Hari ini lagi lagi temannya bergunjing didepannya mambuat Matt muak ia bangkit dan mengambil tongkatnya dan pergi keberanda ia bersandar memejamkan matanya kepalanya pusing memikirkan pekerjaan dan gunjingan orang, ia terkejut bahunya disentuh seseorang.
"Matt, ada Wade diruanganmu"
Matt berjalan dibelakang asistennya menuju ruangannya, Wade berbalik mendengar pintu terbuka.
"Mau apa kemari?"
"Aku ingin mengajakmu makan siang, mengenai semalam aku minta maaf"
"Kenapa tidak sekarang saja?"
"Kau bebas?"
"Ya kecuali setelah makan siang aku ada pertemuan dengan pengacara lawan dan hakim"
Wade menggenggam tangan Matt dan membawanya pergi mereka makan siang didekat kantor Matt banyak diam dan Wade sesekali memandangnya, Matt menikati minumannya lalu menghadap Wade.
"Siapa anak itu Wade, jangan mempermainkannya seperti kau mempermainkanku"
"Anak apa yang kau bicarakan?"
"Wade ayolah aku mungkin buta tapi tidak dengan teman teman ku yang terus bergunjing mengenaimu, temui dia aku harus pergi"
Wade menghembuskan nafasnya kasar ia memandang kepergian Matt.
■■■■■■■
Bagi Matt sudah biasa kalau Wade tidak pulang seperti sekarang ia terkejut ternyata sudah pagi lagi ia duduk diam menikmati sarapannya secara khidmat, ia ingat apa yang ia katakan kemarin.
Ia berjalan tenang hingga seorang pemuda menabraknya tanpa sengaja keduanya terduduk mereka bangkit bersamaan.
"Maaf maaf tuan, aku....."
Pemuda itu baru sadar saat memandang dan laki laki yang ia tabrak ternyata orang buta ia semakin merasa bersalah.
"Maaf maaf aku sungguh tidak tahu"
Matt hanya diam mengangguk dan berjalan pergi namun pemuda itu justru mengikuti berjalan disampingnya langkah Matt terhenti.
"Mengapa kau mengikutiku?"
"Aku Peter, paman siapa?"
"Matt, panggil nama saja aku harus pergi"
"Kau mau kemana?"
"Ke pengadilan"
"Wah aku belum pernah boleh ikut?"
"Terserah aku tidak peduli"
"Yey, oh iya pasti pengacara ya?"
Matt hanya berdehem ia menghentikan taksi dan masuk ternyata Peter juga serius mau ikutan.
"Selama sidang tutup mulutmu atau kau akan dikeluarkan dari ruang sidang"
Peter mengangguk padahal ia bukan orang pendiam.
■■■■■■
"Ah aku lapar, makan yuk?"
Kenapa ia terjebak dengan bocah tengik ini entah kenapa
"Bayar sendiri"
"Aku tidak bawa uang dompet ku tertinggal"
Kesabaran Matt diuji ingin ia mencekik anak ini ia bikin ulah diruang sidang yang berteriak setelah Matt membuat tersangka kicep.
"Traktir ya?"
Peter memgedip kedipkan matanya
"Apa yang kau lakukan apa kau lupa aku buta?"
Memang Peter lupa
"Maaf hehehe tapi traktir ya?"
Peter menggoyang goyangkan lengan Matt.
"Ya ya ya aduh lepaskan kenapa?"
"Matt memang baik"
Entah dosa apa Matt bikin sampai ketemu bocah manja yang bikin rempong dan memalukan, akhirnya ia benar benar mentraktir makan bocah tengik yang dari tadi ngoceh tidak bisa diam.
"Aku punya pacar dan usianya pasti nggak jauh dari Matt"
"Kau berapa usianya?"
"Sembilan belas tahun, apa Matt kenal nggak ya?"
"Mungkin, kota segede New York begini memang aku kenal nama semua orang?"
"Nama nya Wade ..... Wade Wilson"
Suapan makanannya terhenti sesaat lalu kembali menikmati makanannya.
"Matt kenal?"
"Tidak"
"Kalau Matt kenal pasti seru, wade sangat baik ia sering membawaku jalan jalan dan membelikan apapun untukku, aku bangga jadi pacarnya"
Matt hanya berkata oh ia tidak tertarik ia sibuk meramas pisau dan garpunya.
■■■■■■
Peter mencium pipi Matt saat hendak keluar dari taksi Matt mengusap pipinya kasar.
"Anak itu"
"Kau teman Wade"
"Hehehe ya, nggak usah bayar"
"Terima kasih"
"Kau mengenal anak itu?"
"Sangat, sepandai pandainya menyimpan bangkai akan ketahuan juga kan?"
"Aku minta maaf, aku tidak mau ikut campur"
"Bagus, aku juga tidak peduli"
"Kita sudah sampai"
"Tunggu sebentar"
"Uh baiklah"
Matt keluar dan masuk ke apartemenya ia mengemasi semua barang barang milik Wade dan melemparnya lewat jendela membuat teman Wade kaget.
"Bilang teman brengsekmu itu jangan pernah kemari lagi aku muak dengannya.
Teriak Matt dari jendela ia kali ini benar benar sudah hilang kesabaran dengan Wade ia bersama bocah apa apaan itu, Matt terduduk bersandar bawah jendela.
Teman Wade mengemasi barang yang berserakan memasukkan nya kedalam bagasinya ia tidak heran Matt bereaksi seperti itu, ia memandang keatas sesaat lalu masuk kedalam mobil dan pergi ia menelpon Wade beberapa kali hingga diangkat.
"Bro duniamu hancur, Matt tahu semuanya, ia mengusirmu barang barangmu ada bersamaku ia melemparnya dari jendela.
Wade seberang sana panik susah meredam amarah Matt.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Love (End)
Randomsaat wade bingung siapa yang harus ia pilih. Note: novel