Roseline
Duke Alphos begitu terkejut, Roseline yang ia kenal tidak pernah berkata dingin.
"Maaf Ayah, aku akan tinggal di sini dan menyelesaikan urusan ku. Aku yang memutuskannya dari awal dan aku juga yang akan menjalaninya, Ayah dan Ibu tidak perlu khawatir." Roseline tersenyum tipis sangat tipis bahkan tidak akan ada orang yang menyadarinya.
"Tapi sayang, Duke belum pulang," ujar Duchess Anne. Ia tidak bisa membiarkan putrinya sendirian. Apa lagi keadaannya yang sangat mengkhawatirkan.
"Ibu dan Ayah tidak perlu khawatir, sebaiknya Ayah dan Ibu istirahat dulu."
"Sayang." Duchess Anne memeluk Roseline begitu erat. Apakah selama ini keputusannya telah salah membiarkan putrinya menikah dengan Duke? Awalanya ia memang merasa ragu, apalagi Duke memiliki seorang kekasih. Ia tidak percaya Duke akan meninggalkan kekasihnya itu demi putrinya.
"Aku ingin istirahat Bu,"
"Baiklah sayang." Duchess Anne dan Duke Alphos keluar dari kamar itu, sebelum keluar, Duchess Anne mencium pucuk kepala putrinya begitu pun dengan Duke Alphos.
Keduanya pun di antar oleh pelayan Bella. Sesampainya di kamar tamu, Duchess Anne menghentikan pelayan Bella yang ingin meninggalkan mereka.
"Aku ingin berbicara dengan mu, ini masalah Roseline."
Pelayan Bella mengangguk, Duchess Anne memutar handle pintu itu, kemudian memasukinya dengan di ikuti Duke Alphos dan pelayan Bella.
"Aku ingin kamu menceritakan kehidupan Roseline di sini."
Pelayan Bella pun menceritakan semuanya, keluhan dan tangisan Duchess Roseline sampai ia menangis sendiri melihat dan mendengarkan kisahnya. Duke Marvello begitu tak berperasaan, tidak menghargai Duchess sama sekali.
Duchess Anne dan Duke Alphos begitu terkejut, Duke Marvello yang ia kenal melakukan hal seperti itu pada putrinya, mereka tidak menyangka. Ternyata putrinya selama ini tidak pernah di hargai.
"Aku akan membuat perhitungan dengannya." Geram Duke Alphos, tubuhnya tiba-tiba berkeringat, ia melonggarkan dasinya, lalu menghampiri jendela. Tangannya bersandar ke kaca bening itu, menatap pantulan bulan. Sungguh, ia tidak tahan lagi ingin membogem wajah Duke Marvello, meskipun Duke Marvello adalah sahabatnya. Ia tidak peduli, demi putrinya, persahabatan pun hancur.
"Terima kasih informasinya. Kamu temani Duchess, mungkin dia mencari mu," ucap Duchess Anne menahan sakit di hatinya. Ibu mana yang sanggup melihat anaknya menderita, apalagi baru beberapa hari pernikahan. Duke Marvello telah berani bertindak seperti itu pada putrinya.
"Aku khawatir."
"Aku juga khawatir, apa keputusan kita salah dengan merestui hubungan mereka?" Tanya Duchess Anne, ia masih ingat permohonan Roseline yang ingin menikahi Duke Marvello dan meminta tanggung jawabnya. Jika pun mereka tidak menikah dan memiliki anak, ia tidak akan malu karena Roseline. Apapun ia akan lakukan demi putri semata wayangnya.
"Aku merasa bersalah, pasti sekarang. Duke Marvello tengah menemui kekasihnya. Aku yakin,"
Isakan kecil pun keluar dari mulut Duchess Anne, Duke Alphos langsung memeluk erat tubuhnya.
"Aku tidak tega melihat putri kita harus jatuh cinta pada orang yang salah."
"Aku juga mengerti bagaiman perasaan kekasih dari Duke Marvello."
"Aku akan menyelidikinya, kamu tenanglah. Sekarang, Roseline butuh kita untuk menguatkannya. Dia butuh dukungan kita, maka dari itu kita harus mendukungnya."
"Iya kamu benar Alphos, Roseline butuh kita."
"Aku akan membicarakannya pada Duke setelah dia pulang."
"Iya kita harus berbicara." Lirih Duchess Anne, menatap tajam. Ia juga ingin membuat perhitungan pada Duke Marvello.
Kini tak terasa, Duchess Roseline telah sembuh total. Duchess Anne dan Duke Alphos menemani Duchess Roseline seperti seorang wanita yang masih bersetatus sebagai nona dari kediaman Alphos bukan sebagai Duchess.
"Ini enak sekali," ujar Roseline yang memakan kue cokelat, memang kesukaannya kue cokelat dan sama dengan kesukaan Hae-ran.
"Makanlah yang banyak. O iya, apa kamu tidak ingin pulang."
"Aku akan di sini, Bu. Kapan-kapan aku ke sana. O iya, dimana Ayah?" Duchess Roseline celingak celinguk kanan kiri, mencari keberadaan sang ayah. Di taman yang luas ini, ia tidak menemukan sang ayah.
"Mungkin keluar..."
"Nyonya, Nyonya!" Seorang pelayan berlari sambil memanggil kedua majikannya.
"Tuan, Duke, Tuan Duke Alphos dan Tuan Duke Marvello, di di luar..."
Kedua wanita itu pun sontak terkejut. Saling menatap dan kedua pikirannya melayang ke arah yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah! Uncle, Duke
FantasíaMengukir sebuah kisah, membuat keduanya saling berkaitan sama lainnya. Lady Roseline. Menyukai Duke Marvello, dengan nekat ia menjebak sang Duke. Hingga berakhir pernikahan. Namun sayang, Duke Marvello tidak mencintainya hanya sebatas sebuah rasa ta...