"Ahh..."
Dia mendesah, menikmati tiap kecupan yang kuberikan, wangi yang keluar dari tubuhnya membuatku mabuk. Aku tak bisa berpaling dari siapapun, sosok yang terus kuciumi ini mengalihkan seluruh duniaku.
Dia sosok cantik berambut merah panjang yang sangat kucintai.
Aku terus menyentuh kulit putihnya, mengelusnya dengan lembut serta meremas beberapa bagian sensitifnya.
"Ahhh..."
Dia kembali mendesah, meremas kepalaku saat diriku menjilati buah dadanya, benda lunak milikku membasahi puting susunya, membuat tubuhnya menegang. Dia sangat menikmati saat aku merangsang tubuhnya.
Aku sendiri ikut terangsang akibat tubuh seksi miliknya, wanita berumur empat puluh tahun tetapi memiliki tubuh indah serta wajah cantik. Aku sangat terpesona olehnya.
Benar-benar cantik daripada wanita diluar sana.
Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku juga jatuh cinta pada rambut merah darahnya.
"Kushina..."
Kedua violet itu terbuka setelah aku memanggil namanya, dia tersenyum menatapku dengan kedua mata sayu miliknya.
Violet itu sungguh indah.
"Ya Naruto? Kau mau malam yang panjang kan? Kita masih punya waktu semalaman, cintai aku Naruto. Buat aku menjadi wanitamu."
Aku menyunggingkan sebuah senyuman pada dia, wanita merah itu, Kushina Uzumaki.
Dan aku kembali tenggelam saat memadu kasih bersama Kushina.
..
.
..
Di samping aku mencintai Kushina, aku juga mencari keberadaan Ibu kandungku yang telah lama menghilang. Beliau menghilang setelah aku dilahirkan, Ayahku sendiri tak mengingat rupa dari Ibu, beliau amnesia setelah kecelakaan.
Ayah sendiri sudah tiada, meninggalkanku sendiri dengan hartanya serta perusahaan miliknya. Aku sebagai anaknya dituntut untuk melanjutkan perusahaan itu.
...
Aku tak percaya saat ini, sebuah berkas yang kutemukan di kamar Ayah. Berkas dimana aku bisa menemukan misteri tentang siapa Ibu kandungku. Sosok wanita yang menghilang sesaat setelah melahirkan diriku, dan menghilang setelah Ayah meninggal.
"Naruto?"
Aku menatap Kushina dengan kedua mata yang sudah ingin mengeluarkan air mata, sosok wanita itu memang sungguh cantik. Tapi...
"Ka-kaachan..."
Kedua mata Kushina melebar seketika, dia menatap takut padaku, seolah aku adalah orang yang jahat.
"Ku-kushina!"
"Tidak! Ini tak mungkin! Naruto!"
Dengan cepat aku mendekapnya di dalam pelukanku, dia menangis sejadinya saat itu juga. Perasaanku campur aduk saat ini, aku senang bertemu dengan Ibu kandungku, dan bersedih karena orang yang menjadi Istriku adalah Ibuku sendiri.
"Naruto... Kita... Ibu dan Anak..."
"Y-ya, a-aku tak percaya akan hal ini."
"Apakah kita akan bercerai, dan memulai kehidupan Ibu dan anak? A-apa kita ta-tak akan..."
Aku mencium bibirnya untuk menghentikan perkataannya. Agak menyakitkan, tapi ini sungguh ampuh.
"Tidak, kita tak akan bercerai. A-aku tak ingin menghapus status kita sebagai suami-istri."
"Tapi aku Ibumu!"
"Aku tak peduli Kaachan! Persetan dengan itu, kau adalah wanitaku! Istriku! Ibu dari Anakku nantinya!"
"..."
"Aku tak peduli..." Gumamku yang kemudian mulai menciumi lehernya.
"Ahhh... Hen-hentikan..."
"Kaachan...Kushina..."
"So-sochi..."
Rengkuhanku semakin mengerat. "Aku tak akan membiarkanmu pergi Kushina. Tidak akan."
..
.
Naruto by Masashi Kishimoto