[03/10]

1K 133 3
                                    

Jealousy
.

.

.

.

.

Kabar tentang dirimu yang sedang tidak sehat akhirnya sampai kepada Kaisar dan Permaisuri. Mereka pun membuat kunjungan resmi untuk menemuimu. Sialnya keadaanmu mulai membaik sehingga terpaksa menyambut mereka.

Tentu Iaros selalu berada di dekatmu. Begitu kendaraan resmi kekaisaran tiba, kamu dan Iaros langsung bersiap untuk menyapa Kaisar dan Permaisuri.

"Pantas saja Putra Mahkota tidak pulang, ternyata dia di sini merawat calon istrinya." Kaisar tersenyum hangat sembari mengusap kepalamu. "Bagaimana kondisimu, Nak?"

Kamu sedikit membungkuk dan menyunggingkan senyum tipis padanya. "Saya jauh lebih baik dari sebelumnya, Baginda."

"Syukurlah kalau begitu. Kudengar kau jatuh sakit setelah kunjungan ke istana." Kamu refleks melirik ke arah permaisuri yang hanya membalasmu dengan senyum ramah seperti biasa.

"Baginda, sepertinya koki istana melupakan daftar makanan yang tidak boleh disajikan pada Putri Mahkota." Kamu tertegun mendengarnya. Mudah sekali bagi seorang permaisuri melempar tuduhan kepada seseorang. Kaisar menatapmu seolah meminta jawaban, namun kamu hanya diam saja. Tak berniat ikut campur dengan urusan si permaisuri.

Setelah menyambut keduanya, kalian langsung membawa mereka menuju ruang bersantai milik kediaman Beliard. Di sana, permaisuri duduk di samping duchess Beliard dan saling bertukar cerita dengan riang.

Kamu sendiri duduk bersama Iaros yang terus berusaha mencari perhatian darimu. Kamu menghela napas kemudian menoleh padanya. "Apa yang Anda lakukan, Yang Mulia?"

"Aku tidak melakukan apa-apa." Jawaban pemuda itu membuatmu merasa sedikit jengkel. Kamu memalingkan pandangan, berusaha mengabaikannya. Sekarang dirimu fokus mendengarkan pembicaraan para orang tua.

Mereka semua terlihat akrab dan suasana terasa cukup tenang, sampai Medeia dan Dekis datang. Keduanya menyapa Kaisar dan Permaisuri lalu bergabung di sofa yang sama denganmu. Tiba-tiba saja permaisuri memanggil Medeia dan menyuruhnya duduk di sampingnya. Gadis itu sedikit terkejut dan kebingungan. Ia lantas menoleh padamu untuk meminta bantuan. Kamu tidak memberi tanggapan berarti selain menganggukkan kepala, menyuruh gadis itu agar menurut saja.

"Putri Medeia cantik sekali, bagaimana kabarmu?"

"Terima kasih, Yang Mulia, berkat perhatian Anda, saya dalam keadaan yang sangat baik."

"Syukurlah kalau begitu. Medeia sepertinya punya tubuh yang kuat, berbeda jauh dengan Putri Mahkota."

Kamu berhenti menyesap tehmu. Akhirnya wanita itu memulainya. Kamu sudah menebak ia pasti akan mencemoohmu.

Dengan perlahan kamu meletakkan cangkir tehmu di atas meja. Wajahmu mendongak menatap permaisuri, sementara orang di sekitarmu memasang ekspresi cemas. Bahkan Iaros di sampingmu terlihat tidak nyaman. Kamu bisa merasakan tangannya yang mencengkram erat kain bajumu.

Kamu mendengus pelan. Kamu meraih tangannya dan mengusapnya pelan, memintanya untuk tenang. Sekarang fokusmu adalah permaisuri. Kamu menyunggingkan senyum tipis padanya, kemudian berkata, "Itu benar, Medeia sangat kuat karena ia terbiasa berlatih pedang sementara saya hanya membaca buku seharian. Saya memang tidak sekuat Medeia, tetapi adik saya itu pun akan sakit jika disuguhi hidangan yang bisa membunuhnya."

Fiancè || Iaros Orona EperantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang