.
.
.Tidak ada salahnya bukan berburuk sangka? Terlebih pada orang yang berperan sebagai antagonis dalam cerita kita? Mungkin ada sebagian orang yang terlalu baik hingga memilih memberikan kesempatan kedua untuk orang yang mengaku akan berubah. Tapi jujur, aku sendiri penulis amatir ini sering mendengar kekhilafan yang justru tak pernah ada perubahan.
Si antagonis tetap antagonis.
Ya ambil contoh saja kasus selebgram yang telah tewas akibat kecelakaan ulah pacarnya, si pacar awalnya memang meminta maaf dan berjanji menemaninya, namun berakhir pergi dengan segepok uang.
Ya, penjahat memang selalu memulai segala kejahatannya dengan kebohongan.
Dan kebanyakan memulainya demi uang.
Untuk itu Yeaji tidak percaya, dan tidak akan percaya dengan apa yang dikatakan Sohee. Namun, apa yang dikatakan Soohyun cukup membuatnya yakin. Ada seseorang yang siap melindunginya.
Yeaji termenung di atas lantai sembari bersandar pada ranjangnya, di redupnya lampu apartemen ini ia merenung akan apa yang harus ia siapkan untuk berhadapan dengan Sohee selama berhari-hari kedepan. Yeaji sepakat untuk menerima kehadiran wanita itu, karena jujur ia masih penasaran dengan rencana wanita itu selanjutnya.
Ponselnya membunyikan tanda notifikasi telah masuk.
Woo Dohwan
Kau sudah pulang?
Kau sudah makan?
Makan dengan apa?Yeaji menghela nafas, mereka memang tak putus tapi sikap Dohwan jujur saja membuatnya jadi tak nyaman. Apa seharusnya Yeaji meminta putus? Dengan alasan sahabatnya? Tidak, cukup Soohyun yang mengatainya kekanakan.
Seo Yeaji
Eum, sudah.
Tidurlah.Yeaji segera mematikan ponselnya dan meletakannya di bawah bantal agar tidak mendengar ada notifikasi lagi jika memang Dohwan membalas pesannya.
.
.
."Apa kau ingin aku menjauhinya?" Park Gyuyoung bertanya setelah mendapatkan cerita dari Yeaji yang tak lain tentang pekerja baru bernama Han Sohee itu.
"Tidak perlu, aku hanya menceritakan ini. Jika nanti kau menghindarinya dia akan berfikir aku yang mengadu domba." Jawab Yeaji sembari mengelap meja pelanggan.
"Biarkan saja, dari pada semua orang terhasut oleh wajah malaikat jiwa iblisnya." Yeaji terkekeh mendengarnya.
"Aniya, aku menceritakan ini agar kau berhati-hati saja."
"Kalau begitu, aku ceritakan ke yang lain agar karyawan lain juga berhati-hati." Gyuyoung gendak beranjak pergi namun Yeaji buru-buru menahannya.
"Bukan begitu," Yeaji perlahan melepaskan tangan Gyuyoung, meninggalkan kebingungan pada wanita itu.
"Eum... aku menceritakan ini, karena kau temanku." Yeaji memberikan alasan.
"Berarti karyawan lain bukan temanmu?"
"Aniyo-"
"Aniyo?"
"Ani..." Yeaji memberi jeda bingung. "Nne,"
"Nne?"
"Iya mereka temanku tentu saja. Baiklah, kalau begitu aku memberitahumu karena kau yang kupercayai."
"Kau tidak mempercayai karyawan yang lain?"
"Bukan begitu pula maksudku."
"Lalu apa maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello to My Ex
Fanfiction"and i'm gonna stop crying, stop feeling, stop thinking about you my babe." Ketika sepasang mantan kekasih kembali dipertemukan, apakah itu artinya mereka memang berjodoh? Atau tanda bahwa saatnya memang mereka saling melupakan?