[9,5/10]

673 96 7
                                    

Break Up (2)
Warning‼️: Dipenuhi adegan kokop mengokop. Harap jangan terlalu brutal halunya‼️
.

.

.

.

.

.

Iaros melompat ke dalam danau itu. Namun, ia terkejut saat merasakan air yang hanya setinggi lututnya.

"Eh?"

Pemuda itu kebingungan. Ia memandangmu yang kini tengah duduk santai di bawah sana dalam kondisi yang basah kuyup. Kamu memiringkan kepala sembari menyeringai.

"Sedang apa? Ayo kemari!" Kamu menarik lengan Iaros, membuat pemuda itu mau tidak mau berlutut di hadapanmu. Tanpa membuang kesempatan, kamu melingkarkan lengan di pundaknya dan memberikan satu kecupan lembut di bibirnya.

Iaros nampak masih syok. Matanya membulat memandangimu. Terlihat sangat menggemaskan sampai dirimu tak tahan untuk mengecup bibirnya sekali lagi.

Beberapa saat kemudian ekspresi Iaros kembali menjadi datar. Ia menyadari bahwa tempat itu bukanlah sebuah danau, tetapi sebuah kolam air mancur besar. Karena terlalu gelap, ia jadi tidak melihat beberapa ornamen yang ada di sekeliling.

"Noona..." Suara Iaros terdengar frustasi. Kamu terkekeh pelan karenanya.

"Mengapa wajahmu seperti itu? Kau nampak kecewa."

Iaros menghela napas panjang. "Bukan begitu," ucapnya sembari berusaha melepaskan tanganmu darinya. Tetapi kamu tentu tidak mau kalah. Kamu malah semakin mengeratkan belitan tanganmu, membawa wajah Iaros makin dekat padamu.

Lagi, kamu menyatukan bibir dengan Iaros. Namun, kali ini bukan hanya kecupan. Kamu memberikannya ciuman lembut meski Iaros tidak membalasnya. Kamu menjauhkan wajahmu untuk melihat ekspresinya.

Masih datar.

"Wah, kau benar-benar sudah tidak menyukaiku rupanya."

Dahi Iaros mengernyit. "Ayo kita pergi. Nanti Noo- maksudnya Lady Beliard bisa sakit." Sekali lagi Iaros berusaha melepaskan diri darimu, tetapi kamu berhasil menahannya.

"Mengapa Yang Mulia peduli, aku kan bukan tunanganmu lagi."

Iaros tertegun mendengarnya. Ia ingin mengucapkan sesuatu untuk membalasnya, tetapi tidak menemukan kata-kata yang tepat. Jadi, pemuda itu hanya diam memandangimu.

Kamu mendengus pelan. Kamu tahu bahwa Iaros pasti terpancing dengan tindakanmu tadi. Hanya saja pemuda itu tengah menahan diri. Kamu yakin jika terus menggodanya, pertahanan Iaros itu pasti akan segera runtuh.

"Yang Mulia..." Suaramu berseru lembut. Wajahmu kembali mendekat, mengecup pipi Iaros. Tubuhmu pun ikut mendekat, menempel pada pemuda itu.

Tangan Iaros mengepal. Sungguh sial sekali harus melihat sisi dirimu yang seperti ini saat ia sudah bertekad untuk membatalkan pertunangan kalian. Tidak? Rasanya Iaros mulai ragu. Jika harus jujur, dirinya sangat ingin menerkammu saat ini juga.

Fiancè || Iaros Orona EperantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang