Part 7 : Kehilangan Lagi

579 56 3
                                    

"Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Maka dari itu, Tuhan sudah memberikan tanda agar kita bersiap-siap. Namun, yang sering menjadi pertanyaan adalah, mengapa hanya kematian yang menjadi perpisahan paling menyakitkan? Apa karena kita belum siap kehilangan? Atau lupa kalau semua yang dimiliki akan pergi pada waktunya."

✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾

Bismillah
Allahumma sholli'alaa sayyidina Muhammad

✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾

"Bapak dilarikan ke rumah sakit, Non."

Deg

Benda yang ada di genggaman tangannya hampir jatuh mendengar kabar itu. Humaira merasakan perih di dadanya. Dengan segera, dia meraih tas selempang di atas laci dan berjalan keluar. Karena tergesa-gesa, wanita itu tidak melihat Yazid yang kebetulan melintas di sampingnya.

"Aira? Kamu mau kemana?" Yazid langsung menyusul wanita itu setelah menitipkan barang yang dia bawa kepada salah satu pegawai.

"Aira!" panggil Yazid berhasil menghentikan langkah wanita tadi. Humaira langsung berbalik, melihat laki-laki yang berlari ke arahnya. Dia segera beristighfar setelah menyadari sesuatu. Humaira lupa kalau sekarang dia sudah mempunyai suami.

"Kamu mau kemana malam-malam begini?" tanya Yazid memegang lengan Humaira.

Wanita itu diam sesaat. Suaranya terasa berat untuk dikeluarkan. "Papa." Hanya kata itu yang bisa dia ucapkan.

"Papa kenapa?"

"Papa masuk rumah sakit," jawab Humaira dengan suara bergetar. Dia tidak bisa membayangkan keadaan papanya saat ini. Jangan sampai penyakit jantung papanya kambuh lagi.

Yazid yang bisa membaca kekhawatiran itu refleks memeluk wanita di depannya. "Kita pergi sama-sama, ya."

Humaira mengangguk dan mengikuti suaminya ke parkiran. Dengan kecepatan sedang, mereka berhasil tiba di rumah sakit lebih cepat. Humaira yang tidak sabaran langsung berlari ke dalam, tanpa menunggu Yazid yang sedang membayar parkir.

"Papa mana Bi?" tanya Humaira setelah tiba di tempat yang sering dia kunjungi dulu. Zahrah langsung berdiri dan menunjuk ke salah satu ruangan.

"Bapak masih ditangani sama dokter, Non." Zahrah bersuara setelah menyuruh Humaira duduk.

Yazid yang baru datang juga langsung mendudukkan dirinya di samping Humaira.

"Sebenarnya apa yang terjadi Bi? Kenapa Papa bisa dibawa ke sini?" Humaira menatap Zahrah dengan wajah khawatir.

Zahrah menarik napas dan mulai menceritakan apa yang terjadi. "Tadi, pas Bibi mau anterin makan malam ke kamar, Bapak nggak ada di tempat tidurnya Non. Terus Bibi cari Bapak di ruang kerjanya, juga nggak ada. Akhirnya, Bibi cari di balkon. Ternyata Bapak udah nggak sadarkan diri, Non. Bibi panik dan langsung telpon Pak Iswan."

"Ya Allah," desahnya sambil mengusap wajah. Humaira merasa lemas mendengar cerita Zahrah tadi. Kepalanya yang terasa pusing langsung disandarkan di bahu Yazid. Dia juga tidak tahu, kenapa hatinya terasa nyaman saat dekat dengan laki-laki itu padahal Humaira belum terlalu mengenalnya, dan mereka baru bertemu beberapa jam yang lalu.

Surgaku Kamu [PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang