"Sayang!"
Menghentikan langkah kakinya yang ingin pergi menuju parkir mobil, Brian melihat kedatangan Ibunya ke Adaire Niels.
"Ibu?"
Ibunya mendekat sembari lengan kanannya dirangkul, tapi raut wajahnya berubah dari senyum menjadi menatapnya khawatir.
"Sayang, kening kamu kenapa?"
Brian tersenyum, "Bukan apa-apa Ibu oh iya, ingin masuk ke dalam? Tapi aku rencananya ingin pergi keluar mencari sarapan pagi."
"Ibu ikut, ya? Pakai mobil Ibu saja, kebetulan hari ini Ibu pergi tidak membawa supir."
"Oke."
"Tapi Sayang! Itu kening kamu kenapa? Pergi dari rumah tadi kamu baik-baik saja jangan bikin Ibu khawatir,"
"Hanya luka kecil karena aku tidak hati-hati."
Tahu Ibunya tidak semudah itu percaya Brian tertawa pelan, dia menggenggam tangan itu menuntun Ibunya pergi menuju parkiran.
Bahkan tanpa sadar di sepanjang jalan setapak Brian kembali mengingat kejadian beberapa menit lalu. Karena hal itu membuatnya tidak dapat menahan tawa.
20 menit yang lalu.
Tubuhnya didorong hingga pelukannya pada tubuh itu terlepas. Menikmati raut wajah kaget serta jeritan tertahan itu Brian menunggu respon selanjutnya akan dia dapatkan.
"Bagaimana bisa kamu?!" Teriaknya dan secepat itu menutup mulutnya sendiri.
"Masih ingin berlaku tidak sopan? Kemarin kamu melukai hidungku lalu hari ini keningku, tidak ingin meminta maaf?"
Di luar dugaan Brian awalnya berpikir wanita itu akan kembali kabur tapi respon selanjutnya justru membuatnya kaget. Wanita itu berlutut dengan kedua tangan memohon ampun kepadanya.
"Aku tidak sengaja sungguh! Bukan bermaksud ingin terus kabur hanya saja — aku tidak tahu harus memulai dari mana, karena semua terjadi bukan kemauanku! Jadi aku ingin minta maaf walau terlambat tapi maukah kamu melupakan semua ini? Tidak! Aku yakin kamu tidak akan semudah itu melupakannya!"
Melihat sekitar sepi Brian membawa tubuh itu berdiri lalu menatapnya marah, "Apa yang kau lakukan? Berlutut untuk respon berlebihan kau lakukan, apa kau gila?"
Wanita itu tiba-tiba saja menangis, "Kupikir aku memang sudah gila! Untuk semua permasalahan menghampiri dengan banyak! Jadi aku tidak ingin kabur terus saat melihatmu!"
"Berhenti menangis! Jika ada yang melihat akan berpikir aku membuatmu menangis!"
Wanita itu menghapus cepat air matanya lalu tertawa senang dan perubahan cepat itu membuat Brian menatap aneh.
"Jadi, apakah kamu sudah memaafkan aku? Oh iya, aku baru mengetahuinya jika kamu salah satu dari penyewa di sini, wah! Kita secara tidak langsung akan bertetanggaan, bukan? Ayo berteman baik denganku! Di mana kamarmu? Lantai pertama atau lantai dua? Tapi di lihat dari penampilanmu pasti mempunyai banyak uang, kamu menyewa kamar di lantai pertama bukan? Yang kudengar di lantai pertama bangunan ini semua kamar sewa berukuran besar!" Serunya senang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Adaire Niels
RomantizmThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== SYNOPSIS INSIDE =================================== Keseluruhan tulis...