Bismillah
✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾
"Sekarang pilihanmu hanya dua, menikahi Alika atau mempermalukan dua keluarga," ucap sang ayah dengan suara tegas.
Perkataan dari Rahman membuat dadanya semakin sesak. Yazid berusaha menahan emosinya yang semakin memuncak ketika Hasan--kakak kandung Saras--menuduhnya melakukan sesuatu yang dilarang agama, hingga membuat ayahnya memberinya pilihan itu.
Suasana di ruang tamu kian menegang. Yulia yang duduk di dekat putranya semakin mengeratkan genggaman tangannya, berusaha menguatkan sang putra. Sebagai seorang ibu, Yulia sangat memahami perasaan putranya. Dalam hati terdalam, dia percaya kalau Yazid tidak mungkin melakukan hal yang dituduhkan Hasan tadi.
"Maksud Ayah apa? Kak Yazid melakukan kesalahan apa?"
Suara itu mengalihkan fokus semua orang yang ada di ruang tamu. Tak terkecuali Saras dan Hasan, keduanya memasang ekspresi yang sama.
"Aira?" gumam Yazid yang sudah berdiri. Laki-laki itu langsung berjalan ke arah Humaira yang masih mematung di tempat.
"Kak, ini ada apa?" Humaira menyambut Yazid dengan pertanyaan yang berkeliaran di kepalanya.
Yazid tidak menjawab. Tatapannya kini beralih pada Arfan yang juga masih setia berdiri di samping istrinya. "Terima kasih sudah mengantar istri saya, Dokter Arfan."
Arfan yang sempat berpikir kalau Yazid akan marah karena mengantar Humaira pulang, akhirnya bernapas lega. Ia membalas ucapan terima kasih itu dengan anggukan dan senyuman. Merasa tidak ada urusan lagi, dokter tampan itu meminta izin untuk pulang.
"Kak?" panggil Humaira meminta penjelasan.
"Nanti aku jelaskan," balas Yazid hendak meraih jemari istrinya. Ia dan Humaira berjalan ke tempat perkumpulan keluarga itu, kemudian menatap mereka satu persatu. Pandangan terakhir, jatuh kepada ayahnya.
"Tante, Om, dan semuanya. Maaf jika harus pergi, tapi aku sudah punya keluarga, dan aku tidak ingin masalah ini mengganggu keluargaku." Yazid menarik tangan Humaira untuk ikut bersamanya. Begitu berbalik, suara Hasan menghentikan langkah mereka.
"Apa ini cara kamu menyelesaikan masalah lalu meninggalkannya begitu saja?"
Mendengar itu, Yazid menarik napasnya panjang. Sungguh, ia sudah jengah dengan kehadiran Hasan yang membuat suasana semakin panas. Namun, Yazid berusaha mendinginkan suasana agar keluarganya bisa mengerti. Laki-laki dengan keringat dingin di sekitar pelipisnya berbalik, menatap tajam ke arah Hasan.
"Mereka perlu bicara, jadi saya harap, Anda bisa memahaminya," sahut Yulia yang juga sudah berdiri. Ia juga memandang Hasan dengan tatapan kurang suka, lalu berjalan ke arah Humaira. "Sayang, kamu istirahat dulu, ya."
"Siapa wanita itu?" bisik Hasan pada Saras yang duduk di sampingnya.
"Dia istrinya."
"Apa?!" Hasan terkejut dan segera menutup mulutnya agar suaranya tidak terdengar oleh yang lain. "Jadi, pria itu sudah menikah?"
"Iya," jawab Saras yang juga berbisik.
"Lalu bagaimana? Semuanya bisa gagal."
"Tenang saja, aku punya rencana," balas Saras tersenyum penuh arti. Hasan yang sudah paham jalan pikiran saudarinya mengangguk. Pria dengan tubuh jakung dan kumis tebal itu berdiri dari duduknya. Sikapnya membuat Rahman dan orang yang masih berada di sana terkejut.
"Baiklah, kalau begitu, saya rasa cukup untuk malam ini. Mungkin, Yazid perlu berbicara dengan istrinya tentang kejadian yang terjadi antara dia dengan Alika. Sebagai seorang laki-laki, saya yakin kalau kamu akan bertanggung jawab." Hasan memfokuskan pandangannya ke arah Yazid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surgaku Kamu [PRE-ORDER]
Teen Fiction"Sungguh menyenangkan bukan, ketika melihat orang lain bahagia? Namun jika kebahagiaanmu yang harus dikorbankan, bagaimana?" ... Tentang Humaira, gadis yang terpaksa dikuatkan oleh keadaan yang selalu menuntutnya untuk ikhlas. Kehilangan demi kehila...