14.malu

1.4K 129 4
                                    

"Tuan Johan tolong saya jangan dipecat tuan mau makan apa saya sama anak saya nanti".

Suara seorang lelaki paruh baya yang sedang bersimpuh dibawah Johan hanya di tanggapi decihan oleh Johan, memandang remeh lelaki paruh baya yang memohon dibawahnya.

"Saya tidak peduli Tio, anak kamu sudah keterlaluan pada anak saya, dan semua ini ganjaran karena anakmu bermain-main pada keluargaku".

Suara tangisan dari lelaki paruh baya itu semakin menjadi, mengalungkan tangannya di betis sang tuan tanpa henti mengucapkan kata maaf yang dihadiahi hempasan kuat dari Johan.

Tera yang sedari tadi hanya menontoni suaminya kemudian turun tangan, berjongkok didepan ayah dari seorang anak yang telah hampir mencelakai anaknya, menyentuh dagu lelaki paruh baya itu hingga mendongak.

"Anda tahu kan apa yang anak anda lakukan pada anak semata wayang saya? Kelakuan anak anda perlu ditindak dan kebetulan anda bekerja diperusahaan suami saya, dengan sopan saya dan suami saya memecat anda atas kelakuan anak anda itu", ucap Tera panjang lebar dengan jari telunjuk yang ditunjuk ke dahi sang lelaki paruh baya tadi.

Johan selaku pemilik perusahaan itu hanya terkekeh melihat apa yang istrinya lakukan, dengan santai dirinya menyeduh teh diatas meja sembari menyaksikan apa yang dilakukan istrinya pada karyawan yang awalnya bernotabene "karyawan terbaik".

Namun beberapa saat rahang Johan mengeras ketika melihat lelaki paruh baya bernama Tio itu dengan sengaja menampar istrinya yang bahkan dirinya sendiri tak pernah memperlakukan istrinya dengan kasar.

Bugh!!!

"Maksud anda apa bajingan!".

Johan memukuli wajah Tio tanpa henti menghiraukan Tio yang sudah lemas disela pukulannya, Tio hanya memandang remeh Johan yang masih memukulinya.

"ASTAGA JOHAN LO APA-APAAN ANJIR".

Bersyukurlah Tio ketika melihat Jaeyan selaku CEO perusahaan minyak bumi aka sahabat Johan datang menghentikan acara dirinya dipukuli oleh Johan selaku CEO perusahaan tekstil tempat dia bekerja saat ini.

"Lo kenapa anjir mukulin karyawan lo sendiri?!", tanya Jaeyan mengelus pundak dan punggung Johan untuk menenangkan Johan yang sedang kepalang emosi.

Dengan dengusan kasar, Johan menunjuk Tio yang lemas dilantai dengan emosi, "karyawan yang gue anggap kinerjanya bagus itu Jae, anaknya hampir mencelakai anak gue Haendra dengan bubuk kacang yang padahal anaknya sendiri tau anak gue alergi kacang bajingan!".

"Haendra? Pacar anak gue? LOH ANJING?!", umpat jaeyan dengan rahang menegas menatap datar Tio dilantai.

Tio dengan tenaga yang tersisa berusaha bangkit, bibirnya menyeringai menatap seorang yang dia kira CEO baik itu, "anak saya tidak salah, tapi anak anda yang mengambil hati anak dari Tuan Jaeyan, jadi disini seharusnya anak anda si Haendra itu mundur agar anak saya Tika bisa berpacaran dengan nak Mega AKHH!!!".

"KARYAWAN SEPERTI APA KAMU? BAJINGAN BANGSAT!!!".

Bugh!!!

Ini bukan Johan yang memukul, tetapi Jaeyan yang emosi mendengar nama anaknya dibawa-bawa oleh karyawan brengsek Johan.

Karena pukulan dari Jaeyan yang bisa dibilang sangat kencang itu membuat tubuh Tio terhempas kebelakang hingga terantuk meja sang CEO perusahaan tersebut.

"Kamu jangan berani-berani menyuruh calon menantu saya untuk berhenti mencintai anak saya, Tio Indrawan".

Tio mendecih di sela ringisannya, berusaha bangun dengan sisa tenaganya untuk pergi dari perusahaan itu, mengabaikan tatapan nyalang dari Johan dan Jaeyan yang seperti ingin memutilasinya.

kak ketos | markhyuck ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang