🙃🙃🙃
.
.
.Brakkk!!!
.
.
.
.
Mobil itu meluncur bebas dan berakhir dengan menabrak pintu kaca salah satu ruko yang terletak di pinggir jalan. Beruntung Wang Yibo berhasil menarik tangan Xiao Zhan menghindar tepat waktu, sehingga dia tidak menjadi korban. Keduanya sempat berguling tumpang tindih satu sama lain di atas aspal akibat hilang keseimbangan."Xiao Zhan, kau tidak apa-apa?" Wang Yibo membawa Xiao Zhan yang berada dalam pelukannya untuk duduk, kemudian bertanya seraya memegang kedua bahunya erat. Namun, pertanyaan itu tidak dijawab oleh yang bersangkutan. Mungkin saja dia masih syok.
"Kalian baik-baik saja?" Beberapa orang berkerumun untuk melihat keadaan mereka. Sebagian besar yang lain sibuk mengerubungi mobil yang menabrak ruko.
"Aku tidak apa-apa," jawab Wang Yibo. Setelah diperhatikan lagi, Xiao Zhan juga tidak terlihat mengalami luka serius. Hanya terdapat beberapa luka gores. Ia lalu mengimbuhkan, "Kami berdua baik-baik saja. Terima kasih sudah bertanya."
Orang-orang yang awalnya berniat memberikan bantuan itu pun beranjak membubarkan diri.
"Xiao Zhan, ayo, kita pulang saja," ajak Wang Yibo sembari menarik bahu Xiao Zhan untuk berdiri. Dia menduga itu hanya alasan saat tadi Xiao Zhan mengatakan ada urusan mendadak. Lelaki itu tampak menurut saja ketika Yibo meraih lengannya, tetapi baru beberapa langkah, ia berhenti dan mendesis kesakitan memegang kaki kanannya. "Kenapa?"
Xiao Zhan tidak menjawab pertanyaan itu. Wang Yibo tanpa menunggu lagi bergerak cepat mendudukkan Xiao Zhan di trotoar dan menyingkap celana kain yang membungkus kaki kanannya. Setelah memeriksanya, Wang Yibo menyimpulkan bahwa kaki lelaki itu terkilir.
Xiao Zhan memperhatikan keseriusan Wang Yibo ketika melakukan hal itu untuknya. Dahinya berkerut samar. Wajahnya menampilkan raut kekhawatiran yang sangat kentara. Entah kenapa, pemandangan itu membuat perasaan Xiao Zhan kembali sensitif. Dengan suara bergetar dan netra berembun, ia berucap, "Wang Yibo. Sebaiknya kau pergi saja."
"Apa maksudmu?" Wang Yibo mendongak memandang Xiao Zhan. Mimik mukanya tampak bingung.
"Karena aku membencimu!"
"Xiao Zhan, aku tidak mengerti. Sebenarnya apa yang sedang kau bicarakan?"
"Kapan kau pernah mengerti?! Semua yang sudah kuusahakan, tidakkah kau mampu melihatnya?"
Wang Yibo dibuat terpana oleh wajah seindah purnama yang kini tengah menatapnya dengan netra berembun. Gerakannya seketika terhenti. Iris kelamnya memandang Xiao Zhan lekat.
"Apa lagi yang harus kulakukan agar kau mau menatapku?" Kedua tangan Xiao Zhan terulur menarik kemeja yang melapisi dada bidang pria Wang. "Apakah kesalahan yang kulakukan begitu besar sehingga kau tidak bersedia kembali?!"
Dari amukan Xiao Zhan, Wang Yibo akhirnya mengerti ke mana arah pembicaraan lelaki manis itu. Namun, bukankah malam itu Xiao Zhan sendiri yang mengusirnya pergi?
"Tunggu dulu. Bukankah kau sendiri yang menginginkan aku menjauh? Saat kau bermimpi buruk beberapa minggu lalu---"
"Tidak," sahut Xiao Zhan cepat. Ia sekarang menyadari kesalahpahaman Wang Yibo. "Sejujurnya, selama ini, aku terus berjuang memerangi trauma akibat penculikan itu," terangnya mengawali cerita.
"Hampir setiap malam dia datang di mimpiku. Terkadang ia melukaimu, Xiao Wu, Xiao Qiu, juga diriku sendiri. Butuh waktu bagiku memulihkan diri dari semuanya, dan ketika mimpi buruk itu perlahan berakhir, Bibi Wang menawariku untuk menjadi supirmu. Kemudian aku memberanikan diri mengambil satu langkah maju. Namun, tiba-tiba saja dia meninggal. Setelah hari pemakamannya, mimpi buruk itu kembali datang. Malam itu, aku kembali bermimpi."
Wajah Xiao Zhan memucat ketika bayangan tentang Tiantian muncul. Tanpa sadar ia mempererat cengkraman pada kemeja Wang Yibo. "Mimpi buruk yang sama. Dan saat terbangun, wajahmu ... wajahmu muncul di hadapanku. Untuk sesaat, aku mengira ... kau adalah dia."
Tangis Xiao Zhan pecah tanpa suara. Air matanya terus mengalir tanpa henti seperti sudah tak bisa dikendalikan.
"Cukup." Wang Yibo membungkam bibir lelaki itu dengan telapak tangan kanannya. Tak peduli sedang berada di mana, ia memeluk Xiao Zhan erat-erat. Kini ia mengerti alasan mengapa Xiao Zhan mengusirnya pergi malam itu.
Sebuah taxi mendadak berhenti di depan keduanya. Pengemudinya membuka jendela dan menawarkan jasa. Tanpa banyak bicara, Wang Yibo langsung mengangguk menyetujui untuk naik. Sekali sentakan, tubuh Xiao Zhan sudah berada dalam gendongannya. Mereka memasuki taxi tersebut untuk menuju ke rumah sakit.
Sepanjang perjalanan, Wang Yibo hanya terus memeluk Xiao Zhan. Berulang kali merapal kata maaf dalam hati. Seharusnya ia tidak membentangkan jarak karena rasa canggung yang terus mengganggu. Seharusnya ia tidak memarahi Xiao Zhan. Seharusnya ia tidak membentaknya untuk hal-hal kecil. Bagaimanapun juga, lelaki itu telah melalui masa-masa sulit sebelum berani bangkit. Saat keadaan Xiao Zhan lebih baik nanti, ia akan memperjelas semuanya agar tidak ada lagi kesalahpahaman.
.
.
.
.[Bersambung]
Rabu, 05 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
HIATUS⚠️ The Reason (BJYX) (Wang Yibo※Xiao Zhan) [M-Preg]
FanfictionXiao Zhan pernah memasrahkan seluruh hatinya, juga hidup dan matinya kepada seseorang yang begitu ia cintai. Meyakini bahwa orang itu akan menjadi yang terakhir tinggal ketika tidak ada lagi yang tersisa. Namun, siapa sangka orang itu justru meningg...