[01/10]

1.6K 179 3
                                    

School and College
.

.

.

.

.

Kamu menatap arloji di pergelangan tanganmu. Benda itu menunjukkan pukul sembilan lewat setengah jam. Tanganmu meraih tas selempang dan jas lab yang disodorkan oleh pelayan. Kamu mengucapkan terima kasih, lalu bergegas menuju pintu depan.

Seorang supir dengan limosin berwarna putih sudah menunggu. Ia langsung membukakan pintu begitu kamu mendekat. "Selamat pagi, Putri," sapanya. Kamu membalas dengan senyuman kecil dan langsung masuk ke dalam limosin itu.

Baru saja bokongmu menyentuh matras, kamu sudah diganggu oleh nada dering ponselmu. Nama yang tertera di sana membuatmu berdecih pelan. Kamu memutuskan untuk mengabaikannya dan meminta supirmu untuk segera menyalakan mesin kendaraan.

Lima belas menit adalah waktu yang kamu habiskan di perjalanan hingga tiba di Akademi Kekaisaran Eperanto. Tempat dimana para bangsawan dan rakyat Eperanto menerima pendidikan. Tidak hanya bangsawan Eperanto saja, tetapi para bangsawan dari Kekaisaran dan Kerajaan lain pun banyak yang mengemban pendidikan di sana. Itu karena Akademi milik Kekaisaran Eperanto memiliki fasilitas dan tenaga pendidik yang unggul.

Meski begitu, sistem hirarki masih menjadi masalah internal yang belum bisa dipecahkan. Perundungan dan diskriminasi berdasarkan kasta masih merajalela. Kamu sangat membenci hal itu mengingat itu adalah salah satu alasanmu bertunangan dengan Iaros.

Kamu berdecak pelan. Memikirkan pemuda itu membuatmu teringat dengan kejadian kemarin. Pemuda itu dengan lancangnya mencuri kecupan dari bibirmu. Bukannya kalian tidak pernah berciuman, hanya saja kamu masih sulit terbiasa dengan sikap romantis yang Iaros tunjukkan.

Contohnya seperti saat ini. Tepat di depan gedung fakultasmu, Iaros tengah berdiri dengan setangkai tulip merah kesukaanmu. Senyumnya mengembang begitu melihatmu. Kamu berdecih memandangnya. Kamu lalu melangkahkan kaki menghampirinya.

"Mengapa ada anak kecil di tempat ini? Apa kau tersesat?" Sindiranmu mengundang kekehan kecil dari mulut Iaros. Ia menyerahkan bunga yang sejak tadi ia pegang bersama dengan sebuah permen lolipop. Kamu mendengus sembari menerimanya.

"Noona tidak ingin memberi hadiah padaku juga?" Kamu memutar mata saat mendengarnya. Di saat seperti ini, Iaros pasti akan meminta macam-macam. Kamu memilih mengabaikannya dan memusatkan fokus pada hal lain.

Kamu menghela napas kala melihat dasi seragam Iaros yang berantakan. Kamu mendekat padanya untuk memperbaiki posisi dasinya. Setiap kamu melakukan itu, Iaros akan memandangmu sembari tersenyum. Ia sangat suka melihatmu mengurus dirinya.

"Sebenarnya apa yang dilakukan para pelayanmu? Bagaimana bisa Putra Mahkota dibiarkan berpakaian berantakan setiap hari?" tanyamu setelah merapikan pakaian pemuda itu.

Sekali lagi, Iaros hanya tersenyum memandangmu. Kemudian ia berkata dengan penuh percaya diri. "Mereka melakukan pekerjaan yang baik. Mereka membiarkanmu mengurusku sebagai calon istri yang baik."

Kamu melongo saat mendengarnya. Itu jawaban yang di luar prediksimu. Ucapan Iaros terdengar seperti rayuan picisan, namun anehnya kamu malah tersipu saat mendengarnya.

Melihat semburat merah muda di wajahmu, senyum Iaros makin lebar. Ia jadi tidak tahan untuk memberimu satu kecupan di pipimu. Terkejut dengan hal itu, kamu refleks melangkah mundur dengan wajah yang lebih merona lagi.

