Dua

99 18 4
                                    

*

*

*

*

Panji langsung menyipitkan kedua mata curiga saat Julia secara tiba-tiba meletakkan kotak bekal makanan di hadapannya. Ia langsung menoleh ke arah gadis itu untuk meminta jawaban. Bukannya menjawab, Julia malah membuka kotak bekal makan itu, yang ternyata isinya nasi goreng. Dari baunya sih harum tapi kalau rasa, ia tidak terlalu yakin. Karena memang Panji belum tahu siapa yang membuatnya.

"Belum sarapan kan, Mas?"

Panji langsung menggeleng sebagai tanda jawaban. Maklum, anak kost, nggak ada yang masakin jadi suka melewatkan sarapan. Biasanya ia sarapan bubur ayam dekat kostan, kalau kesiangan ia akan membawanya ke kantor dan sarapan di kantor, tapi kebetulan hari ini tukang bubur langganannya sedang libur dan ia bangun kesiangan, alhasil ia belum sempat sarapan.

"Pas banget, hari ini gue bikinin lo nasi goreng spesial ala Julia. Dicobain, Mas!"

Tanpa rasa sungkan Julia meraih tangan Panji dan menyuruh pria itu menggenggam sendok yang selesai ia lap menggunakan tisu.

"Abis mimpi apa lo bikinin gue sarapan?"

Seingat Panji, Julia bukan tipe yang serajin ini sampai masak dulu sebelum berangkat kantor. Karena tak jarang gadis itu menitip bubur ayam langganannya dekat kost untuk sarapan. Lalu sekarang Julia membuatkan sarapan untuknya? Bukankah ini patut dicurigai?

"Nggak abis mimpi apa-apa. Lo jangan curigaan sama gue bisa nggak sih, Mas? Orang kalau ada yang berniat baik belajar masak itu didukung, bukannya dicurigain. Udah lah, Mas, nggak usah banyak tanya, langsung dimakan."

"Ya, mana bisa, lo itu orangnya malesan apalagi kalau soal ginian, disuruh bikin mie instan doang pas lembur aja ogah-ogahan, apalagi masak. Ya, wajar lah kalau gue curiga."

Julia menghela napas panjang. "Ya, menurut lo aja lah, Mas, kita lagi lembur karena kerjaan belum beres, masa malah disuruh masak? Ya, jelas gue nggak mau lah, mending order makanan. Nggak perlu ribet."

"Halah, emang dasar lo-nya aja yang malesan," komentar Panji sinis, ia malah mengorak-arik nasi goreng buatan Julia dan bukannya langsung memakannya. Ekspresinya terlihat penuh keraguan untuk sekedar menyendok dan menyuapkannya ke dalam mulut, "bisa dimakan nggak sih? Enggak ada racunnya kan?" sambungnya bertanya penuh dengan nada curiga.

"Mau dibeliin dulu?" tawar Julia dengan wajah datarnya.

Panji mengangguk cepat. "Boleh, tapi ntar lo yang makan kan?"

Julia mengangguk tidak masalah. "Asal lo ikut makan sih gue nggak papa. Mau? Kalau mau gue berangkat sekarang nih buat beli," balasnya terdengar tidak main-main. Ia bahkan memberi ancang-ancang akan pergi meninggalkan meja kubikel pria itu.

Panji menggeleng cepat seraya menarik ujung kemeja yang dikenakan Julia. Ia menatap Julia dan kotak bekal itu dengan ragu-ragu, "Beneran bisa dimakan kan ini?"

"Bisa, Mas, astagfirullah, nggak percayaan banget sih lo sama gue."

"Lo udah nyoba?"

Kali ini Julia diam. Hal ini menimbulkan perasaan curiga dari pria itu. Ragu-ragu Panji menoleh dan menemukan wajah meringis Julia. Detik berikutnya, umpatan samar terdengar dari mulut pria itu.

"Kampret! Beneran jadi kelinci percobaan nih gue?"

Julia menggeleng panik. "Enggak gitu, Mas, maksud gue. Gue punya alesan, tadi gue buru-buru, makanya belum sempet ngicip. Bukan karena gue nggak mau."

Panji langsung menggeleng tidak peduli. Tanpa ragu, ia langsung menyendok nasi goreng buatan Julia dan menyuapkannya pada mulut gadis itu. Karena belum siap, Julia hanya bisa pasrah menerima suapan itu. Tanpa menunggu komentar gadis itu, Panji langsung menarik selembar tisu untuk mengelap sendok bekas Julia.

After Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang