0.4 | KEKALAHAN SI BONEKA

292 45 3
                                    

Pandangan Geo memburam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan Geo memburam. Suara tepuk tangan di sekelilingnya seperti dengung tak berujung. Kalungan medali emas yang melekat di lehernya membuatnya berkilau diantara orang-orang. Geo kira ia akan bahagia dengan semua pujian yang dia dapatkan. Ia akan tersenyum bangga pada dirinya sendiri. Namun lama kelamaan rasanya semu.

Geo mengamati mama dan papa yang tersenyum lebar di ujung sana setelah namanya disebut lantang sebagai pemenang. Mama melambaikan tangan kecil. Lalu tak lama seorang wanita mengajaknya berbicara dan membuatnya menoleh. Entah apa yang mereka bicarakan namun kelihatannya nama Geo sedang dijadikan topik pembicaraan. Terlihat dari cara mama melirik dan menunjuknya beberapa kali.

Senyum Geo merekah. Mama bangga padanya. Tidak percuma usaha dan kerja kerasnya selama ini. Ia tak sabar ingin dipeluk.

Setelah turun dari podium tubuhnya langsung jatuh ke dalam pelukan mama. Namun Geo mengernyit karena tidak merasakan balasan atau sekedar tepukan di punggung. "Mah, "panggilnya lirih.

Tangan mama meraih lengan Geo lalu mendorongnya menjauh. Dengan linglung Geo menatap raut wajah mama yang biasa saja. Lalu bergantian menatap papa yang tersenyum tipis sambil mengelus kepalanya singkat.

"Yuk pulang," celetuk mama tanpa menghiraukan Geo yang senyumnya telah memudar. Apakah seperti itu caranya menyambut kemenangan?

"Medalinya lebih bagus dari yang lalu. Aku suka. Iyakan ma? " Tapi bukan Geo namanya kalo menyerah. Mama menghentikan langkahnya, menoleh pada medali itu. Membolak baliknya sebentar lalu berdecak.

"Ah, engga, kayak biasanya, " balas mama sambil terkekeh.

"Terus yang mama suka yang kayak gimana?"

Wanita itu terdiam. Geo berharap mama akan tersadar kalau medali ini sebenarnya sudah cukup bagus.

"Semua medali keliatannya sama."

Sambil berjalan Geo bertanya-tanya dalam hati. Kalau begitu kenapa mama tidak pernah puas? Apakah kurang? Berapa?

•••

Sebelum pulang mama mengajak berfoto katanya untuk kenang-kenangan. Padahal sudah banyak foto semacam ini di rumah. Geo, Mama dan papa sudah siap tapi Leo malah berdiri di samping mobil. Bermain ponsel tidak peduli sekitar. Lagipula tidak berguna juga kalau Leo ikut berfoto.

"Le, ngapain kamu disitu? Ayo sini," ujar mama sambil menarik tangan Leo.

Leo pun menarik tangannya. Menolak ajakan. "Males ah."

"Leo, " panggil papa dengan suara rendah dan penuh penekanan. Memerintah agar untuk sekali saja anaknya satu itu bisa menurut.

Menyebalkan! Leo tidak suka dipaksa. Ia menghela nafas kasar dengan muka tertekuk. Kemudian melirik Geo yang hanya diam seakan tak punya mulut. Dasar bisu!

Akhirnya secara terpaksa Leo ikut dalam sesi foto walau mukanya pasti tidak enak dilihat. Lebih kusut dari kemeja yang tidak disetrika setahun. Lebih kecut dari jeruk nipis.

Manusia PelikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang