Sebelas

41 10 5
                                    

*

*

*

*

"Balik bareng siapa?"

Hening. Tidak ada jawaban. Yang ditanya malah sibuk dengan ponselnya sambil senyum-senyum tidak jelas. Sampai akhirnya membuat Panji gemas dan menarik rambut gadis itu pelan. Namun, cukup membuat Julia mengaduh kesakitan dan berbalik menatap Panji dengan pandangan tidak terimanya.

"Apaan sih, Mas?" protes Julia sambil berdecak kesal. Kepalan tangan terangkat tinggi, seperti bersiap untuk memukul si pelaku. Meski pada kenyataannya gadis itu tidak benar-benar ingin melakukannya, "ganggu orang lagi seneng aja," gerutunya kemudian.

"Ya salah sendiri ditanyain malah asik hapean."

Kali ini Julia meringis malu. Ekspresinya terlihat sedikit sungkan, meski hanya sedikit.

"Hehe, sorry, Mas, tadi lo ngomong apa?"

Panji berdecak. "Balik sama siapa?" ulangnya kemudian.

"Oh, itu, lo boleh duluan deh. Kan lo pasti capek banget, tuh, jadi lo duluan aja nggak papa kok."

Panji tidak bisa menahan kerutan di dahinya saat mendengar jawaban Julia. "Tumben?" Kedua matanya menyipit curiga, "mau dijemput cowok toilet lo?"

Kembali memanggil kenalannya dengan sebutan 'cowok toilet' Julia tidak terima. Gadis itu langsung memprotes keras.

"Mas Panji, iih, namanya Dewangga, ya. Bagus-bagus kok main diganti jadi cowok toilet," omelnya kemudian.

"Jadi bener?"

"Bener apanya?" Julia malah balik bertanya karena tidak paham. Tangannya sibuk mencari pouch make up-nya untuk touch up tipis-tipis sebelum dijemput Dewangga.

"Ya itu dijemput cowok toilet lo."

"Dewangga, Mas." Julia menoleh ke arah Panji sekilas dengan wajah tidak bersahabatnya.

"Iya, apapun itu lah. Nggak peduli gue."

"Mas Panji!" rengek Julia karena dengan isengnya Panji sengaja menyenggol lengannya yang sedang memoleskan liptint pada bibirnya. Bibirnya mengerucut sebal karena hasilnya yang sedikit berantakan. Alhasil Julia harus mengulang.

Sambil tertawa Panji menarik tisu yang ada di meja Julia lalu menyerahkannya pada gadis itu. Meski dengan raut wajah ekspresi yang cemberut, gadis itu tetap menerimanya. Menghapus sisa liptint yang berantakan.

"Lagian lo ganjen banget sih pake acara dandan dulu sebelum ketemu doi. Biasanya kalau sama gue nggak tuh," komentar Panji kemudian. Ia memilih duduk di meja Julia setelahnya dengan pandangan fokus menatap sang junior yang tengah asik memoles bibirnya.

"Apaan? Gue tiap balik perasaan selalu touch up dulu deh biar nggak keliatan pucet. Nggak ngaruh mau balik sama siapa atau mau pergi sama siapa," sahut Julia tidak terima.

"Masa sih? Kok gue nggak pernah liat?" Panji terlihat tidak terlalu yakin dengan jawaban Julia.

"Ya soalnya biasanya gue touch upnya di toilet." Setelah selesai, Julia kemudian mulai membereskan barang-barang dan memasukkannya ke dalam tas.

"Terus kenapa tumbenan hari ini di sini?"

"Males ke toilet gue, Mas."

Julia langsung berdiri setelah semua barangnya masuk ke dalam tas. Diikuti Panji setelahnya. Kemudian keduanya berjalan beriringan meninggalkan ruangan.

"Gue masih bisa anter-jemput semau lo padahal, kenapa lo milih dijemput orang yang bahkan baru lo kenal sih?"

Julia tertawa lalu masuk ke dalam lift, mengikuti langkah kaki Panji. Kebetulan di liftnya kosong sehingga sekarang hanya mereka berdua.

After Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang