0.6 | MENJADI SENIMAN

250 33 5
                                    

"Persahabatan tidaklah penting, layaknya filosofi, layaknya seni itu tidak memiliki nilai bertahan hidup; namun merupakan satu dari banyak hal yang memberikan nilai untuk bertahan hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Persahabatan tidaklah penting, layaknya filosofi, layaknya seni itu tidak memiliki nilai bertahan hidup; namun merupakan satu dari banyak hal yang memberikan nilai untuk bertahan hidup." - C.S. Lewis

•••

Ditengah suasana kelas yang ramai karena jam kosong. Di bangku depan paling ujung sebelah kiri, dengan serius Geo memutar pena dengan telunjuk dan jari tengahnya. Sedangkan Leo entah menghilang kemana. Mungkin ke kantin karena tadi pamitnya begitu. Tapi sampai sekarang bel masuk sudah berdering dia belum juga kembali. Mungkin wajar karena sedang jamkos tapi masalahnya titipan Geo belum datang.

Ditunggu satu menit lagi, dua menit, tiga menit..

Cukup! Kesabaran dan cacing di perutnya tidak tahan lagi. Geo berdiri dengan kesal. Hingga gesekan meja dan kursi yang terdorong terdengar nyaring. Membuat beberapa siswa-siswi yang masih dikelas seketika menoleh kaget. Namun masa bodo tanpa babibu lagi ia segera keluar kelas dan mencari dimana keberadaan Leo.

Ternyata benar, Geo menemukan Leo beserta empat anak lain dengan tidak berdosanya duduk sambil menikmati soto ayam dan mendoan di kantin. Begitu mata mereka bertemu, Leo melambaikan tangan dengan mendoan yang masih ia kepit dibibir. Sungguh tidak mengindahkan tatapan Geo yang sudah ingin melemparnya ke wajan panas milik ibu kantin.

Begitu sampai di hadapan Leo tangan Geo langsung tersodor ke depan. Persis preman pasar yang sedang memalak. Bedanya kini Geo memalak makanan. "Mana titipan gue!"

"Weh weh jangan nyolot bro!" Leo reflek memundurkan diri dan mengangkat kedua tangan ke udara sebagai sinyal terancam ketika jarak Geo semakin dekat.

"Mana?" Alis Geo kian menyatu bersamaan dengan nada suara yang bisa dipakai di sound horor. Alias rendah dan penuh amarah.

Demi menghindari hal yang tidak diinginkan misal Geo membanting meja, secepat mungkin Leo menyengir. "Nih sandwich stroberi sama Cimory Yogurt Drink Strawberry baginda hehehehe." Ia memberikan dua makanan itu dengan pelan ke telapak tangan Geo. Agak was-was kalau saja Geo membuang makanan yang sudah susah payah ia beli dengan membelah lautan manusia tadi.

Geo bergeming. Setelah mengambil makanan miliknya lantas duduk di salah satu kursi. Melihat respon itu Leo tentu lega. Tugas selesai, Leo ingin melanjutkan makan.

"Cukup, gue ga mau denger ocehan lo bang, " ucapnya tepat sebelum Geo ingin kembali membuka mulut. Lantas melanjutkan acara menyeruput hangatnya kuah soto dengan hikmat. Seolah membuat seseorang menunggu kelaparan adalah hal sederhana.

"Jangan galak-galak dong, Ge. Kita tuh laper jadi makan dulu, kalo mau mendoannya makan aja gapapa," timpal Tiyo dengan kikikan canggung. Yang langsung diangguki oleh Kalan, Nesar dan Tezza yang sadari tadi mengamati.

Geo menghela. "Ga perlu." Kemudian membuka bungkus plastik sandwich dengan agak brutal karena tidak tahan sudah lapar dari tadi. Lalu melahap makanannya dengan tenang.

Manusia PelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang