Tujuh

43 11 2
                                    

*

*

*

*

"Jeff, bisa ngobrol sebentar?"

Jeff tidak dapat menahan kerutan di dahinya saat Panji tiba-tiba menghadangnya. "Mau ngomong soal apa ya, Mas?" tanyanya dengan wajah kebingungannya.

Seingatnya ia tidak memiliki urusan dengan seniornya yang beda divisi ini.

"Soal Julia," balas Panji tidak ingin basa-basi.

Raut wajah Jeff langsung berubah. "Terus urusannya sama lo apa ya, Mas? Sorry nih, ya, gue sama Julia udah selesai dan dia sendiri yang mutusin gue. Jadi kayaknya kita nggak perlu ngobrolin ini."

Ekspresi tidak percaya terlihat jelas pada wajah Panji. Sebelah tangan pria itu terkepal kuat, kalau tidak ingat mereka masih berada di lingkungan kantor, Panji bersumpah akan langsung menghajar wajah Jeff detik ini juga.

"Lo beneran selingkuhin Julia? Salah dia apa sama lo sampe lo giniin dia? Kalau emang dari awal lo nggak niat serius sama dia, nggak harusnya lo deketin dia, sialan!"

Dengan wajah tanpa dosanya Jeff tersenyum sinis. "Dia sendiri yang dari awal nggak serius sama gue. Lalu masalahnya di mana?"

Demi Tuhan Panji sudah kehilangan kesabarannya. Ia benar-benar ingin menghajar wajah pria ini, nggak harus sampai babak belur, minimal memar dikit juga Panji sudah puas.

"Maksud lo ngomong gitu apa?" tanya Panji, kali ini ia berusaha menahan emosinya mati-matian. Ia tidak boleh mengotori tangannya dengan memukul pria ini bukan? "tahu dari mana lo kalau dia nggak serius sama lo? Julia nggak bakal mau macarin cowok kalau dia nggak serius sama orangnya. Emang dasar lo aja yang brengsek, nggak usah sok nyalahin orang, anjing!" serunya emosi.

Pertahanan dirinya roboh. Panji tidak bisa menahan emosinya lagi. Ia sudah siap menghajar wajah menyebalkan ini.

Apalagi saat melihat wajah Jeff yang kini semakin tersenyum meremehkan. Kedua tangan pria itu menyilang di depan dada pandangannya menatap Panji dengan tatapan iba. "Gue kasian deh sama lo, Mas, terjebak kakakadekzone tapi lo belainnya sampe sebegininya. Saran gue mending lo ja--"

Kalimat Jeff terputus karena Panji akhirnya menghajar pria itu. Pukulannya cukup keras hingga membuat pria itu tersungkur di atas lantai.

"Lo kalau nggak tahu apa-apa saran gue jangan kebanyakan bacot! Dan saran tambahannya kalau mau selingkuh minimal jangan sampai ketahuan, njing!"

Jeff langsung bangkit, tangannya meraba ujung bibirnya yang terasa sedikit perih. "Jangan lo pikir gue nggak berani bales lo ya, Mas," ucapnya terdengar tidak main-main, "dan asal lo tahu ya, Mas. Gue nggak selingkuhin Julia."

Detik berikutnya giliran Jeff yang melayangkan pukulan ke wajah Panji.

"Terus apa? Julia yang selingkuhan lo?"

Jeff tidak membalas dan hanya tersenyum sinis. Tanpa perlu menjawab Panji paham betul arti senyuman itu. Maka tanpa berpikir panjang, ia kembali melayangkan pukulan ke arah Jeff.

"Emang anjing ya lo, Julia nggak pantes banget nangisi cowok banci kayak lo."

"Tapi lo juga harus tahu, Mas, kalau Julia nggak pantes buat cowok cemen yang bahkan nggak berani bilang suka sama dia."

Panji tersenyum sinis. "Gue udah peringatkan di awal, kalau nggak tahu apa-apa saran gue diem daripada malu sendiri. Sorry, jangan samakan gue sama diri lo yang nggak bisa lihat cewek cantik dikit terus nggak tahan buat nggak macarin. Kita beda level," ucapnya langsung pergi meninggalkan Jeff begitu saja.

After Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang