_Hello Nona_

32 9 4
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan yang tadinya sunyi sekarang menjadi ribut karena teriakan seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan yang tadinya sunyi sekarang menjadi ribut karena teriakan seseorang. Siapa lagi berani melakukan hal itu selain manajernya Lano Benardin? Pria itu berteriak kaget melihatnya ingin meraih tisu di atas meja kerja.

"Oh my god, tampan! Apa yang terjadi?!" Teriak Lano dari arah pintu sebelum dia berlari mendekat.

Meraih tiga lembar tisu Brian berjalan menuju cermin. Baru saja akan mengelap darah keluar dari keningnya tapi tisu itu dirampas Lano. Dia menoleh menatap kesal pria itu tetap pada keinginan untuk secepatnya mengetahui apa yang terjadi kepadanya.

"Cepat jawab! Apa yang terjadi pada kesayanganku ini sampai berdarah seperti ini!" Teriak Lano lagi mulai menekan tisu pada kening Brian hanya sebentar, karena Brian mengambil tisu itu dan menghadap ke arah cermin lagi.

"Aku baik-baik saja."

"Kau terluka seperti ini dan bilang baik-baik saja?!" Masih berteriak kaget Lano mulai berjalan tidak tentu arah, "Pasti telah terjadi sesuatu padamu Brian. Bagaimana bisa kau dua kali terluka? Bahkan dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam?! Ini pasti ada seseorang berniat ingin mencelakaimu jawab Brian, astaga! Aku ingin pingsan sekarang!"

Menyadari sesuatu Lano berlari menuju meja kerja Brian dia mencari keberadaan kotak obat. Saat menemukan dia meraih beberapa yang penting lalu membawanya mendekat pada Brian.

"Duduk Brian —"

"Aku tidak apa-apa."

"Duduk sekarang! Atau kau mau melihatku semakin berteriak lalu membuat semua penyewa Adaire Niels berlari ke sini?!"

Menghela napas Brian memilih mengalah berjalan menuju sofa dan duduk di sana sementara Lano ikut duduk di sampingnya mulai terlihat serius mengobati luka di keningnya. Dia yang tidak apa-apa saat diobati sementara Lano terus meringis kesakitan. Hanya beberapa menit menunggu setelah selesai Brian menoleh ke arah cermin besar di samping kirinya, plester transparan kini menghiasi sudut kanan atas keningnya.

"Siapa yang melukaimu? Beraninya melukai wajah tampan ini, bagaimana bisa kau dua kali terluka dalam waktu berdekatan Brian?!"

"Berikan segera data terbaru para penyewa Adaire Niels."

Lano berteriak, "Jangan membuatku kerja dulu Brian sementara aku khawatir denganmu, astaga! Kau belum menjawab pertanyaanku siapa melukaimu? Aku harus tahu orangnya lalu setelah itu aku akan mencekiknya sampai dia kehabisan napas!"

"Aku tidak akan membahasnya setidaknya untuk saat ini. Kembali ke ruang kerjamu dan bawa data terbaru para penyewa."

"Kau sungguh menyebalkan Brian Madsen!"

Menatap Lano yang melihatnya marah Brian justru tertawa pelan, "Aku tidak menyebalkan, teman."

♡♡♡♡

Tiga puluh menit, satu jam, dua jam atau tiga jam?

Rean mengurung diri bersama rasa panik dalam kamar atap tersebut. Seharusnya jam segini dia pergi untuk tidur mengisi tenaga tapi setelah kejadian itu dia tidak dapat tidur.

"Bagaimana aku dapat mengetahuinya? Apakah dia salah satu penyewa di sini atau bukan?! Atau dia hanya sedang berkunjung karena kebetulan temannya berada di sini?" Ucap Rean penuh kepanikan dia akhirnya memutuskan turun dari tempat tidur, membuka selimut sempat menutupi keseluruhan diri untuk bersembunyi.

"Lano! Ya! Aku dapat mengetahui dari pria itu!"

Berlari mendekati pintu lalu menggeser meja dan kursi setelahnya Rean keluar menuruni tangga. Sesekali dia memastikan keadaan sekitar dan tiba di lantai dua bangunan ini dia mencoba untuk bersikap tenang. Tapi rasa takut itu terus muncul karena bisa saja dia bertemu pria itu untuk ketiga kalinya. Namun Rean bernapas lega tidak melihat keberadaan pria tersebut artinya lantai dasar juga pasti aman.

Penuh senang wanita itu berlari ke arah tangga menuju lantai dasar. Tidak lupa dirinya menyapa penuh ramah kepada para penyewa yang lewat, baik pria maupun wanita mereka juga tidak kalah ramah mau membalas senyuman manisnya.

"Oke, Rean, mari berpikir tenang dan menganggap semua akan aman. Pria itu kamu tidak akan bertemu dengannya lagi maka dari itu untuk menjawab rasa tenang dan kegelisahan diri, kamu harus pergi menuju ruang kerja dari pria yang menginginkan dipanggil cantik itu."

Tersenyum senang Rean mulai berlari menuruni tangga menuju lantai dasar tapi terlalu bersemangat dia sampai tidak memperhatikan keselamatan diri. Tepat saat belokan Rean tersandung kakinya sendiri dia berteriak tertahan tubuhnya terhuyung ke depan, bersama seseorang ingin menaiki tangga yang secara tidak langsung meraihnya membuat dia jadi selamat dari insiden terjatuh dari tangga.

Sekarang Rean berada dalam pelukan seorang pria dengan debaran kencang jantungnya muncul begitu saja. Berusaha menarik napas sebanyak mungkin perlahan Rean mendongak dia bertemu pandang dengan wajah seorang pria. Seseorang membuatnya menjadi ketakutan sejak tadi dan seharusnya dia hindari tapi justru sekarang ada di hadapannya. Rean yang menampilkan raut wajah kaget sementara pria di hadapannya menatapnya dengan senyum.

"Halo Nona, kita bertemu lagi."

♡♡♡♡

♡♡♡♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Adaire Niels Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang