Empat

50 16 1
                                    

*

*

*

*

Julia langsung memasang wajah cemberutnya saat mendapat sebuah chat yang dikirimkan sang kekasih. Padahal rasanya baru tadi siang ia merasa senang karena akhirnya merek akan pulang bersama, eh, tapi giliran jam pulang, sang kekasih malah membatalkan janjinya begitu saja. Tentu saja ia kesal. Padahal mereka sudah berencana ingin menonton bersama sepulang kerja. Karena hampir seminggu lebih ini mereka jarang sekali bertemu, padahal mereka masih satu kantor.

"Kenapa lagi itu muka?" ledek Panji saat menemukan sang junior dengan wajah masamnya, padahal beberapa menit yang lalu wajahnya terlihat berseri-seri.

"Gue gagal pulang bareng sama Jeff, Mas. Ngeselin banget deh ini orang, padahal gue udah rencana ngajakin dia nonton, Mas. Gue sama Jeff itu udah lama banget nggak punya quality time bareng," keluh Julia.

"Anak marketing lagi sibuk kali, Jul, selow aja. Nonton masih bisa besok-besok. Udah, ayo, sekarang gue anterin pulang!"

"Nonton dulu yok, Mas," ajak Julia sambil menunjukkan wajah andalannya, "gue yang bayarin deh. Masih males balik nih gue jam segini, gabut mau ngapain."

"Daripada lo bayarin gue tiket nonton, mending bayarin gue makan, yok, itung-itung buat bayar ongkos gue anterin lo balik. Gimana?"

Julia berpikir sejenak. Sepertinya bukan ide yang buruk. Panji lumayan asik kalau diajakin nongkrong, toh, pria ini juga kalau makan pasti juga ngajak makan di pinggir jalan, jadi lebih hemat.

"Oke, deal." Julia langsung berdiri dan langsung membereskan barang-barangnya, "mau makan di tempat langganan lo, Mas?"

Tanpa perlu repot-repot mengeluarkan suara, Panji langsung mengangguk dan mengiyakan. Lalu keduanya segera bergegas meninggalkan kantor menuju warung makan langganan pria itu.

Terkadang Julia suka heran dengan gaya hidup seniornya ini, yang memiliki gaya hidup sederhana. Apalagi mengingat gaji Panji yang masuk ke dalam hitungan tidak sedikit. Benar-benar tidak cocok dengan gaya hidup yang dimiliki pria itu.

"Mas, keluarga lo terlilit utang gede yak?"

Panji yang baru saja selesai memesan dan baru hendak duduk hanya mampu mengerutkan dahinya heran, kala mendengar pertanyaan dari Julia.

"Maksudnya?"

"Ya, dengan gaji lo yang jelas lebih gede dari gue, hidup lo terlalu sederhana, Mas. Lo itu terlalu irit. Tempat tinggal lo cuma di kostan, pergi kemana-mana juga cuma motoran, padahal lo mampu beli rumah atau mobil loh meski kredit dulu. Tapi kenapa lo lebih milih gaya hidup kayak orang susah sih?"

"Emang keliatannya gue kayak orang susah?"

"Ya, enggak gitu maksud gue, Mas."

Panji terkekeh melihat wajah gelagapan Julia. "Iya, gue paham, Jul. Gue milih gaya hidup begini karena menurut gue emang ini yang bikin gue nyaman. Prinsip gue kalau kita bisa hidup sederhana, kenapa harus kebanyakan gaya yang bikin saldo rekening gue nangis? Bagi gue tampang boleh nggak good looking, tapi saldo tetep good rekening. Dengan begini gue bisa menjamin kemakmuran istri gue kelak, karena gue bukan suami yang boros."

Julia menopang dagunya sambil memperhatikan wajah Panji. "Lo itu good looking loh, Mas. Lo sadar nggak sih? Beruntung banget sumpah istri lo kelak."

"Lo mau daftar? Gue masih buka pendaftaran loh, Jul."

Julia langsung menggeleng cepat-cepat. "Sembarangan! Gue udah punya cowok, Mas, jangan godain gue. Gue aduin ke pacar gue baru tahu rasa lo."

"Lah, masih pacar kan? Masih bisa putus kali, Jul. Lo juga kalau pacaran kan nggak pernah lama, paling juga minggu depan--"

After Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang