This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 )
===================================
SYNOPSIS INSIDE
===================================
Keseluruhan tulis...
Alunan musik lembut menemani acara makan malam keluarga tersebut terdiri dari Ayah, Ibu, kedua anak laki-laki telah beranjak dewasa serta satu menantu yang cantik. Terutama untuk sang Ibu suasana seperti ini jarang terjadi mengingat kedua anaknya telah mempunyai kesibukan masing-masing. Bahkan cukup sulit membagi waktu hanya untuk sekedar berkumpul contohnya seperti makan malam bersama. Maka dari itu sebagai sosok Ibu yang baik tentu saja dirinya sangat menikmati suasana seperti saat ini.
"Karena Ayah telah meminta Ibu untuk memulai obrolan terlebih dahulu, maka Ibu akan memulainya dari anak pertama kita." Ucapnya senyum menatap sang anak sedang menikmati hidangan penutup.
"Silahkan Ibuku yang cantik, aku siap menjawab berbagai pertanyaan akan Ibu ajukan."
Joey Theresa—tersenyum senang mendengar sambutan ramah itu lalu melanjutkan lagi perkataannya, "Bagaimana pekerjaanmu hari ini, Peter? Apa terasa melelahkan? Mengingat kamu jadi satu-satunya pria paling populer di sana."
"Sebagai dokter spesialis anak, tentu aku menikmati pekerjaanku Ibu. Tidak peduli rasa lelahnya tapi aku selalu bersemangat karena dukungan penuh Ibu, Ayah serta istri tercantik aku miliki."
Joey mengangguk kemudian memusatkan perhatiannya lagi kepada Maria—istri dari Peter, sekaligus menantu pertama dalam keluarga besar mereka.
"Kamu beruntung memiliki Peter dalam hidupmu Maria. Dia adalah pria sempurna, tampan, berpendidikan tinggi serta baik hati."
"Iya Ibu, aku beruntung memiliki Peter dalam hidupku, juga dicintai oleh pria tampan seperti dia."
Tentu saja Maria Gulliver yang setelah menikah telah berubah nama menjadi Maria Elgordem, dia bukan wanita dari kalangan biasa. Dia adalah anak dari rekan bisnis kelas atas telah Joey kenal sejak lama. Sama-sama berpendidikan tinggi dan dari keluarga kaya raya membuat Joey merasa puas bisa menjadikan Maria sebagai menantu kesayangannya.
"Peter sudah dan kini ingin mengetahui, bagaimana pekerjaan anak kedua Ibu dan Ayah ini?"
Jared menghentikan suapan puding buah, menyandarkan punggung menatap Ibu dan Ayahnya dengan raut wajah serius.
"Baik."
"Ibu mengerti kamu sibuk memegang penuh bisnis turun temurun keluarga kita. Tapi Ibu ingin sebelum kamu menikah akhir tahun ini, perbanyak untuk menginap di rumah karena jika sudah menikah, kamu pasti akan pindah rumah. Semakin sedikit waktu yang bisa kamu berikan untuk Ibu dan Ayah."
"Ibumu benar, luangkan waktumu lebih banyak lagi dibandingkan pulang ke apartemen. Seperti Ayah walau sibuk di rumah sakit dan memegang jabatan penting juga di sana, tapi selalu berusaha meluangkan waktu oh iya, saran dari Ayah bawa juga Eva ke sini terakhir tunanganmu itu datang dua bulan lalu."
"Baik."
Joey tentu saja mengerti di antara ketiga anaknya Jared paling sedikit bicara. Anak keduanya itu memiliki sikap dingin namun karena hal itu dia tidak kalah populer dari saudara pertamanya Peter. Tidak mungkin memberikan tanggung jawab bisnis keluarga kepada anak pertama, karena Peter sudah terlalu sibuk dengan dunia kedokterannya maka Theresa-La Singapore, dia berikan secara penuh kepada anak keduanya. Sudah lima tahun Jared memimpin hotel terbesar di kota Singapura itu. Karena kecerdasan dia miliki dan sebagai CEO hotel tersebut dia sudah membuktikan di masa kepemimpinannya berkembang semakin baik setiap tahunnya.
Baru saja akan kembali bersuara ketika pandangan Joey menangkap kehadiran seseorang, melihat hal tersebut dengan senyum lebar menunggu sosok tersebut mendekat. Selanjutnya satu kecupan di pipi kiri dia dapatkan itu adalah kecupan manis dari anak bungsunya, Brian.
"Selamat malam Ibu maaf, aku telat ikut makan malam bersama karena terjebak macet di jalan."
"Ibu pikir kamu akan melewati makan malam ini, Sayang, mengingat cukup sulit membuat kedua saudaramu, untuk bisa hadir juga." Ucap Joey sambil meraih satu buket bunga mawar merah, yang Brian belikan untuknya dia tidak dapat menahan rasa senang.
"Bagaimana Adaire Niels?"
Pertanyaan dari suaminya membuat Brian baru saja mengambil tempat duduk, tangan itu ingin meraih satu buah sunkist terhenti. Mata itu menatap suaminya dan dengan senyum ramah.
"Berjalan lancar Ayah, semua tanpa hambatan apa pun."
"Kamu baru saja menyelesaikan gelar study keduamu, mastermanagement. Apa kamu tidak tertarik mengembangkan bisnis lebih besar lagi?"
"Maksud Ayah?"
"Adaire Niels tidak bisa kamu banggakan, itu masih jauh dari bisnis Theresa-La bintang lima bahkan, untuk profesi Ayah dan Peter sebagai dokter."
"Tapi aku cukup nyaman telah memegang penuh kendali AdaireNiels, itu adalah bisnisku yang sejak awal sama sekali, tidak ada campur tangan Ayah maupun Ibu."
Melihat Brian mengupas buah favorit lalu memakan isinya dengan santai, Joey tersenyum untuk sikap tersebut. Brian anak ketiganya sejak masih remaja cukup berani untuk selalu menentang apa yang diinginkan dia dan suaminya.
"Berharap kamu akan memikirkannya lagi untuk ke depannya. Ayah ingin kamu bergabung bersama Jared, lalu membuat hotel besar itu semakin dikenal luas di negara mana pun."
♡♡♡♡
Tersadar sebentar melayani pelanggan bahkan ketika mengembalikan kembalian dari pecahan uang besar. Setelah itu dirinya kembali melamun untuk berbagai hal terutama beban yang semakin besar dirasakan.
"Terima kasih dan ditunggu kedatangannya kembali," Ucapnya ramah, sembari menyerahkan dua gelas berukuran sedang americano.
Lanjut melamun dengan posisi berdiri depan kasir. Sesekali helaan napas keluar dari mulut wanita muda itu. Jika tidak ingat dia sedang kerja sekarang maka dipastikan dia akan menjambak kuat rambutnya sendiri. Berharap pagi akan datang secara cepat sehingga dirinya bisa pulang dan tidur sampai waktu malam datang lagi dan kembali lanjut kerja.
Terlalu larut dalam lamunan tidak sadar ada pelanggan datang sudah berdiri di hadapan membuatnya mengangkat wajah memasang senyum ramah. Tapi dia berhenti tersenyum karena menyadari satu hal bahwa pelanggan berdiri di hadapannya, menatap dia dengan sorot mata tenang, seakan membutuhkan segera respon ramah serta pelayanan darinya.
Suara lembut dari musik diputar kini terasa hening seperti digantikan debaran kencang jantungnya sendiri, untuk seorang pelanggan yang datang serta untuk kehadiran dari cinta pertamanya setelah sekian lama,
Jared Sandreas.
♡♡♡♡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.