0.9 | SURABAYA & KECEWA

348 63 10
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Khalisa keluar dari mobil berwarna merah terang yang menepi di pinggir jalan. Tangannya melambai pada orang didalam mobil.

"Makasih banyak ya, Tya!" ucap Khalisa merasa begitu senang. Jika bukan karena Katya, ia tak akan bisa sampai di Surabaya dengan sesukses ini.

Katya tersenyum sambil mengepalkan dua tangan ke udara. Menyumbangkan sedikit semangat untuk temannya.

"Sama-sama. Good luck!" seru Kartya dengan senyum merekah.

Khalisa mengangguk sebelum menutup pintu mobil. Dan membiarkannya berlalu jauh meninggalkannya sendirian.

Kepala bersurai hitam bergelombang itu menoleh ke kanan kiri memperhatikan kendaraan, menunggu sepi agar bisa menyeberang. Khalisa menggigit bibir melihat disekitarnya banyak orang yang akan menyeberang juga.

Saat lampu rambu lalu lintas untuk pejalan kaki berubah hijau semua kaki-kaki itu melaju cepat tapi Khalisa malah berjalan kikuk dengan punggung kaku.

Kekhawatiran dan kegugupan tiba-tiba menyergap Khalisa tanpa alasan saat melihat kini ia diantara banyak orang asing. Seketika rasanya ingin menghilangkan atau tidak terlihat. Saat mata-mata itu melirik, Khalisa langsung menunduk. Memperhatikan penampilannya, ia begitu khawatir jika dipandang jelek.

Padahal jika diperhatikan tidak ada yang salah dari diri Khalisa.

Ayo Lisa jangan takut. Gapapa kok mereka nggak bakal ngapa-ngapain kamu.

Seperti ada sosok lain didalam diri, suara itu masih berusaha menyemangati. Meringankan kekhawatiran aneh yang menerpa insannya.

Oke, mereka baik.

Khalisa mengangkat kepalanya yang tertunduk dengan pelan. Tapi belum lima menit tenang suara klakson mobil yang sahut-menyahut membuat Khalisa terlonjak.

"Woii jangan ditengah jalan dong!" teriak pengemudi mobil SUV putih lantang.

Cepat-cepat Khalisa berlari ke seberang dengan nafas memburu dan jantung berdegup kencang.

•••

Akhirnya sampai juga. Pagar tinggi dihadapannya membuat Khalisa tersenyum tipis. Pasti bahagia sekali adiknya didalam sana. Semua kekhawatirannya sirna.

Tapi sekarang masalahnya Khalisa tidak tahu harus apa. Harus mengetuk? Tidak mungkin. Berteriak memanggil? Tentu saja tidak. Lalu apa?

"Loh, nak Kila. Ngapain diluar?"

Suara dari belakang membuat Khalisa reflek menoleh. Menemukan pria berkumis yang kepalanya melongok dari jendela mobil.

"Ee.. itu.. saya.." Lagi-lagi Khalisa tidak tahu harus membalas apa. Astaga dia benci kemampuan sosialisasinya yang payah ini.

Manusia PelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang