"Lah, kok balik lagi?" Memet langsung menyambut kedatangan Moza.
"Sumpah, gue nyesel ngikut saran lo, Nyet!" Moza menghempaskan pantatnya ke salah satu kursi kosong. Melihat hal itu, si Memet buru-buru ikut duduk. Tanpa pikir panjang, tangannya melambai ke arah pelayan. Harus gercep lah, takut si Moza berubah pikiran dan ngajak balik.
"Apanya yang bikin nyesel, Za? Gimana? Sukses kan?"
Satu orang pelayan datang. Ia lantas memberikan daftar menu di restoran itu.
"Gila tuh cewek, gue ke sono tuh gak niat buat ikut makan bareng, eh si Bella dengan mulut pedesnya itu bilang kalau kursi udah penuh. Bah, macam gue mau numpang makan aja!"
"Mbak, acar guramenya satu ya, nasi putih 4, mendoan satu porsi sama jusnya dua, eh lo mau apa?"
Moza mendelik kesal. Dasar perut karung terigu, orang lagi curhat bukannya didengerin malah sibuk sama isi perut!
Memet nyengir saat dihadiahi delikan mata Moza yang kesal padanya. Pria itu lalu mengalihkan pandangannya ke arah pelayan, "Jus jeruk 2 ya, ditunggu ya, Mbak, GPL alias gak pake lama!"
"Baik, Pak. Pesanan atas nama siapa?" Pelayan itu menatap kedua pria yang memiliki paras antonim. Yang satu seperti keturunan Indo-Jerman sedang yang satu lagi mirip mang-mang penjual cilok di depan sana.
"Atas nama Moza," jawab Memet masih dengan cengiran khasnya.
Pelayan itu kembali ke dalam ruang khusus koki.
"Sumpah, gue gak akan menyerah. Yakin seribu persen si Bella pasti gue dapatin."
"Gila lo, lama-lama pamor lo sebagai playboy bisa ancur, Za. Masa iya dapatin cewek modelan si Bella aja susah?"
"Diam lo! Bantu mikir kek, bukannya ikut nambah mumet kepala gue."
"Kan lo tahu sendiri, gue mana ada pengalaman naklukin cewek."
"Ah, payah lo!"
Si Memet tetiba menjentikkan jarinya, "Ah, atau lo cari tahu aja di google, Za. Kan banyak tuh!"
"Gak mutu ah, males gue!"
Mata Memet berbinar saat melihat pesanan yang ia tunggu sudah datang.
"Ya udah, biar otak makin cling, kita isi perut dulu. Oke?"
Moza menatap makanan yang dipesan si Memet. "Gila, habis rodi di mana lo? Nasinya banyak amat!"
"Ish, nyari ide buat naklukin makhluk semacam Bella tuh butuh energi ekstra, Za."
"Awas aja kalau gak bener! Gue udah keluar duit gede buat ngisi perut lo!"
"Tenang aja, jamin deh, habis ini ide gue lancar jaya!"
Moza hanya berdecak kesal. Tapi bener juga sih kata si Memet. Perut mereka belum terisi sama sekali. Saat makan, sesekali ekor mata Moza melirik ke meja tempat Bella dan keluarganya. Mereka makan dalam hening. Serius bener. Beda dengan di rumahnya. Omelan mommy selalu mengiringi acara makan keluarganya. Ada aja yang diomelin.
Tetiba ponsel Moza bergetar. Eh, baru aja diomongin, mommy-nya nelpon.
"Ya, Mom?" Moza mengambil tissue dan membersihkan tangannya. Porsi makan dirinya tak sebanyak si Memet. Yang entah terbuat dari apa perutnya itu sampai kuat menampung tumpukan nasi sebanyak itu.
"Kamu di mana?" tanya Clara, mommy-nya yang memiliki suara cempreng yang khas.
"Lagi sama temen. Ada apa?"
"Jemput Zhiya ya? Mom lagi sakit, gak bisa keluar. Daddy juga sibuk katanya."
"Ish, kenapa gak disuruh pake angkutan umum aja sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
kesambet Titisan Alaska
Random"Njir, demi apa lo, Za? Lo lebih memilih cewek kolot berkacamata tebal itu?" "Kenapa? Masalah buat lo, Met?" "Lo buta ya, Za?" "Kagak." "Lah, terus? Kenapa gak milih si Sindy yang bahenol itu?" "Udah banyak, Nyet! Gue mau tahu, cewek bernama Bella i...