"Lalu apa yang harus kami lakukan agar anda memaafkan kami" tanya hyukjae
Hoshi tersenyum miring sebelum akhirnya berkata "akan kulakukan hal yang sama"
Lalu hoshi mengambil gelas latte yang lain yang penuh, dan semua perhatian tertuju pada mereka dengan mulut terbuka, saat hoshi menyiramkan segelas latte keatas kepala seungkwan.
Rambut seungkwan kini basah seluruhnya dan lengket, beruntung ini bukan latte panas, jika tidak mungkin kepala seungkwan sudah melepuh. Tapi ini cukup membuat kepala seungkwan kebas karena dingin oleh ice latte.
Kepala seungkwan masih menunduk, matanya sudah berair. Tak mau menangis disana, maka dia kembali membungkuk dan meminta maaf.
"Sekali lagi saya minta maaf" lalu setelah itu dia bergegas pergi.
Meninggalkan hoshi yang tersenyum puas.
***
Seungkwan berganti baju di ruang karyawan setelah sebelumnya membersihkan dirinya.
Dia tak menyangka hoshi juga akan mengganggunya di tempat kerja.
Bukankah itu keterlaluan? Apa tak cukup dengan membulinya di kampus?
***
Keesokan harinya, seungkwan terbangun dengan kepala pusing, dan agak demam
Ini mungkin akibat guyuran latte kemarin, pikir seungkwan.
Seungkwan menggerutu sendiri, karena dia harus pergi pagi-pagi kekampus disaat keadaan begini.
Dan sialnya, saat dia memeriksa ponselnya, ada sebuah pesan dari seungcheol yang mengatakan dia tak bisa datang ke apartemennya hari ini karena mengantar jeonghan ke salon.
Ya...seungkwan tak mungkin mengganggu, seungcheol dan jeonghan butuh quality time. Jadi dia mengurungkan niatnya untuk memberitahu seungcheol soal dia sakit.
Tapi saat ini pun dia tak punya obat demam, bagaimana ini? Pikir seungkwan.
Kepalanya terasa berat, hanya untuk bangun saja.
Apa dia hubungi chan saja?
"Kau sakit? Kenapa tiba-tiba sakit. Aku akan melesat datang untukmu noona"
Sudah seungkwan duga, anak itu akan bereaksi seperti itu saat bilang seungkwan membutuhkannya.
Ya, seungkwan membutuhkannya.
Ternyata benar, tak butuh waktu lama, chan sudah sampai diapartemen nya. Dengan susah payah, seungkwan menghampiri pintu, dan membukakannya untuk chan.
Chan langsung sigap menahan badan seungkwan yang tiba-tiba saja oleng.
"Wah noona, kenapa memaksakan diri membukakan pintu?" Kata chan sambil memapah seungkwan menuju kamarnya.
"Kalau aku tak membukakan pintu untukmu, bagaimana caranya kau masuk" jawab seungkwan lemah, sungguh dia tak ada tenaga.
"Benar juga".
Setelah membaringkan seungkwan di tempat tidurnya, chan segera beranjak keluar kamar, dan kembali dengan semangkuk bubur dan segelas air minum, juga anduk dan semangkuk besar air untuk mengompres.
"Cha, ini noona, makan buburnya, setelah itu minum obatnya" katanya.
Melihat seungkwan yang seperti kesulitan membuka matanya , chan kembali berkata "aku suapi ya"
Dan seungkwan pun mengangguk lemah.
"Bagaimana caraku ke kampus?" Tanya seungkwan di sela acara makannya.
"Disaat seperti ini masih saja kepikiran datang ke kampus, aku saja santai begini"
"Jangan lupa, aku ini mahasiswa beasiswa"
Chan nyengir malu dan merasa bersalah. Ya, seungkwan ini berkuliah dengan beasiswa dan juga bekerja. Berbeda dengannya yang masih dibiayai orangtua dan uang jajan pun masih dari orang tua.
"Maaf noona"
"Udah ah, aku gak ada selera makan" tolak seungkwan saat chan menyodorkan buburnya lagi.
"Yasudah, sekarang minum obatnya ya"
Chan pun membantu seungkwan dengan memberikannya minum.
"Kalau kau mau pergi kuliah, pergi saja. Toh aku sudah minum obatnya. Mungkin sebentar lagi aku akan baikan" kata seungkwan.
"Tidak noona, aku mau tunggui noona disini, nanti kalau noona butuh sesuatu kan ada aku"
"Ehm..." Seungkwan memutuskan tak berbicara lagi, dan memejamkan matanya, untuk membuka mata saja memang terasa berat dan membuat pusing. Dan dia diam saja saat chan menaruh handuk basah dikeningnya.
Entah pengaruh obat atau bukan, seungkwan pun dengan cepat terlelap.
Pelan-pelan chan pun menyelimutinya.
Kenapa disaat sakit pun noona terlihat cantik?batin chan tersenyum.
Tiba-tiba saja chan di kagetkan sesuatu, ponsel seungkwan berdering, karena berisik daan takut membangunkan seungkwan. Chan membawa ponsel itu keluar dari kamar.
Begitu sampai di ruangan lain, chan langsung menjawab nya, ternyata video call dari seungcheol.
"Hal..."
Baru saja chan akan bilang hallo, seungcheol langsung meneriakinya.
"Heh bocah, kenapa kau yang menjawab telponku ? Dan sedang apa kau di apartemen adikku? " Seru seungcheol "dimana seungkwan?
"Seungkwan noona sedang tidur"
"Tidur? Dia tidak kuliah?" Tanya seungcheol "lalu kenapa kau ada di apartemennya?"
"Seungkwan noona yang menelponku, dan menyuruhku datang" jawab chan puas.
"Mana mungkin?" Seru seungcheol.
"Hyung jangan berisik nanti seungkwan noona bangun"
"Eh kau berani memerintahku"
Chan memutar bola matanya karena kesal, lalu beranjak menuju pintu kamar seungkwan dan mengarah kan kamera ke arah seungkwan. Agar seungcheol dapat melihatnya.
"Bagaimana? Hyung sudah lihat?"
"Kenapa seungkwan di kompres? Dia demam?"
Chan mengangguk "makanya tadi dia menelponku untuk meminta tolong membawakan obat, bukankah seharusnya hyung berterima kasih padaku, bukan malah memarahiku, karena aku kan...."
"Aku akan segera datang" seuncheol memotong ucapan chan, dan tanpa berpamitan, langsung menutup telponnya.
Uh, dia menyebalkan sekali,chan menggerutu.
Chan lalu menaruh ponsel seungkwan dimeja makan, agar tak ada yang mengganggu lagi. Dan dia pun kembali ke kamar seungkwan, untuk menungguinya didekatnya. Dia tak mau jauh-jauh, dia takut tiba-tiba seungkwan membutuhkan bantuannya.
Chan duduk di kursi yang dia taruh disamping tempat tidur seungkwan.
Menatap seungkwan dengan tatapan lembut. Perlahan ia pun menggenggam tangan seungkwan yang mulai berkeringat.
"Noona, sepertinya ini bukan karena perasaan bersalah lagi...sepertinya...sekarang aku memang benar- benar menyukaimu" bisik chan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember (?)
Romancemungkin saja orang yang paling kamu benci adalah orang yang kamu cintai