Satu

326 27 7
                                    

*

*

*

*

"Mas, pacar baru gue ganteng, ya?" ucap Julia sambil menaikkan kedua alisnya naik turun.

Pria di hadapannya langsung menaikkan kedua alisnya bersamaan. Pandangannya, yang tadinya fokus menatap layar ponsel--berisi email sinopsis salah satu penulisnya--kini beralih pada perempuan yang tak lain tidak bukan junior di kantor. Mereka kini sedang duduk berhadapan di salah satu warung makan yang tidak jauh dari kantor.

"Lo udah punya pacar lagi?" tanya Panji, pria itu, dengan ekspresi tidak percayanya.

Seingatnya, Julia baru putus dari sang mantan pacar belum lama dan sekarang sudah dapat gantinya? Kenapa gadis ini begitu cepat berpindah ke lain hati? Kenapa tidak dengan dirinya yang begitu sulit untuk melupakan sang mantan kekasih?

Julia dengan wajah santainya mengangguk. "Kan lo tahu, Mas, kalau gue nggak bisa lama-lama sendiri."

"Anak mana kali ini?" tanya Panji, yang kini sudah kembali fokus pada layar ponsel.

"Marketing."

"Hati-hati lo sama anak marketing, mereka jagonya ngalus."

Julia tidak peduli. "Tapi ganteng kan?"

"Ya, mana gue tahu, kan lo belum pernah kenalin ke gue, Jul. Ada-ada aja."

"Cek ig story gue."

"Gue lagi bales email," balas Panji cuek.

Julia langsung berdecak. "Ini tuh waktunya ISHOMA, Bang. Istirahat, sholat, makan. Ngerti nggak sih lo? Mau dipuji siapa sih lo kerja sebegitunya? Mas Aiman nggak bakal muji lo juga kan? Dia mana peduli lo kerja kayak apa."

"Lo bisa nggak sih kalau sama gue bawelnya dikurangin? Nanti kalau gue baper lo mau tanggung jawab?"

Julia mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh sambil membuka botol air mineralnya. Menunggu pesanan mereka siap dihidangkan membuat Julia mendadak haus. Saat jam makan siang begini, memang antrian banyak jadi mereka harus sabar menunggu.

"Ya, tergantung."

"Mati lah," sahut Panji sambil menarik selembar tisu lalu memberikannya pada Julia.

Perempuan itu sontak menaikkan alisnya bingung, pasalnya mereka belum makan jadi tidak mungkin bibirnya sudah belepotan. Lantas karena apa seniornya ini memberinya tisu?

"Ngelap keringet. Jidat lo basah," ucap Panji sambil menunjuk dahi Julia yang sedikit berkeringat.

Julia langsung ber'oh'ria paham dan merebut tisu yang Panji sodorkan. "Panas banget ya, di sini, Mas, mau ujan deh nanti malem kayaknya," keluhnya sambil mengelap keringat yang membasahi dahinya.

"Masih panas api neraka kali," sahut Panji.

Julia mendengus sambil memutar kedua bola matanya. "Lo udah pernah ke sana, Mas?"

"Katanya," balas Panji cuek.

"Kata siapa?"

"Ada. Orang dalem."

"Anjir."

Panji kemudian meletakkan ponselnya setelah selesai membalas email. Lalu tak lama setelahnya pesanan mereka datang. Tidak ada obrolan lagi setelahnya, keduanya memilih untuk mulai menikmati pesanan mereka masing-masing ketimbang kembali mengobrol.

Obrolan berlanjut saat masing-masing mangkok mereka bersih.

"Gue ditraktir kan ini, Mas?"

"Ogah," tolak Panji mentah-mentah. Ia menarik selembar tisu untuk membersihkan bibirnya, sama persis seperti dilakukan Julia saat ini, "bayar sendiri. Lo kerja emang buat apaan kalau bukan buat makan?"

After Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang