[08/10]

969 111 7
                                    

Nursering
(Warning : Mature Content🔞)
.

.

.

.

.

Iaros membuka matanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamar berwarna hijau pastel. Pemuda itu tiba-tiba saja bangun dan turun dari ranjang. Tubuhnya yang masih lemah membuatnya sempoyongan. Kamu yang baru saja selesai mandi buru-buru menghampiri pemuda itu sebelum ia terjatuh.

Kulit kalian bersentuhan, menimbulkan sedikit sengatan kecil lantaran suhu tubuh Iaros yang masih tinggi. Kamu segera mendekapnya dalam pelukanmu. "Apa yang kau lakukan? Kau itu masih sakit, kenapa tiba-tiba bangun seperti itu?"

Iaros terdiam cukup lama. Otaknya membutuhkan waktu untuk memproses apa yang terjadi sekarang. "Noona?" Kepala Iaros sedikit mendongak untuk melihatmu.

"Ada apa?"

Kamu bisa melihat pupil mata pemuda itu yang sedikit melebar. Ia segera menegakkan tubuhnya dan mulai memindai dirimu dari atas ke bawah. "Ada apa ini? Kenapa Noona ada di sini?"

Dahimu mengkerut. Omong kosong apa yang dikatakan pemuda itu? Sepertinya demam bisa membuat orang jadi lupa ingatan juga.

Kamu memegang kedua bahu Iaros dan membuatnya kembali berbaring di kasur. "Jangan banyak bergerak dulu, badanmu masih panas." Setelahnya kamu meraih tablet obat di atas meja dan menyerahkannya pada Iaros. "Ini, minum obatnya. Aku tak sempat memberikannya padamu semalam."

Iaros tidak bereaksi dengan obat yang kamu berikan. Pemuda itu justru malah fokus memandangimu. Tadi kepalanya terasa pusing, namun setelah berbaring, ia dapat melihat dengan jelas.

Iaros baru menyadari penampilanmu. Kamu yang masih memakai bathrobe dengan rambut basah yang tergerai membuat napas Iaros sesak. Ia memang sedang demam, tapi rasa panas yang ia rasakan sekarang timbul dari hal yang berbeda.

Ujian macam apa ini, Dewa?

Melihat Iaros yang hanya diam, keningmu mengernyit. "Kenapa diam saja? Minum obatnya!" Seruan kecil darimu itu menyadarkan Iaros dari fantasi liarnya. Sekarang pandangannya sudah terarah pada obat yang kamu berikan. Tetapi ekspresinya nampak tidak karuan saat melihatnya.

"Aku tidak mau."

"Apa? Kenapa?"

Iaros menggeleng padamu. "Ayahanda bilang obat itu rasanya pahit." Kamu mendengus saat mendengarnya. Itu alasan yang klise saat seseorang menolak minum obat.

"Namanya obat karena itu pahit. Kalau tidak diminum kau tidak akan sembuh." Iaros tetap menggeleng setelah mendengarnya. Bahkan sekarang pemuda itu membekap mulutnya.

"Iaros! Buka mulutmu!" Kamu berusaha membuat pemuda itu agar mau meminum obatnya.

"Tidak mau! Sebelumnya aku tidak pernah minum obat."

"Itu karena sebelumnya kau tidak pernah sakit. Sekarang kau harus menelan ini." Iaros terus menolak dan menggelengkan kepalanya. Kamu yang mulai kesal akhirnya memakai cara yang tidak biasa. Dengan beraninya kamu merangkak naik, duduk di atas paha pemuda itu. Karena terkejut, Iaros sontak melepas bekapannya. Pada kesempatan itu, kamu langsung memasukkan tablet obat ke dalam mulutnya. Sekarang giliran tanganmu yang membekapnya.

"Cepat telan." Matamu melotot padanya. Akhirnya mau tidak mau, Iaros menelan obat itu. Rasa pahit menjalar ke seluruh lidahnya dan tersimpan di ujung kerongkongannya.

Fiancè || Iaros Orona EperantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang