Bismillah
✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾
Malam ini, Humaira memilih mengerjakan tugasnya di ruangan pribadi yang sudah dia ubah namanya menjadi 'Waktu Kita' karena hanya di ruangan itulah, dia dan Yazid biasa menghabiskan waktu berdua selain di ruang tamu. Seperti saat ini, keduanya tengah fokus pada pekerjaan masing-masing dengan posisi saling berhadapan. Jarak mereka hanya dipisahkan dengan meja kayu yang ada di sana.
Selesai mematikan laptopnya, Humaira melirik laki-laki yang masih serius dengan benda segi empat di depannya. Sesekali dia memperbaiki kacamata yang bertengger di hidungnya yang mancung.
Dengan bertopang dagu, Humaira mengamati setiap pahatan yang ada di wajah laki-laki itu. Matanya yang sedikit sipit, hidungnya yang panjang, bibir merah alami, wajah yang berseri, membuat kepala Humaira menggeleng pelan dan berdecak kagum. Dalam hati, dia membenarkan perkataan Salwa tentang ketampanan yang dimiliki oleh kakaknya. Serta mematahkan pemikirannya tentang wajah yang mirip malaikat Malik itu.
"Pasti banyak yang ngantri buat dapetin dia," gumam Humaira masih dengan posisinya.
"Dapet apa, Ai?" sahut Yazid berhasil menangkap gumamannya.
Humaira sontak memperbaiki posisinya, berpura-pura membaca buku yang kebetulan ada di sampingnya.
"Dapet sembako, Kak," kilahnya membolak-balikkan buku yang sama sekali tidak dibaca.
"Oooh," balas Yazid tanpa menoleh sedikitpun.
"Kak?"
"Hm?"
Humaira meletakkan buku itu pada tempatnya dan bersiap untuk menanyakan sesuatu yang mungkin akan membuatnya malu.
"Aku mau nanya, boleh?" tanya Humaira ragu. Yazid menjawabnya dengan anggukan kepala. "Kenapa Kakak bisa tahu tentang aku? Dan mau nikah sama aku? Padahal kan, kita belum pernah kenal dan ketemu sebelumnya."
"Aku tahu kamu dari Salwa. Dia sering cerita banyak tentang kamu, Aira."
"Terus, Kak Yazid tertarik karena cerita itu?"
Yazid menggelengkan kepalanya, "Bukan itu aja, Ai. Mungkin nanti kamu akan tahu sendiri. Intinya, aku udah lama kenal sama kamu, dan kita juga pernah ketemu sebelumnya."
Humaira mengetukkan telunjuknya ke dagu, agar terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Kapan ya?" gumamnya pura-pura mengingat, padahal dia hafal betul pertemuan mereka waktu MOS itu. Bagaimana mungkin Humaira bisa lupa dengan kakak kelas yang selalu memergokinya ketika terlambat?
"Mau aku ingetin?" tawar Yazid yang sudah tersenyum. "Jangan pura-pura lupa, Aira."
"Iya, Kak. Aku ingat," putus Humaira. Dia tidak ingin mengingat kesalahannya dan ketidaksopanannya waktu itu.
"Syukurlah," kata Yazid tersenyum dan kembali pada kegiatannya.
"Dulu, banyak yang ngefans nggak sama Kak Yazid?" Humaira bertanya lagi dengan wajah yang ditutupi buku.
Mendengar itu, Yazid melepaskan kacamatanya dan siap menjawab pertanyaan dari istrinya, sekaligus mengingatkan Humaira tentang pertemuan mereka waktu itu.
"Mau jawaban yang jujur atau nggak?"
"Jujurlah, Kak."
"Alhamdulillah, lumayan banyak," sahut Yazid berhasil membuat Humaira melirik ke arahnya. "Yang nggak suka juga ada, Ai. Mungkin cuma satu orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surgaku Kamu [PRE-ORDER]
Teen Fiction"Sungguh menyenangkan bukan, ketika melihat orang lain bahagia? Namun jika kebahagiaanmu yang harus dikorbankan, bagaimana?" ... Tentang Humaira, gadis yang terpaksa dikuatkan oleh keadaan yang selalu menuntutnya untuk ikhlas. Kehilangan demi kehila...