Born

4 0 0
                                    

"Ziel, gimana kehidupan baru kamu sama keluarga kecil kamu? Dari informasi yang kita dapat nih, banyak yang masih ngga setuju sama kamu nikah sama istri kamu"

Ziel tersenyum mendengar pertanyaan dari host, "im happy. Aku bahagia akhirnya bisa nikah sama istri aku dan she is a good women. Kalau kata dia, akhirnya aku bisa temuin cowok yang sefrekuensi sama aku. Membicarakan hal random yang menurut orang lain ngga penting untuk diomongin. Kalian ngga bisa terus terusan mencoba gapai tangan aku, karena saat itu ada tangan lain yang lagi nunggu untuk aku gapai. Dan akhirnya aku harus coba untuk gapai tangan dia dan berhasil. Ini pilihan aku, pilihan yang aku tunggu bertahun-tahun, pilihan yang udah aku pikirin berulang kali".

"Apa yang baru kamu tau tentang istri kamu setelah married?"

"Istri aku ngga pernah mau ada maid di rumah, selagi dia bisa menyelesaikan pekerjaan rumah sendiri. Dia bakalan kerjain sendiri. Dan hal hal kecil lain yang ternyata buat dia happy"

"Wow, jadi di rumah kalian bener bener ngga ada maid?" Ziel menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

"Istri kamu kerja bukan? Gimana caranya dia kerjain itu semua?"

"Iya dia kerja, dia bangun lebih pagi"

"Ada hal yang buat kamu ngerasa wow ke dia? Atau lebih tepatnya kayak 'im proud of u, my wife'?"

Ziel terkekeh dan melihat ke arah sahabat-sahabatnya yang menahan tawanya seolah sudah tau apa yang akan Ziel jawab. "Pas awal awal mereka pada nginep di rumah".

Member lain tertawa karena benar saja jawaban Ziel. "Mereka nginep di rumah dan kalau mereka nginep aku kan tidur sama mereka bukan sama istriku, dan istri aku nyiapin sarapan yang malah jadi makan siang buat kita, pas kita bangun tuh rumah udah bersih, rapi, nyaman banget pokoknya. Dia ngerjain semuanya tanpa ngebangunin kita".

"Mereka suka nginep di rumah kalian?" Ziel berdeham sambil terkekeh.

"Sampai kemarin malam mereka masih suka nginep di rumah".

Suasana di dalam studio ini menjadi meriah mendengar jawaban dari Ziel. Tidak disangka, ternyata Kakak-Kakaknya dan Adiknya masih saja mengganggu waktu mereka berdua. Sebenarnya Ayla tidak terganggu dengan kehadiran mereka. Hanya saja Ziel yang suka terganggu dengan kehadiran mereka. Karena memang waktu untuk berdua sangat sulit setelah menikah. Untung saja ia sudah pernah menghabiskan waktu berdua saat honeymoon namun hal itu masih saja ada yang belum mereka lakukan di dalam note mereka. "Ketika mereka datang ke rumah, istriku udah seperti sedang mengurus anak kecil. Merepotkan, untungnya saat sedang hamil mereka ngga terlalu merepotkan istriku".

Valerio tertawa tidak berhenti, "sorry, ngga bilang kalau ke ganggu. Coba kalau bilang"

"Kita akan datang setiap hari" lanjut Jason dengan diakhiri suara tawanya yang pecah. Ziel menggeleng kecil.

"Istri kamu ngga keberatan?"

"Ngga, istriku malah seneng mereka datang ke rumah. Katanya rumah jadi ramai, tapi ketika aku minta enam anak dia memarahiku".

————————

"Kok kamu cerita kayak gitu sih?" Ziel terkekeh dibalik perut Ayla, lelaki itu sedang mencium perut Ayla.

Ziel menempelkan telinga nya kepada perut Ayla, mendengarkan sesuatu di dalam perut Ayla. Tangan Ayla tidak berhenti untuk memainkan rambut suaminya. "Baby, kapan mau keluarnya? Papa udah ngga tega liat mama kamu bawa perut besar ini".

Ayla menggelengkan kepalanya mendengar nama panggilan itu. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi orang tua, ia masih tidak bisa memanggil dirinya dengan sebutan Mama. Sedangkan Ziel sudah sering sekali berkomunikasi menggunakan Mama dan Papa. Padahal, Ayla belum terbiasa dengan nama panggilan itu entah kenapa. Sudah bulannya untuk Ayla melahirkan anaknya, semakin sering Ayla jalan kaki di sekitar halaman depan rumahnya. Ziel juga sudah sering menjenguk anaknya yang ada di dalam perut Ayla. Kata dokter, kegiatan itu dapat merangsang anak untuk keluar dari perut istri. Pertama kali baby merespon suara kedua orang tuanya, Ziel dan Ayla sangat senang sekali. Apalagi Ayla yang sampai menangis.

Im Not Ur FansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang