Duke Marvello kembali keluar, di dalam rumahnya, ia merasa sumpek dan ingin menghirup aroma baru, suasana yang tenang dan nyaman. Dia pun menuju ke sebuah Villa, di mana Villa itu ia persembahkan untuk Eliana, kekasihnya. Entah sampai kapan? Ia harus berbohong dan membawa Eliana ke Villanya itu.
"Duke? Apa Duke membutuhkan sesuatu?"
Duke Marvello mengangguk, "Aku butuh Wine."
Sang Kesatria itu pun berlalu, ia menyuruh seorang pelayan membawakan Wine. Karena hanya itu yang bisa membuat majikannya tenang.
"Apa Duke membutuhkan sesuatu lagi?"
"Tidak ada." Duke Marvello duduk di kursi putih itu, menghadap ke jendela, menyimak bulan purnama yang sangat terang, hingga sinar itu menerangi ruang kerjanya yang gelap tanpa cahaya lilin.
Ia kembali mengingat seorang gadis kecil yang sering bermain dengannya, bercanda bersama. Bahkan ia juga sering memberikan kue cokelat dan manisan. Gadis kecil itu selalu berlari ketika bertemunya di mana pun.
Senyumannya, tatapannya, kekesalannya membuat Duke Marvello tersenyum. Hingga bayangan itu sirna ketika ia harus mengingat kekasihnya Eliana. "Maafkan aku Eliana, aku akan secepatnya membawa mu kesini. Aku tidak peduli dengan hubungan ini."
Di saat yang bersamaan.
Duke Alphos telah menerima laporan bahwa Duke Marvello telah menepatkan Eliana di luar kota dan yang membuatnya naik pitam, dugaannya benar. Duke Marvello tengah bersama dengan Eliana.Brak
"Baiklah, akan aku buat Roseline sendiri yang meminta berpisah dengan mu. Kau mempermainkan putri ku, maka jangan salahkan aku, jika aku membuat putri ku bertambah benci pada mu, Duke Marvello." Geram Duke Alphos. Ia akan membuat seseorang datang pada Duchess Roseline dan menghapus semua cintanya.
"Kalian awasi Eliana dan Duke Marvello, laporkan apapun yang mereka lakukan."
"Baik Duke!" Bayangan hitam itu pun meleset pergi menjalankan perintah sang majikan.
"Apa yang akan Duke lakukan?" Tanya Duchess Anne. Sejak tadi ia diam saja, meskipun hatinya sedang meluap-luap.
"Aku akan membuat Roseline membenci Duke Marvello."
"Duke aku paham, tapi bagaimana kalau Roseline membenci mu karena Duke ingin memisahkan mereka," ujar Duchess Anne. Ia lebih mengkhawatirkan hubungan seorang ayah dan anak.
"Lebih baik aku di benci oleh putri ku dari pada aku harus melihatnya tersakiti. Dia tidak bisa melepaskan Duke Marvello maka aku harus membuatnya melepaskan lelaki itu, aku akan berjuang sampai mati, jika pun harus mendapatkan benci, itu lebih baik bagi ku dari pada aku harus melihat putri ku satu-satunya di sakiti."
"Aku berjuang sebagai seorang ayah, bukan sebagai orang yang ingin menghancurkan hidup putrinya."
Duchess Anne tersenyum dengan air mata yang mengalir, ia akan mendukung setiap keputusan suaminya itu.
"Aku mendukung mu."
"Tunggu saatnya tiba, akan ada orang yang datang menghampiri Roseline."
Duchess Anne pun paham, ia akan menunggu sosok laki-laki yang di sebut suaminya itu, ia yakin, keputusan kali ini jugalah yang benar, meskipun harus ada sebuah pengorbanan jika semuanya terbongkar.
Di tempat lain.
Duchess Roseline tengah menyantap sebuah kue, tanpa kue baginya, hidupnya akan mati. Jiwanya bukan lagi Duchess Roseline, ia tidak akan terlalu terikat dengan kehidupan Roseline yang asli. Baginya, kehidupan Roseline sangatlah buruk, hingga ia ingin mengakhiri saja, tapi rasanya kurang pas tanpa melawan Duke Marvello. Ia akan buktikan, bahwa ia bisa mendapatkan gebetan yang lebih baik dari Duke Marvello. Tidak ada salahnya ia selingkuh, lagi pula Duke Marvello juga memilikinya."Bella, apa di sini ada semacam budak laki-laki?" Tanya Duchess Roseline.
"Ada, tapi untuk apa Nyonya menanyakan seorang budak."
"Aku perlu seseorang yang menemani hari-hari ku," ujarnya tersenyum menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah! Uncle, Duke
FantasíaMengukir sebuah kisah, membuat keduanya saling berkaitan sama lainnya. Lady Roseline. Menyukai Duke Marvello, dengan nekat ia menjebak sang Duke. Hingga berakhir pernikahan. Namun sayang, Duke Marvello tidak mencintainya hanya sebatas sebuah rasa ta...