.
.
.Welcome back. Happy reading guys:))
______
Udara memang sangat dingin pada hari itu. Siapapun akan memilih untuk tetap berada di rumah, berdiam di depan api unggun sembari membaca buku atau menonton film. Mungkin yang paling mudah lagi adalah meminum kopi panas di ruangan kantor atau di rumah, dan jika tidak berada di keduanya maka pilihannya adalah cafe.
Seharusnya, namun Yeaji dengan mata sembabnya justru tidak menikmati semua rekomendasi yang tepat untuk dilakukan di saat seperti ini. Ia berdiam, benar di cafe namun...
Sungguh tidak harus cafe Yongji!
Baru saja tadi ia berfikir Dohwan meluluhkannya, hampir saja ia tetap menahan Dohwan untuknya, namun sekarang pikiran berpisah darinya sepertinya memang harus disahkan!
Yeaji duduk di meja yang berada di dekat kaca besar di sudut ruangan, ia bisa melihat jalanan yang secara langsung terpampang di hadapannya. Tangannya memainkan ujung kukunya yang memang belum ia potong minggu ini, dan matanya berkali-kali melirik ke arah Dohwan yang mengobrol dengan Yongji di meja kasir.
"Apa yang sebenarnya mereka obrolkan?" Tanya Yeaji yang tentu saja penasaran.
Saat Dohwan melempar pandangan ke arahnya Yeaji akan memalingkan pandangan seolah tak peduli, namun itu justru membuat Dohwan semakin berlama-lama mengobrol dengan Yongji.
Melihat bagaimana Yongji melempar senyumnya yang jujur saja memang cantik, dan tangan lentik gadis itu yang berkali-kali merapikan helaian rambutnya yang lembut.
"Tunggu, apa ini perselingkuhan secara terang-terangan?" Gerutu Yeaji pada dirinya sendiri, tak lama Dohwan menatapnya dan Yeaji kini tak memalingkan pandangan justru melempar tatapan tajam, yang akhrinya dapat dimengerti oleh Dohwan.
Pria itu melangkah pelan mendekati Yeaji sembari memberikan dua kopi panas yang dipesannya.
"Wah... sepertinya kalian mengobrol seru." Ucap Yeaji yang meski tanpa ekspresi namun nada bicaranya sangat tajam.
"Eum... lumayan." Jawab Dohwan lugu.
"Apa yang kalian obrolkan?" Yeaji tak memalingkan tatapan datarnya pada Dohwan.
"Hanya... itu saja." Dohwan menjawab setelah menerka.
"Itu saja? Aku tidak yakin." Yeaji mengambil kopinya dan diminumnya perlahan. "I-tu sa-ja. Hanya beberapa kosakata namun butuh 5 menit untuk mengobrolkannya, wahh." Sindir Yeaji, pria di hadapannya malah tergelak.
"Bukan begitu, maksudku ya... hanya itu."
"I-tu. Semakin sedikit." Dohwan tergelak lebar mendengarnya.
"Kenapa kau tertawa?" Tanya Yeaji kesal, membuat Dohwan berhenti seketika, namun matanya masih menyipit menandakan pria itu masih tersenyum lebar.
"Kiyowo."
"Siapa?"
"Kau."
"Aku?"
Pria itu kini mengangguk, dia meminum kopinya. Entah mengapa kini Yeaji sudah muak jika pria itu di hadapannya, ia bosan dengan hubungan tidak sehatnya yang selalu berkaitan pihak ketiga yang sialnya ada label 'sahabat' padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello to My Ex
Fiksi Penggemar"and i'm gonna stop crying, stop feeling, stop thinking about you my babe." Ketika sepasang mantan kekasih kembali dipertemukan, apakah itu artinya mereka memang berjodoh? Atau tanda bahwa saatnya memang mereka saling melupakan?