Ini hari Rabu dan di depan rumah Lilly udah ada yang ketok ketok pintunya. Pelaku itu jelas tetangga dia, kelakuannya ya begitu. Orang tetangga Lilly aja Lintang, maka gak heran.
"Lilly!! Lilly main yuk!!" Absurd, sudah tentu. Namanya Kersana Bambam Elintang yang jelas akrab di sapa dengan panggilan Lintang.
Dia temen sekelas Lilly sekaligus teman hidupnya, engga bercanda. Tapi kalau pun iya, Lilly terima aja, bukan alasan takdir walau emang itu faktor utama. Tapi perasaan dia. Perasaan dia untuk Lintang kayanya lebih dari kata 'Sahabat kecil'.
Percaya gak percaya, Lilly pernah pas kelas 7 ngungkapin perasaannya ke Lintang. Kalau kalian bilang Lilly di tolak sama Lintang, jawabannya engga. Dan Lintang juga gak jawab Iya, karna selanjutnya Lilly bilang. "Cuma bercanda, hehe".
Jadi ya gak salah kalau Lintang memang anggap dia bercanda pasal kata kata itu. Padahal Lilly serius, tapi inget. Mereka cuma teman dan gak lebih.
Balik lagi, yang namanya perasaan siapa yang tau, siapa yang tau kalau akhirnya Lilly jatuh cinta pas kelas 9 nya, 2 tahun setelah ungkapan perasaan itu. Awalnya cuma rasa suka, akhirnya pelan pelan jadi cinta. Itu salah satu kisah remaja, yang pasti di inget terus gak sih? Belum lagi banyak kenangannya.
"Sebentar!!" Lilly dari atas yang udah lengkap sama sepatunya, dan seragam pramuka kaya biasa di hari Rabu itu turun dan ambil roti yang udah di siapin Mamanya.
"Bareng Bambam kak?" Tanya Mamanya, Lilly yang lagi minum susu putihnya ngangguk pelan.
Setelah di telan, dia ngejawab. "Iya Ma."
"Aku berangkat ya ..." Lilly ngeraih tangan Mamanya terus di cium pelan.
"Hati hati. Uang jajan udah?"
"Udah kok Ma." Lilly dengan cepat jalan ke araj pintu rumahnya, sambik sibuk ngunyah 2 roti tadi.
Pertama yang dia liat adalah Lintang yang nendang pelan udara, jelas cuma sekedar kegabutan. "Lintang." Panggil Lilly. Sebenernya Lintang sadar tadi pas Lilly buka pintu.
Tapi gak di tanggapi. "Hm?"
"Hehe, pagi ..."
Lintang ngebales senyum manis Lilly. "Juga." Matanya ngeliat ke arah roti Lilly di mulut cewek cantik itu.
Tangannya narik pelan roti di mulut Lilly, terus di gigit sekali. "Kebiasaan lo." Tangan kirinya terulur ngusak rambut Lilly.
"Jangan rambut gue Lintang, astaga." Lilly jadi sedikit kesal, walau jantungnya udah gak berjalan normal.
"Iya deh iya, tuan putri." Setelah di gigitan kedua nya, Lintang nge-intruksiin Lilly buat buka mulut. "Aa ..." Kata Lintang.
Lilly ngedip beberapa kali, sampai akhirnya dia makan roti itu lagi. Di gigitan yang sama dari Lintang, tangannya ngambil alih roti itu dari Lintang. "Gue bawa dua loh, gak mau? Kenapa makan punya gue?" Dengan nada lesu sedikit di kalimat akhirnya.
"Enakkan yang punya lo, nanti kalau roti keduanya lo gigit. Baru gue makan lagi itu roti." Lilly mendilik gak suka. Apa maksudnya coba, gak tau aja jantung Lilly makin ngedisko.
"Tau lah semerdekanya lo aja Lin."
"Ayo berangkat." Tangannya narik Lintang buat jalan ke depan, di mana ada motor Lintang ke parkir dengan indah.
_______
"Stay calm, Sa." Thirsa hampir kaget karna denger suara berat dari sampingnya. Karna ini, Thirsa jadi mutar matanya males nanggepin.
"Gue santai, kenapa ngira gue gak biasa aja?"
"Gue tau maksud tatapan lo itu loh, yang menjurus ke arah gak suka. Apa lagi liat Andri di sana, sama seseorang yang lo kenal dekat." Linggar tepat sasaran, tapi dengan lontara kata kata dia tadi berhasil ngebuat Thirsa makin gak suka, toh katanya Thirsa sendiri. Itu hak Andri.

KAMU SEDANG MEMBACA
ClasSy 97s
Casuale"Berkelas?" "Huek!" sekelas kali ah. Cuman isi tentang anak anak SMA yang lagi sekolah terus punya lika liku aja. 97s - 97 Line .1997.