Part 2 : Minta Restu

842 75 6
                                    

✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾

"Sumpah ya, hari ini berasa sial mulu dah. Dari pagi udah ketemu mas-mas nyebelin, taksi mogok, dan sekarang? Semoga keberuntungan masih berpihak pada hamba ya Allah," mohonnya mengusap wajah. "Semoga masih bisa ngikutin mata kuliah. Amin."

Setelah mengumpulkan tenaganya kembali, wanita itu langsung bergegas menuju ruang kelas. Setibanya di depan pintu, dia menutup matanya sebentar dan langsung melongoskan kepalanya ke dalam. Helaan napas lega keluar dari bibirnya ketika melihat bangku dekat papan masih kosong, pertanda dosen yang bersangkutan belum datang.

"Alhamdulillah, akhirnya terkabul juga."

Baru akan melangkah masuk, matanya menangkap sosok yang sedang berjalan ke arahnya dengan langkah buru-buru. Wanita itu menyipitkan mata, mencoba mengingat wajah yang familiar di memorinya. Sekian detik menerka, matanya langsung membulat sempurna.

"Jangan bilang, ini orang juga mau masuk kelas?" Dia bertanya pada dirinya.

"Kamu lagi?" Sosok yang baru tiba di hadapannya itu langsung memasang ekspresi yang sama.

"Dunia ini sempit ya ternyata." Wanita itu menggeleng tidak percaya. "Dan akhirnya, kamu juga terlambat kan? Mungkin ini karma ya. Soalnya tadi, kamu kan main nyelonong masuk taksi pesanan orang dan-"

"Permisi, saya mau masuk," potongnya hendak melewati wanita di depannya.

"Ya udah silahkan. Jalan masih lebar kok, tuan!" ujarnya mempersilahkan dan langsung mengekori laki-laki tadi dari belakang.

Aku akan pastiin, ni orang bakal kena marah Pak dosen karena telat. Ya meskipun aku juga telat sih, hehe. Di saat itu, aku bakal ngungkapin fakta yang sebenarnya kalau laki-laki ini sebab musabbab dari keterlambatan seorang Humaira.

Wanita itu bergumam dalam hatinya dengan senyum yang melebar sejak tadi. Dengan santainya dia memandang seisi kelas yang diam memperhatikan kedatangan mereka.

"Selamat pagi semuanya. Maaf saya terlambat karena ada sedikit kendala di jalan."

"Selamat pagi, Pak." Seisi ruangan menjawab serentak. Jawaban yang membuat senyum yang dari tadi melebar, luntur seketika.

Pak?

"Kasyifa Humaira, apa kamu akan tetap berdiri di situ? Atau mau belajar di luar?" tegur laki-laki yang sudah duduk di bangku yang biasa diduduki oleh dosen.

Gawat! Kamu dalam masalah besar, Maira.

°°°

"Wajahnya jangan ditekuk gitu kenapa, Ra. Udah kayak lipatan baju tau."

Lawan bicaranya tidak menggubris.

"Humaira Adzahwa!" teriak Salwa dan langsung membuat pemilik nama menoleh. Dia sudah kesal karena tidak mendapat respon dari teman duduknya itu.

"Kamu panggil aku, Wa?" Akhirnya wanita itu bersuara setelah sekian lama melamun.

"Nggak. Aku panggil Musailamah Al-kazzab," jawabnya asal.

Mendengar itu membuat Humaira menoleh ke belakang. Keningnya mengerut ketika tidak melihat orang yang dimaksud sahabatnya.

"Mana? Nggak ada."

Salwa menepuk jidatnya frustasi. Ngatain sahabat dosa nggak ya?

"Udah ah. Lupain aja, nggak penting," putusnya meminum es teh di atas meja. Dia tidak ingin membahas sesuatu yang membuat kekesalannya bertambah.

Surgaku Kamu [PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang