dengus Haechan, yang lebih memilih untuk memutuskan perdebatan-nya dengan Renjun.

Renjun hanya tersenyum mendengar ocehan Haechan. Haechan tidak tau saja kalau Renjun pernah merasakan hal itu. Sering malah.

Lee Jeno, pria yang berhasil memporak-porandagan hati Renjun.

Lee Jeno, pria yang berhasil membuat Renjun jatuh hati kepada diri-nya.

Lee Jeno, pria yang barhasil membuat Renjun tidak ingin kehilangan diri-nya.

Lee Jeno, pria yang mempunyai paras tampan, berpawakan tinggi, karakternya yang dingin waktu pertama kali bertemu dengan Renjun. Renjun mengira kalau dia dan Jeno tidak akan pernah bisa bersama.

Karena apa? Karena Renjun mengira kalau Jeno itu tidak suka kepada diri-nya.

Dulu, Renjun mengira kalau Jeno itu menyukai Jaemin. Namun ternyata ia salah!

BACKSTREET - NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang