Lima

39 12 2
                                    

*

*

*

*

"Mas, nebeng pulang ya?"

Panji tidak dapat menahan kerutan di dahinya saat mendengar pertanyaan Julia. Semenjak berpacaran, juniornya itu sudah sangat jarang nebeng pulang dengannya. Lalu kenapa gadis ini mendadak ingin menebeng? Apakah mereka sedang bertengkar? Batinnya bertanya-tanya.

"Mas!"

Panji tersentak dari lamunannya dan kembali melanjutkan kegiatan membereskan barang-barangnya. "Cowok lo ke mana?"

"Enggak ke mana-mana, ya pulang ke rumahnya."

"Berantem?" tebak Panji sambil memakai tas ranselnya.

"Astagfirullah, enggak, Mas. Jangan sembarangan! Gue nebeng karena mau mintol sama lo."

Panji langsung memasang wajah was-wasnya. "Perasaan gue langsung nggak enak, anjir. Mau minta tolong apaan lo?"

"Temenin gue ngemall dong," rengek Julia sambil bergelayut manja pada lengan Panji, yang dengan cepat langsung ditepis pria itu.

"Apaan sih, nggak usah pegang-pegang!" ketus Panji galak.

Namun, bukan Julia namanya kalau langsung melepaskan diri. Perempuan itu kembali bergelayut manja pada lengan Panji, yang membuat pria itu akhirnya pasrah dan membiarkan gadis itu bergelayut manja pada lengannya.

"Temenin dong, Mas, lo kan paling baik, paling ganteng, paling segalanya lah pokoknya. Mau ya?" rengek Julia masih tidak ingin menyerah.

Panji mendengus. "Iya, paling bisa lo manfaatin juga kan?"

"Hehe, enggak dimanfaatin, Mas. Kan membantu sesama."

Panji berdecak tidak suka sambil menarik diri dari Julia. Pria itu mundur beberapa langkah dengan ekspresi tidak sukanya. "Mau nyari apaan ngemall sore-sore gini? Ini kan lagi tanggal tua, lo emang ada duit? Gue males ya, ntar kalau harus nombok."

Saking akrabnya mereka, Julia memang sudah tidak sungkan untuk meminta Panji kalau ingin membeli barang tapi duitnya kurang. Karena pria itu memang sebaik dan seroyal itu sama teman. Tidak hanya pada dirinya saja tapi pada teman-teman kantor lainnya. Pria itu bahkan memiliki julukan pinjaman bank berjalan, karena Panji adalah tempat anak-anak kantor ngutang.

Julia terbahak. "Enggak lah, ya kali, Mas. Gue mau beliin kado buat Jeff, masa minta lo nombok, nggak lah. Harga diri dong. Gue bayar sendiri ntar, tugas lo cuma perlu nganterin, nemenin, sama milihin doang. Enak kan?"

"Mau ulang tahun dia?"

Keduanya berjalan meninggalkan meja kubikel dan ruangan setelah memastikan semua layar komputer mati. Kebetulan mereka adalah penghuni terakhir di ruangan karena yang lain sudah pulang lebih dahulu.

"Iya. Kira-kira enaknya beliin apa, ya? Kemeja? Sepatu? Atau jam tangan? Jam tangan couple keknya lucu deh ya, Mas? Gimana menurut lo?"

Julia bertanya dengan antusias sambil menunggu pintu lift terbuka sedangkan Panji hanya memasang wajah datarnya.

"Mas, kasih komentar dong!"

"Masakin aja, ayam teriyaki lo kemarin lumayan tuh, gue rasa Jeff suka sih. Jangan balado terong, ya, takutnya ntar lo malah diputusin lagi karena bikin dia mencret."

Julia merengut kesal. Jadi ceritanya kemarin Panji sempat terkena diare karena balado terong buatannya. Untung saja pria itu tidak sampai masuk rumah sakit.

"Rese lo! Kan gue nggak sengaja yang itu, lagian lo juga yang salah, kalau udah tahu pedes harusnya kan nggak lo lanjut makannya, mana hampir lo abisin lagi. Kenapa masih aja lo makan sih, Mas? Nyari penyakit lo."

After Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang