0.2 | ANAK BERBAKTI

348 52 1
                                    

"Menjadi apapun dan siapapun, selama itu membuatmu dan manusia lain bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menjadi apapun dan siapapun, selama itu membuatmu dan manusia lain bahagia. Kamu tetap anak baik. Jadi, sini aku beri elusan dikepala karena kamu sama berharganya."

♬♩♪♩ ♩♪♩

Sebuah kamar bernuansa monokrom diisi oleh dua pasang anak adam bermuka serupa. Yang satu sedang duduk di meja belajar. Sedangkan yang satunya lagi merebahkan diri di kasur sembari menerawang langit-langit. Hening. Hanya ada suara angin yang menerbangkan gorden di pintu kaca menuju balkon.

Di luar sana langit tertidur ditemani rembulan. Memejamkan mata namun keduanya terjaga karena memikirkan hal yang sama.

"Udah deh, Le. Nurut aja apa kata Papa." Akhirnya pemuda yang duduk di meja belajar buka mulut pada saudara kembarnya yang sedang merebahkan diri dikasur sambil memeluk gitar kesayangnnya.

"Kok lo jadi belain Papa?!" Tepat saat amarahnya tersulut pemuda bernama Leo langsung beranjak dari kasur tak lupa membawa gitarnya, mengambil hoodie yang tergantung di pintu lemari lalu memakainya. Ia muak semua orang di rumah ini memang sama saja.

"Karena gue bukan anak durhaka," lirih Goe spontan, membiarkan perasaan frustasinya mengambil alih. Sukses menghentikan gerakan Leo membuka pintu. Kemudian seperti baru saja mendengar lelucon dirinya tertawa pelan. Leo menoleh menatap remeh pada Geo yang kembali fokus pada lembaran soal-soal kimia.

"Lucu amat sih hidup lo, Ge. Kayak robot," cibir Leo sebelum tubuhnya menghilang ditelan pintu. Meninggalkan Geo dengan berbagai pikiran berkecamuk di kepala.

•••


Leo berusaha memperlambat ritme jalannya agar tak ada suara yang terdengar. Kepalanya tertoleh kesana kemari memeriksa keadaan. Akan sangat berbahaya kalau orang tuanya tahu. Jantungnya berdegup kencang lantaran cemas.

"Mantap, " gumamnya senang setelah berhasil sampai di daun pintu rumah. Sambil menarik tuas pintu dia bersorak dalam hati.

Sayangnya saat pintu terbuka kenyataan pahit harus Leo telan bulat-bulat. Senyum lebarnya musnah begitu melihat orang tuanya berdiri di depan pintu. Entah dari mana mereka berdua Leo tidak mau tahu. Padahal tadi Leo kira mereka di rumah. Tapi masa bodoh, sekarang yang dia mau hanya menerobos pintu dan lari sekencang yang dia bisa.

"Mau kemana kamu? Jangan kira papa nggak tau kelakuan kamu diluar sana. Manggung di kafe? Buat apa Leo?! Malu-maluin keluarga! Mau jadi apa kamu?!" Pernyataan keluar dari mulut Papa. Beribu alasan pun tidak akan berguna karena gitar sudah melingkari tubuh Leo. Ia tidak bisa menyangkal akan pergi. Sesuatu yang Papa dan mama tidak suka. Karena menurut mereka bermain musik itu tidak ada gunanya. Yang mereka mau hanya anak-anak yang memiliki pangkat tinggi nantinya. Dipandang dengan mata berbinar. Menjadi pusat perhatian yang dihujani pujian.

Manusia PelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang