Bismillah
✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾
Matahari sudah mulai menggeser ke arah barat, pertanda waktu siang akan segera berganti sore. Terbukti dengan berkurangnya hawa panas dan terik yang sejak tadi terasa menyengat kulit. Lambaian angin yang berlalu di sekitarnya, sedikit memberikan kesejukan bagi kaum hawa yang sedang mengemasi barang-barangnya, bersiap untuk meninggalkan ruang kelas yang perlahan sepi.
Hari ini, mata kuliah yang dia ambil lumayan banyak untuk bisa menghabiskan waktu di kampus sampai sore hari. Dia memijit pelipisnya pelan, berusaha menghilangkan denyutan yang tiba-tiba menghinggap di kepalanya. Setelah merasa enakan, gadis yang tidak lain adalah Humaira itu segera beranjak keluar.
Langkahnya terhenti saat handphonenya bergetar. Dia segera meraih benda yang ada di kantong gamisnya dan membaca sebuah pesan masuk. Senyumnya mengembang ketika melihat nama pengirim yang tertera di sana. Dengan gerakan cepat, Humaira memasukkan kembali benda gepeng itu dan melanjutkan langkah, karena ada yang sudah menunggunya di sana.
"MAIRA!"
Pemilik nama itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke samping, kemudian melanjutkan perjalanan tanpa melihat lagi.
"Tungguin!" teriak seseorang dengan langkah dipercepat. Siapa lagi kalau bukan Salwa.
"Aku kira kamu udah pulang, Wa," kata Humaira setelah langkanya sejajar dengan sahabatnya itu.
Salwa masih mengatur napasnya yang ngos-ngosan. "Tadi ... ada kuliah ... tambahan. Jadi, baru pulang sekarang," balasnya terlihat sangat kelelahan. Salwa langsung mendudukkan tubuhnya ketika sudah sampai gerbang kampus.
Tak tega melihat sahabatnya yang kelelahan, Humaira mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan memberikannya pada Salwa. "Minum dulu, Wa."
Salwa segera menerimanya. Setelah minumannya habis, wanita itu lantas berdiri dan mengelus dadanya yang sudah kembali normal.
"Thanks ya, Mai."
"Sama-sama. Lain kali, jalannya pelan-pelan aja, Wa. Kayak orang mau ketinggalan pesawat tau nggak," saran Humaira. Untung wanita itu sedang memakai rok, kalau dia pakai gamis panjang bisa dipastikan kejadian beberapa minggu yang lalu akan terulang. Salwa hampir jatuh karena menginjak gamisnya sendiri.
"Itu karena aku ngejar kamu, Maira. Kamu sih jalannya cepet banget," dumel Salwa.
"Perasaan kamu aja, Wa."
"Terserah deh." Salwa mengalah dan memilih diam. Akan membuang waktu kalau berdebat dengan sahabatnya itu. Kini, dia tengah melirik Humaira yang sepertinya sedang menunggu seseorang.
"Pulangnya sama siapa?" tanya Salwa.
"Tuh," tunjuk Humaira dengan dagunya.
Salwa pun mengikuti arah pandang Humaira. Matanya melebar setelah melihat seseorang yang baru keluar dari mobilnya dan berjalan ke arah mereka.
"ABANG!" pekik Salwa berlari ke arah Yazid dengan tangan terlentang. Dia berniat memeluk kakaknya itu. Namun sayang, laki-laki itu menghindarinya dan tetap melanjutkan langkah ke tempat Humaira berdiri.
"Maaf ya, jadi lama," ucap Yazid mengelus kepala istrinya.
Humaira membalasnya dengan senyuman. "Nggak apa-apa, Kak. Aku juga baru keluar kok."
"Dasar saudara tega!" teriak seseorang di belakang mereka dengan wajah kesal karena merasa dikacangi. Keduanya sontak menoleh bersamaan.
"Kamu ngapain di situ, Wa?" tanya Yazid menatap saudaranya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surgaku Kamu [PRE-ORDER]
Fiksi Remaja"Sungguh menyenangkan bukan, ketika melihat orang lain bahagia? Namun jika kebahagiaanmu yang harus dikorbankan, bagaimana?" ... Tentang Humaira, gadis yang terpaksa dikuatkan oleh keadaan yang selalu menuntutnya untuk ikhlas. Kehilangan demi kehila...