[09/10]

590 93 8
                                    

Break Up

.

.

.

.

.

Kamu mendengus sebal. Lagi-lagi operator itu yang menjawab panggilanmu. Kamu menyimpan ponselmu di meja nakas lalu segera menjatuhkan tubuhmu di atas ranjang.

Sudah dua minggu kamu tidak menerima telpon dari Iaros. Setiap mengirimkan pesan, pemuda itu akan menjawabnya singkat dan menyudahi obrolan saat itu juga. Kamu merasa hal itu aneh lantaran Iaros sepertinya berusaha menghindarimu.

Tidak hanya itu saja yang membuatmu curiga. Setiap dirimu mengunjungi istana, Iaros selalu tidak di sana. Meskipun kamu telah menunggu, bahkan menginap di istana pun, Iaros tak terlihat batang hidungnya.

Kamu benar-benar bingung dengan pemuda itu. Sikapnya yang menghindarimu tanpa sadar sudah membuat kalian tidak bertemu selama nyaris dua bulan. Padahal Iaros biasanya tidak akan tahan sehari saja jika tidak melihatmu.

"Ada apa dengan anak itu? Mengapa dia melakukan ini padaku?!" Kamu menggerutu lalu segera meneguk bir murahan di gelas itu. Pheron dan seorang pemuda lainnya yang memiliki surai emas dan mata merah yang tajam hanya terdiam memandangimu. Keduanya tidak tahu bagaimana harus menghiburmu di saat seperti ini.

"Memangnya apa salahku? Dia bahkan tidak mengirimiku bunga lagi. Apa dia sudah tidak suka padaku?!" Kamu tiba-tiba menghantam meja, yang membuat kedua pria di hadapanmu tersentak. Kamu menatap keduanya dengan mata yang berair. "Mengapa kalian hanya diam saja? Tolong bantu aku." Beberapa detik setelahnya kamu mulai menangis dan merengek.

"H-hei jangan menangis, tenanglah dulu." Pheron bangkit dari kursinya dan berusaha menenangkanmu. Pemuda itu nampaknya kesulitan lantaran dirimu yang terus meracau mengumpati Iaros. Pemuda berambut merah terang itu lantas menoleh pada di rambut emas yang hanya diam saja.

"Calisto! Kenapa diam saja? Ayo bantu aku."

Calisto berjengit, kemudian ikut bangkit untuk menghiburmu. "Berhentilah menangis. Kau menarik perhatian. Kita bisa ketahuan nanti." Matamu memicing tajam pada Calisto, membuat pria itu tertegun.

"Jadi begini balasanmu untukku? Setelah aku membantumu membujuk Penelope agar menikah denganmu, kau malah mengabaikanku dan menyuruhku diam?!" Nada suaramu kian meninggi mencerca Calisto. Si rambut emas nampaknya mulai merasa takut. Pasalnya ia langsung berlindung di belakang Pheron yang juga ketakutan.

"Kalian berdua!" Kamu yang tadinya hanya memaki Iaros, kini mulai menyumpah serapahi kedua sahabatmu itu. Tidak berhenti di sana, kamu bahkan sampai merutuki keluarga Kaisar beserta para pendahulunya.

Orang-orang yang tadinya cuek jadi fokus padamu. Orasimu yang mengkritik sistem pemerintahan membuat mereka terpana. Namun, hal itu justru membuat Pheron dan Calisto makin cemas.

Pheron segera membekap mulutmu dan Calisto mulai mengangkat kakimu. Keduanya membawamu pergi dari sana segera sebelum ada petugas keamanan yang memergoki kalian. Kedua pria itu ingin mengantarmu pulang. Tetapi di tengah jalan, kamu dengan beraninya membuka pintu mobil dan melompat keluar.

Beruntungnya Pheron berkendara dengan kecepatan yang lambat. Beruntungnya juga kamu tidak mengalami luka serius saat melakukannya. Hanya saja kedua lututmu lecet dan gaun yang kamu gunakan menjadi kotor lantaran terkena lumpur.

Pheron dan Calisto panik. Mereka buru-buru menghampirimu yang kini sudah bangkit dan berjalan ke arah yang berlawanan. "Hei, kau mau kemana?" Keduanya berusaha menghentikanmu, namun dirimu terus meronta dan menolak. Keduanya mulai kelimpungan mengurusmu. Sementara dirimu mulai meracau lagi.

Fiancè || Iaros Orona EperantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang