Di hari minggu pagi Linggar udah ada di cafenya, katanya ada yang kirim surat lamaran kemarin sore dan malemnya gak sempet Linggar baca baru sempet saat pagi ini.
Linggar membuka pintu cafenya, cafe Linggar udah rapih dengan tema yang minimalis, modern dan ada sedikit gaya vintage. Ini tema yang di sarankan sama Lilly, Athaya, Mina, Revan, Arsyl dan Yoga. Katanya jangan kasih tau yang lain dulu selagi ini belum rapih banget, padahal ada tambahan Yoga dan Arsyl yang tau juga, maklum jalur VVIP. Mereka nyusun ini atas bantuan dua karyawan yang bantu, untungnya gak butuh waktu lama karna sekitar 4 hari udah rapih sampai ke detailnya.
Sesampainya di sana, Linggar masuk ke ruangannya di lantai dua. Cafe ini ada dua lantai dan roftoop, lantai satu yang di isi dengan bagian belakangnya ada taman sekaligus tempat tambahan, lantai dua ada balkon dan ketiga itu roftoop nya, ada beberapa tempat duduk yang di desain seperti ayunan. Rencananya sih itu khusus spot foto sama tempat istirahat karyawan cafe.
Linggar ngebuka satu berkas coklat di atas mejanya, itu surat lamaran baru. Awalnya biasa aja, belum ada reaksi lebih karna entah kenapa Linggar lebih tertuju ke arah pengalaman yang di dapat di bandingkan nama. Beberapa menit kemudian baru, dia kaget. Tau siapa?
"Lah? Rangga?" Terbingung lah Linggar, Rangga nih salah satu anak tunggal kaya raya kelasnya loh. Walau ya tinggal sendiri di apartemen dan kabur dari rumah, tapi orang tuanya masih sering ngirimin uang setau Linggar. Ini Linggar yang baru tau kalau pengalaman kerja part time Rangga banyak atau itu anak yang pinter nge-rahasiain?
Suka gak sadar Linggar tuh.
Mungkin keduanya, Linggar baru sadar kalau temenan sama Rangga selama ini itu belum sangat kenal dekat sekalipun mereka kenal dari SMP. Linggar speechless, entah kenapa tapi dia merasa kalau dirinya beneran gak tau apa apa soal hidupnya Rangga sekalipun termasuk teman lama.
Linggar dengan cepat menggulir halaman teleponnya, dia memencet nama kontak Rangga. Linggar mau tanya langsung ke anaknya.
________
Pagi minggu itu enaknya jalan jalan pagi, kaya Sandhya gini. Biar pernafasan baik dan sehat, Sandhya jalan jalan sekitar komplek rumahnya sambil menikmati sinar pagi itu. Matanya terus menggulir ke sana ke mari, daerah rumahnya sangat amat bersih.
Gak lama di tengah menikmati suasana pagi, handphone Sandhya berdering. Telepon dari Keyzha, tumben banget ini.
"Halo, kenapa Key?"
"Holaaa, bisa ke rumah gue gak? Maen yuk, bosen banget gue Ay.."
Sandhya heran, biasanya pagi pagi begini Keyzha itu sedikit gak bisa di ganggu. "Kenapa emang? Tumben amat pagi pagi begini."
"Hehe... Rumah gue sepi, subuh tadi ortu gue berangkat keluar kota, adek gue nginep di rumah temennya. Jadi ayo maen Ay, kita keliling kota yuk."
"Boleh yuk, gue ganti baju dulu ya, nanti otw."
"Eh, lo bisa sekalian ajak Yelvi kalau mau."
"Yelvi kemarin bilang mau jalan sama Deka."
"Oh... Yaudah, hati hati ya Ayya."
"Sip, gue matiin ya, bye bye."
Setelah siap siap sekitar 30 menit, Sandhya izin ke orang tuanya kemudian keluar ngebawa motor miliknya.
15 menit kemudian Sandhya udah sampai di rumah Keyzha dan sekarang udah duduk di ruang TV rumah Keyzha.
Entah ada rencana apa sebenarnya hari ini selain Keyzha yang minta di temenin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ClaSsy 97s
Random"Berkelas?" "Huek!" sekelas kali ah. Cuman isi tentang anak anak SMA yang lagi sekolah terus punya lika liku aja. 97s - 97 Line .1997.