"Apa yang kau lakukan?! Kita di tempat umum." Kamu menyilangkan tangan di depan wajah untuk menyembunyikan rasa malu.

Iaros terkekeh melihatnya. "Padahal Noona menyukainya." Tiba-tiba pemuda itu meraih tanganmu, dan menariknya turun. "Sepertinya menyenangkan kalau kita berciuman di sini, hmm?"

"Iaros Orona Eperanto, jaga perilakumu. Walau aku adalah tunanganmu, tetap saja kau harus menghormatiku sebagai Putri Beliard." Kamu melotot padanya, tetapi ia selalu membalas dengan seringaian jahilnya.

"Sudahlah! Sana kembali ke gedung sekolahmu, nanti Tuan Davinci akan memarahimu lagi kalau terlalu lama di sini."

"Berikan hadiah padaku dulu." Kamu menghela napas pasrah. Daripada ia terus seperti itu, kamu berpikir untuk menurutinya saja. Kamu meminta Iaros membungkukkan badannya, karena perbedaan tinggi kalian cukup jauh. Setelah itu kamu menjewer telinga pemuda itu sembari mengecup dahinya.

"Sekarang kembali ke sekolah dan belajar yang benar." Belum sempat memprotes, kamu sudah mendorong dan mengusir Iaros pergi. Bisa gawat kalau pemuda itu sampai ketahuan membolos.

Setelah memastikan pemuda itu benar-benar hilang dari pandanganmu, kamu pun bergegas pergi menuju kelasmu.

Kamu adalah seorang mahasiswi tahun pertama di akademi, sementara Iaros masih seorang siswa di sekolah menengah, tahun terakhir. Gedung instansi pendidikan kalian begitu dekat, bahkan berada di satu wilayah yang sama, yaitu salah satu County di bawah kepemilikin Duchy Beliard. Kedua tempat pendidikan itu hanya dipisahkan oleh taman mawar seluas dua hektar.

Dulunya memang seperti itu. Karena saat ini, begitu kakimu menginjak ruangan kelas, kamu heran melihat teman-temanmu yang sedang berkerumun di jendela. Kamu awalnya ingin mengabaikan apapun yang ada di sana, mengingat jendela kelasmu langsung mengarah ke sekolah milik Iaros.

Tetapi, seorang pemuda dengan surai merah terang mendekatimu dan memaksamu untuk melihatnya. Dia membuka gerombolan mahasiswa itu dan membiarkanmu mendapatkan pemandangan eksklusif dari apapun yang ada di sana.

Saat melihatnya, matamu nyaris saja copot dari tempatnya. Seluruh taman yang tadinya penuh dengan mawar itu kini berganti menjadi tulip merah. Dan di tengah-tengahnya ada Iaros yang tengah melambaikan tangan sembari tersenyum padamu.

"Wah indahnya, kudengar Putra Mahkota menanamnya sendiri."

"Itu bunga kesukaan Putri Mahkota, mereka sangat romantis."

Kamu tidak habis pikir dengan perbuatan tunanganmu itu. Kamu lalu mengambil ponsel dan langsung menghubungi Iaros. Kamu bisa melihat senyumnya yang makin merekah saat menjawab telpon darimu.

"Kau benar-benar sudah gila, Yang Mulia."

Terdengar suara kekehan dari speaker ponselmu. Iaros lalu membalasnya dengan berkata, "Sama-sama, aku juga mencintaimu, Noona."

Kamu tersenyum kecil saat mendengarnya. Anak itu benar-benar sesuatu yang sulit kamu pahami.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Selamat sore wahai para selirnya Iaros

Maaf kalau aku lama up, soalnya lagi mikir-mikir apa mau imagine ini untuk chara lain juga atau enggak :)

Kayaknya versi Helio Tropium bakal banyak yang suka nih ygy atau kita buat untuk tokoh laknat lainnya? Caesare misalnya👀

Spill pendapat kalian ya

Selamat ngabuburit dan,

Terima kasih telah membaca ><

Fiancè || Iaros Orona EperantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang