Aku ingin menghabiskan waktu pagiku lebih lama di dalam bilik. Duduk di balkon dan menatap langit cerah di atas sana. Benar seperti yang Ibu ceritakan, hanya Tanah Musim Semi yang memiliki langit secerah warna lautan. Bahkan, Tanah Musim Dingin selalu memiliki langit kelabu di atasnya. Dan aku baru menyadari setelah beberapa minggu meninggalkan tempat mengerikan tersebut.
Memikirkan bagian terdingin di tanah Ardent, membuatku sedikit mengingat pangeran dingin dari negeri tersebut. Apa dia bangun di pagi hari, ataukah masih tertidur di dalam peti matinya. Oh, aku lupa menanyakan apa selama ini dia terkurung di dalam peti mati jika akan tidur. Seperti dongeng-dongeng jalanan yang bermaksud menakuti anak-anak, jika para Vampir tertidur di dalam peti mati dan terbangun dengan kulit pucat serta mata hitam keseluruhan.
"Apa yang kau pikirkan?" Suara Vallan mengagetkanku dari lamunan. Aku bergerak membenahi posisi dudukku dengan kikuk dan menatap wanita tua tersebut, yang kudapati telah memerhatikanku terlebih dahulu. "Tidak." Aku menggeleng, mencoba menarik senyuman di bibir. Kaku dan canggung.
Vallan bukanlah seseorang yang senang mencampuri urusan orang lain, terbukti saat dia tidak mengambil pusing sikap janggal yang mungkin tertangkap olehnya dan seperti saat ini, tangan lentik tersebut kembali melanjutkan kegiatannya. Meracik sesuatu dengan sihir seperti bangsa Magya dan menambahkan tanaman obat selayaknya bangsa Chira. Aku meneleng, memerhatikan dengan seksama dan bertanya-tanya dari mana dia mendapatkan semua pengetahuan tersebut. Mantra untuk mihir sangat berbeda dengan mantra yang digunakan secara umum untuk mengendalikan kuasa.
"Apa itu legal jika kau mempelajari kuasa bangsa lain?" Suaraku mencicit saat mengeluarkan kalimat tersebut. Teringat akan peringatan yang Ayah lontarkan tempo hari. "Kau memerlukan bantuannya, tapi berusahalah untuk tidak mengusiknya."
Dengan was-was aku menanti jawaban dari bibir pucat wanita tua tersebut. Wanita yang berusia ribuan tahun, dengan wajah belia yang terlihat sebaya denganku juga Reli. Ataukah kami yang mungkin terlihat jauh lebih tua darinya. Tidak, tentu itu adalah gagasan yang paling konyol. Vallan hanya abadi, dia mungkin berhenti menua seperti para bangsa utara. Entah seperti apa sistem kerja tubuh mereka, tapi sebongkah rahasia tentu terpendam di dalam sana.
Vallan masih menuangkan dengan hati-hati cairan berwarna biru muda ke dalam kuali kecilnya di atas meja. Bibir Vallan bergerak pelan, merapalkan mantra berbau sihir, alih-alih kuasa. Meramu dengan daya magis sesuatu di dalam kuali tersebut. Hingga perlahan serbuk berkilau muncul dari dalam sana, bergerak ke atas lambat-lambat. Warnanya hijau serta kuning, kemudian menghilang saat Vallan berhenti mengaduknya dan sihir tersebut juga menghilang dalam sekejap.
Aku duduk dengan pandangan takjub, semasa hidupku ini adalah kali pertama aku melihat seseorang menggunakan sihir secara langsung. Walaupun bukan dari seorang Penyihir aslinya. Namun, Vallan benar-benar selalu mengesankan dengan segala pengetahuan yang dia miliki.
Pandanganku kembali teralihkan, mengikuti Vallan yang berbalik dan bergerak mendekati rak dengan kumpulan botol-botol kaca yang sudah terisi berbagai cairan berwarna-warni. Pertama kali aku memasuki bilik yang Vallan tempati, bau dari berbagai macam ramuan menyambutku seperti aroma semerbak taman bunga mawar di dekat bilik Ayah. Baunya masih cukup lega di penciumanku. Tidak pahit atau lembap seperti di perpustakaan bawah tanah tempo hari.
Vallan kembali dengan membawa satu botol kaca berukuran sedang di tangan mungilnya. Penyumpal di atas botol tersebut dia tarik hingga lepas, selanjutnya tangan Vallan mengangkat pengaduk, memamerkan benda kental berwarna merah pekat dengan letupan-letupan kecil dan asap tipis. Kukira warnanya akan menjadi hijau atau kuning, tapi melihat perbedaan warna yang sangat kontras membuatku begitu terkejut. Inilah yang bisa diciptakan oleh para Penyihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rose And Betrayal
ФэнтезиTera harus menutup sebuah rahasia besar yang di beritahukan oleh Ayahnya. Rahasia yang sekaligus menjadi peringatan kematian yang akan datang kapan pun, jika Tera lengah. Bersama dengan sang Ayah, Tera membangun kekuatan dalam dirinya. Melatih kemam...