Bukan Bella namanya jika mudah larut dalam suasana. Apalagi gampang terpesona pada pria berwatak slengean macam Moza. Hanya beberapa detik Bella terkejut. Detik berikutnya semua orang yang dibuat terkejut oleh tindakan Bella. Satu tangan Bella dengan mudahnya mendorong tubuh Moza.
Bruk! Moza yang tidak menduga tindakan Bella tentu saja tidak siap. Ia sukses terjerembab ke atas lantai. Belum lagi Moza mengeluarkan kata-kata umpatannya, ia dikejutkan lagi dengan aksi Bella yang mengeluarkan tissue dari saku bajunya. Gadis itu mengusap bibir yang sempat disentuh Moza lalu melemparkannya ke muka pria itu.
"Bekas lo udah gue lenyapkan dan gue kembalikan pada lo lagi!"
Pluk! Wajah cengo Moza yang tertimpa tissue bekas jadi tontonan saat ini. Gila, ini cewek normal gak sih? Masa iya, dikasih kiss malah ngasih tissue kotor begini? Dengan perasaan gondok segede gunung Merapi, Moza mengambil tissue itu dan melemparnya ke sembarang arah.
"Moza! Kamu lagi! Apa tidak bisa sehari saja tidak membuat masalah?"
Sial, sial, sial! Moza merutuki nasib naasnya hari ini. Udah dipermalukan oleh si Betty Lapea KW-3, ini lagi, malah ditambah dengan munculnya wajah sangar milik Pak Hadi. Si tissue juga malah dengan manisnya terlempar ke wajah pria berbadan kerempeng itu. Dosen yang terkenal dengan keseraman tingkat dewa. Lihat aja kumisnya yang tebal dan bergerak-gerak, nampak sedang naik turun kayak mau makan mangsa.
"Eh, Pak? Maaf, saya tidak sengaja, tenang aja, Pak. Ini bukan tissue kotor kok, bersih, hehe." Moza mengambil tissue yang ia lempar tadi dan pura-pura melap wajahnya dengan tissue laknat itu. Semoga saja tidak ada sisa iler gadis itu di tissue yang ia pegang ini.
Bodohnya, ia terlalu sibuk dengan rasa dongkol hingga tak sadar jika semua orang sekarang sudah duduk manis di kursinya masing-masing. Meninggalkan Moza yang sedang menggerutu sendirian.
"Duduklah! Untung hari ini mood saya lagi bagus. Kalau tidak, kamu akan saya laporkan ke kakekmu!" ucap Pak Hadi.
"Wah, jangan dong, Pak! Saya percaya Bapak orang bijak. Tissue tak tahu diri ini tak akan membuat Anda menjadi tukang ngadu."
"Heh, apa kamu bilang? Saya tukang ngadu? Sekarang, bukan hanya ingin melaporkan kelakuan kamu, tapi juga saya minta kamu keluar dari ruangan ini!"
Lah, ngamuk deh! Moza mendelik tajam ke arah Bella yang memasang wajah datar. Seakan semua keributan ini tak ada sangkut pautnya dengan dirinya. Dasar gadis aneh! Awas! Moza kesal bukan main. Lihat saja, akan dia buat si Betty Lapea itu bertekuk lutut padanya. Moza keluar dengan muka kusutnya.
Sebelum keluar, ia juga mengepalkan tangannya. Ketua Geng Tiren menyebalkan itu nampak mengejeknya saat ini. Dida sialan!
"Maaf, Pak. Boleh saya masuk?" Ika muncul di depan pintu kelas. Rupanya ia baru pulang dari kamar mandi.
"Kamu juga! Kenapa terlambat?" Pak Hadi rupanya kadung merasa kesal. Ia marah melihat Ika yang baru datang.
"Saya baru dari kamar mandi, Pak!"
"Apapun alasannya, kamu harusnya tahu ini jam saya ngajar, malah sengaja ke kamar mandi!"
"Waduh, saya gak bisa memprediksi kapan isi perut saya minta keluar, Pak!"
"Diam kamu! Tutup pintu dari luar!"
Halah, Ika menepuk jidatnya. Ck, alamat gak bisa masuk ini. Dengan langkah gontai, Ika menuruti kata Pak Hadi. Ya, menutup pintu dari luar artinya gak boleh ikut masuk. Tapi wajah kusutnya berubah cerah saat melihat sosok pria yang ia puja sedang bersandar di dinding.
"Hai, Moza! Kena hukuman lagi?" sapa Ika. Ia berlari kecil menghampiri Moza. Ya, Moza memang terkenal tengil dan sering kena hukuman dosen. Terutama Pak Hadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
kesambet Titisan Alaska
Losowe"Njir, demi apa lo, Za? Lo lebih memilih cewek kolot berkacamata tebal itu?" "Kenapa? Masalah buat lo, Met?" "Lo buta ya, Za?" "Kagak." "Lah, terus? Kenapa gak milih si Sindy yang bahenol itu?" "Udah banyak, Nyet! Gue mau tahu, cewek bernama Bella i...