Siapa yang mampu bertahan?

22 3 0
                                    

Dunia sekali lagi bukan tentang sebuah pilihan, bukan juga tentang memilih, tapi dunia adalah proses.

Bukan akan membahas siapa saja yang tetap bangga jadi beban orang tua, bukan juga membahas siapa saja yang tetep nongkrong di cafe tapi orang tua masih banting tulang di jalanan, bukan juga mau ngomongin orang yang tetep update postingan jalan-jalan, padahal buat makan besok aja masih kebingungan.

Ya begitulah, kadang kita terlalu terlena dengan moderenisasi yang ada, lantas yang jadul mau kemana?.

Kita gak tau siapa yang tetep upload story galau padahal gak lagi kenapa-kenapa, bukan juga mau menghardik tentang siapa yang paling banyak masalah, tapi masih pura-pura kuat di depan kamera, bukan juga tentang siapa yang paling kuat akibat adanya orang dalem, tapi yang jelas gak selamanya dunia itu milik kita juga, bukan?.

Jadi siapa yang masih kuat bertahan sampe sekarang?, Aku atau kamu?, Atau kita?, Meski saya rasa itu tidak mungkin.

Dunia sekali lagi akan berbicara tentang proses, ada yang prosesnya mulus kayak jalur tol, ada juga yang prosesnya harus di zig-zag-in dulu baru deh sampe sama tujuannya.

Bicara tentang proses kamu, yang hanya tau itu kamu sendiri, ketahuilah membiarkan kamu sendiri yang tau proses kamu, itu jauh lebih baik dari pada mengumbarnya, karena meraka hanya ingin tau, bukan percaya atau peduli.

Bagaimanapun prosesnya, aku tau itu tak mudah, itu berat, itu sulit, itu susah, tapi tidak menutup kemungkinan untuk tetap bertahan, bukan?.

Masih banyak overthinking tentang masa depan, padahal sudah dipastikan oleh Tuhan Yang Maha Menciptakan. Ada juga yang masih tetap santai, padahal belum tau kejamnya dunia di luar rumah nanti.

Jadi bagaimanapun prosesnya nanti, yang pasti masa depan akan selalu menyajikan berbagai proses baru yang membentuk kita menjadi lebih dari sebelumnya. Lebih dari sekedar individu yang cuma ikutan trend padahal kadang itu gak penting.

Banyak mimpi yang bener-bener harus dikubur, demi proses pendewasaan yang lebih, karena dunia itu proses. Tak ada ruginya kita mengikhlaskan, bukan?.

Kita masih bisa merasakannya, meski itu sudah bukan milik kita. Yang diikhlaskan masih bisa tetep menjadi mimpi kita, meski mewujudkannya bukan diri kita sendiri, melainkan orang lain.

Jadi, sudah semampu apa kamu untuk bertahan?

'Dari belakang layar yang tak berarti

Catatan:

Sampai jumpa di part selanjutnya:)
Bertahan sedikit lagi ya!

Ini Adalah Kata Bukan KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang