Bismillah
✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾
Humaira melingkari dua angka di kalender dengan wajah senang. Hari ini dan lusa, dia tidak akan bertemu dengan beberapa mata kuliah yang hampir membuatnya frustasi, beberapa pengajar yang membuat hatinya selalu mengeluh. Padahal baru saja masuk semester kedua di tahun ini, tapi tugasnya selalu menumpuk layaknya orang yang menjelang skripsian.
Entahlah, mungkin hanya dia yang merasa begini. Padahal ini adalah hal yang wajar bagi mahasiswa pada umumnya, harus siap banting tenaga dan kuras pikiran ketika memasuki dunia perkuliahan. Mereka yang memilih jalan ini harus sanggup berjuang. Mimpi perlu diperjuangkan bukan? Bukankah dengan lelahnya menuntut ilmu, Allah sudah menjanjikan sesuatu yang besar? Tapi itulah Humaira ketika sedang futur.
Kadang dia lupa dengan niatnya bergulat di dunia perkampusan karena penuhnya jam yang hanya dihabiskan untuk mengejar deadline. Bahkan tak jarang gadis itu mengabaikan mimpi-mimpi yang tercatat dan tersimpan rapi dalam kamus hidupnya, karena sesuatu yang mulai mengganggu kesehatannya akhir-akhir ini.
Mungkin karena tidurnya yang larut malam dan kesehatannya kurang diperhatikan, Humaira sering merasa cepat lelah padahal hanya melakukan aktifitas ringan. Pandangannya juga sering kabur, diiringi dengan kepala yang terasa berkunang-kunang. Karena itu, dia sering mengonsumsi obat penambah darah untuk mengurangi gejala anemia yang datang tiba-tiba.
Seperti tadi pagi. Setelah sarapan Humaira meminum obat yang masih tersisa, tanpa diketahui suaminya. Humaira berharap, dia bisa terbebas dari anemia itu. Dengan dagu yang masih ditopang di atas meja ruang tamu, gadis dengan jilbab biru itu tengah melamunkan sesuatu.
Kegiatannya terhenti ketika Yazid turun dengan pakaian yang tidak biasa. Humaira menyipitkan mata, menerka kemana laki-laki itu akan pergi. Dengan kaos putih polos dan celana hitam selutut, Humaira bisa menebak kalau suaminya itu akan pergi berolahraga. Di jam seperti ini?
"Kak Yazid mau kemana?" Akhirnya dia bertanya setelah lumayan penasaran.
"Aku mau main futsal bentar, Ai," sahut Yazid memakai sepatunya. "Kamu mau ikut?"
Humaira menaikkan alisnya, kemudian menggeleng. Dia kurang suka dengan olahraga yang satu itu. Humaira bisa membayangkan bagaimana bosannya dia menjadi penonton kalau ikut bersama Yazid.
"Aku di rumah aja, Kak," putus Humaira menidurkan kepalanya di atas meja dengan tangan sebagai bantalan.
Setelah memakai sepatunya, Yazid melangkah ke tempat Humaira dan mencium kening istrinya itu singkat. "Aku pergi dulu, ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Hati-hati, Kak," pesan Humaira sebelum bayangan laki-laki itu menghilang dari pintu.
Masih di posisi yang sebelumnya, Humaira perlahan mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya, tidak tahu apa yang ingin dilakukan. Karena merasa bosan, gadis itu akhirnya beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke kamar.
Di sana pun sama, tidak ada yang ingin dia lakukan. Sampai akhirnya, Humaira teringat sesuatu dan segera melesat ke ruangan pribadi Yazid, tempat laki-laki itu biasa menghabiskan waktu, dan tempat dimana Humaira menemukan sebuah foto perempuan yang belum sempat dia tanyakan siapa.
Kalau saat ini, Humaira tidak merasa bersalah masuk ke ruangan ini kapanpun dia mau. Karena Yazid sempat mengatakan kalau ruangan ini milik mereka bersama. Jadi, siapapun boleh memasuki dan menggunakan fasilitas yang ada di sana.
"Buku yang kemarin itu mana ya?" pikir Humaira mengitari sekitar tempat itu. Sekian menit mencari, Humaira tidak menemukan buku yang kemarin dia lihat. Mungkin Yazid meletakkannya di suatu tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surgaku Kamu [PRE-ORDER]
Teen Fiction"Sungguh menyenangkan bukan, ketika melihat orang lain bahagia? Namun jika kebahagiaanmu yang harus dikorbankan, bagaimana?" ... Tentang Humaira, gadis yang terpaksa dikuatkan oleh keadaan yang selalu menuntutnya untuk ikhlas. Kehilangan demi kehila...